Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Darah Biru yang Terluka (18)

1 Oktober 2014   22:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:45 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14121506821426593974

[caption id="attachment_345353" align="aligncenter" width="460" caption="Sumber Gambar: amandaeunike.wordpress.com"][/caption]

Lanjutan Langkah dari *Menyongsong Petir * … apa yang terjadi setelah Puspita Puteri “ kembali “ dari petualangannya di Majapahit
Galih Jati Kusuma, sayatan sembilu yang pedih . terperangkap kemelut di negara Galuga, yang mentakjubkan, gemerlap tapi mencekam, ,… sebuah thriller, misteri, romantis yang menyentuh serta menyapa lembut setiap nurani, ….

Bagian Delapan belas : Puteri Intan yang molek

Paginya kita berempat ketanah lapang samping rumah Ninii Sedah, tanahnya begitu luas dan di sekelilingnya rapat dengan pohon yang lumayan tinggi dan besar
Pangeran Biru sudah menenteng busur dan panahnya, ingin latihan memanah di situ, ternyata memang sudah tersedia lahannya
Hebat sekali gaya memanahnya, aku terkesan, tidak heran dia dijuluki jawara memanah dari Galuga

Aku juga mencoba, tetapi yang pasti tidak sehebat pangeran, di ajarinya aku beberapa cara yang tepat dan posisi paling baik untuk membidik juga tarikan dan bentangan busur amat berpengaruh, dan ketepatan perkiraan amat menentukan
Disini banyak sekali pohon buah-buahan, kaya warna juga disini, bahkan daun satu pohon bisa beraneka warna, buahnya juga bermacam warna, agak membingungkan tapi tampak cantik jika di pandang perpaduan warnanya

:”Bagaimana kita menentukan matang tidaknya suatu buah, kalau warnanya begitu beraneka ragam ?” tanyaku, pangeran Biru tersenyum
:”Kalau sudah biasa kamu akan mengerti Putri, mana yang matang dan mana yang belum”

Aku melihat sekeliling, terlihat ada pohon mangga, banyak buahnya , ada yang merah, biru, hijau, putih, kuning, ungu, seperti ada yang  kelihatan matang bergerombol, aku menunjuk pada pangeran Biru buah mangga itu, dia tertawa dan kemudian mengambil anak panah
Panah itu melesat dan buah mangga satu dompol besar itu jatuh, aku dan putri Kuning memungutinya, dipanahnya sekali lagi dan beberapa dompol berjatuhan, Nini Sedah akhirnya ikut juga memunguti buah yang berjatuhan

Kita juga mengambil buah2-an yang lain, ada juga rambutan, warnanya beraneka dengan rasa dan aroma yang macam2 juga, aneh sekali, pisang satu tandan juga beraneka warna tiap buahnya

Dan nikmat sekali di pagi itu sesudah santap pagi ada banyak buah-buahan dari kebun sendiri yang di petik oleh pangeran tampan dengan panahya.
Rasanya juga agak beda dengan buah2-an biasanya, karena jika diperhatikan warnanya macam-macam, tidak hanya hijau , kuning dan merah saja, lebih beraneka lagi dan rasanya juga bermacam-macam

Sewaktu kita menikmat buah-buahan itu di beranda depan, ada tamu datang, berkuda dan di iringi oleh enam orang pengawalnya
Ketika sudah dekat, dan turun ternyata seorag wanita muda, tampak sekali betapa moleknya puteri ini.
Kuperhatikan kulitnya merah muda dan aku diperkenalkan dengan putri yang amat cantik itu, putri Intan

Ini rupanya yang dikatakan oleh permaisuri sebagai tunangan pangeran Biru itu.
Aku katakan memang cantik luar biasa, perangainya juga santun dan lembut
:”Senang sekali bisa bertemu dengan Putri Puspita, anda cantik sekali, benar sekali yang dikatakan bunda permaisuri”katanya ramah memandang padaku
:”Putri Intan juga cantik sekali, senang juga kita bertemu disini” entah kenapa aku lihat pangeran Biru seolah merasa kikuk dan agak salah tingkah.

Kita saling bincang dan kita tawarkan juga buah-buahan yang baru saja kita petik
Aku lihat pangeran Biru kebelakang dan ketika kembali sudah siap untuk pulang, aku dan Kuning saling pandang

Diapun berpamit pada Nini Sedah dan semua, aku lihat putri Intan mengikuti
:”Aku juga mau pulang pangeran, kita sama-sama”terdengar suaranya
:”Kan kamu baru datang, aku sudah janji dengan paman Waguna untuk latihan tombak pagi ini” aku lihat pangeran Biru lebih mempercepat langkahnya dan terus menaiki kudanya, seolah menghindar, ada apa ya ?

Aku lihat rona putri Intan seolah kecewa, tapi kemudian duduk kembali dengan resah, kelihatan gelisah, aku dan putri Kuning berpandangan, Nini Sedah hanya berdiam diri saja menyaksikan semua itu
Tidak lama putri Intan pamit, kitapun mengantar sampai ke kudanya, dan dia tampak tergesa, mungkin ingin mengejar pangeran Biru
Aku sepakat dengan putri Kuning untuk menginap semalam lagi, Kuning masih kelihatan kangen dengan Nini Sedah

Siang itu kita di ajari beberapa ketrampilan untuk mempergunakan pedang pendek, putri Kuning aku lihat amat piawai memainkan pedang pendek itu, gerakannya amat cepat dan terarah, sikapnya berubah sigap dan cekatan.
Untuk pertarungan jarak pendek, rupanya dia tidak terkalahkan

Sesudah latihan dan makan siang, aku di ajak kuning ke kolam di belakang, suasananya nyaman, rindang, aku lihat ikan2-nya yang beraneka warna berdatangan di panggil Kuning dengan menjentikkan tangannya ke air, di belainya satu persatu dan mereka terus berdesakan seolah minta di belai oleh putri cantik yang lembut hati itu.

:”Aku dahulu sering disini jika kangen pada ibunda, ada kedamaian di sini” dia berkata masih membelai beberapa ikan disitu, aku mengangguk mengerti
:”Kamu tadi memperhatikan perangai pangeran terhadap putri Intan ?”tiba-tiba dia berkata sambil memandangku
:”Seperti menghindar ya ?” kataku asal saja, seekor ikan mendekati tangan yang kucelupkan di air, kubelai dan sepertinya dia manja memutari tanganku, minta di belai, putri Kuning tertawa

:”Sebetulnya pangeran sejak dahulu tidak menyukai puteri Intan, dia biasa saja, hanya puteri Intan yang sepertinya selalu mengejar pangeran”
:”Kenapa, .. kupikir puteri Intan itu cantik bukan main lho, kalau didekati kulitnya seperti pualam merah jambu”kataku terkagum

:”Putri, cinta itu bukan karena kecantikan jasmani semata, tetapi harus ada kecocokan hati di sana” aku tertawa, aku sirat dia dengan air kolam, diapun membalas, kita saling tertawa bersirat air
:”Bijak sekali, seperti petuah para tetua” kataku lagi, kubelai beberapa ikan yang ikut mengerumuni tanganku

:”Tuh kan, ikan-ikan saja langsung jatuh cinta melihat kamu” aku memandang Kuning yang tersenyum simpul
:”Aku khawatir pangeran juga jatuh cinta padamu Puteri” kata putri Kuning

Aku memandang pada Kuning, ikan-ikan makin banyak menggerombol di sekitar tanganku, aku pegang satu yang paling besar, kuangkat, seolah meronta dan aku masukkan lagi kekolam, tetapi dia tetap saja mengeruminu tanganku, geli juga kurasakan
:”Aku sudah bilang padamu, aku sudah punya pilihan hati di negaraku, dan aku akan setia padanya”kataku pada Kuning, keadaan menjadi hening sejenak

:”Aku juga sudah bilang itu pada pangeran, tapi katanya dia akan terus berusaha selama kamu ada di sini, di Galuga Pura”putri Kuning memandangku
:”Tapi aku ingin pulang ke negaraku kembali”kataku, aku memandang jauh
:”Kamu tidak kerasan di Galuga Putri ?”putri Kuning bertanya

:”Kerasan sekali, kalian semua begitu baik terhadapku, bahkan aku serasa di manja di sini, tetapi aku punya keluarga disana, orang terdekatku, ada ayah dan ibuku di sana, keluargaku, sahabatku juga, aku merindukannya” aku tertunduk, puteri Kuning memelukku
:”Aku bisa mengerti Putri” kita saling berpelukan erat :"Kita masuk kedalam, istirahat ?" aku mengangguk

Sambil bergandeng tangan kita jalan bersama dan sesampai diruang tengah, pangeran Biru sudah ada disana sedang berbincang dengan Nini Sedah, aku memandang Kuning tapi kulihat dia hanya t, menunduk saja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun