Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Darah Biru yang Terluka (18)

1 Oktober 2014   22:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:45 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14121506821426593974

Kita saling bincang dan kita tawarkan juga buah-buahan yang baru saja kita petik
Aku lihat pangeran Biru kebelakang dan ketika kembali sudah siap untuk pulang, aku dan Kuning saling pandang

Diapun berpamit pada Nini Sedah dan semua, aku lihat putri Intan mengikuti
:”Aku juga mau pulang pangeran, kita sama-sama”terdengar suaranya
:”Kan kamu baru datang, aku sudah janji dengan paman Waguna untuk latihan tombak pagi ini” aku lihat pangeran Biru lebih mempercepat langkahnya dan terus menaiki kudanya, seolah menghindar, ada apa ya ?

Aku lihat rona putri Intan seolah kecewa, tapi kemudian duduk kembali dengan resah, kelihatan gelisah, aku dan putri Kuning berpandangan, Nini Sedah hanya berdiam diri saja menyaksikan semua itu
Tidak lama putri Intan pamit, kitapun mengantar sampai ke kudanya, dan dia tampak tergesa, mungkin ingin mengejar pangeran Biru
Aku sepakat dengan putri Kuning untuk menginap semalam lagi, Kuning masih kelihatan kangen dengan Nini Sedah

Siang itu kita di ajari beberapa ketrampilan untuk mempergunakan pedang pendek, putri Kuning aku lihat amat piawai memainkan pedang pendek itu, gerakannya amat cepat dan terarah, sikapnya berubah sigap dan cekatan.
Untuk pertarungan jarak pendek, rupanya dia tidak terkalahkan

Sesudah latihan dan makan siang, aku di ajak kuning ke kolam di belakang, suasananya nyaman, rindang, aku lihat ikan2-nya yang beraneka warna berdatangan di panggil Kuning dengan menjentikkan tangannya ke air, di belainya satu persatu dan mereka terus berdesakan seolah minta di belai oleh putri cantik yang lembut hati itu.

:”Aku dahulu sering disini jika kangen pada ibunda, ada kedamaian di sini” dia berkata masih membelai beberapa ikan disitu, aku mengangguk mengerti
:”Kamu tadi memperhatikan perangai pangeran terhadap putri Intan ?”tiba-tiba dia berkata sambil memandangku
:”Seperti menghindar ya ?” kataku asal saja, seekor ikan mendekati tangan yang kucelupkan di air, kubelai dan sepertinya dia manja memutari tanganku, minta di belai, putri Kuning tertawa

:”Sebetulnya pangeran sejak dahulu tidak menyukai puteri Intan, dia biasa saja, hanya puteri Intan yang sepertinya selalu mengejar pangeran”
:”Kenapa, .. kupikir puteri Intan itu cantik bukan main lho, kalau didekati kulitnya seperti pualam merah jambu”kataku terkagum

:”Putri, cinta itu bukan karena kecantikan jasmani semata, tetapi harus ada kecocokan hati di sana” aku tertawa, aku sirat dia dengan air kolam, diapun membalas, kita saling tertawa bersirat air
:”Bijak sekali, seperti petuah para tetua” kataku lagi, kubelai beberapa ikan yang ikut mengerumuni tanganku

:”Tuh kan, ikan-ikan saja langsung jatuh cinta melihat kamu” aku memandang Kuning yang tersenyum simpul
:”Aku khawatir pangeran juga jatuh cinta padamu Puteri” kata putri Kuning

Aku memandang pada Kuning, ikan-ikan makin banyak menggerombol di sekitar tanganku, aku pegang satu yang paling besar, kuangkat, seolah meronta dan aku masukkan lagi kekolam, tetapi dia tetap saja mengeruminu tanganku, geli juga kurasakan
:”Aku sudah bilang padamu, aku sudah punya pilihan hati di negaraku, dan aku akan setia padanya”kataku pada Kuning, keadaan menjadi hening sejenak

:”Aku juga sudah bilang itu pada pangeran, tapi katanya dia akan terus berusaha selama kamu ada di sini, di Galuga Pura”putri Kuning memandangku
:”Tapi aku ingin pulang ke negaraku kembali”kataku, aku memandang jauh
:”Kamu tidak kerasan di Galuga Putri ?”putri Kuning bertanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun