Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Darah Biru yang Terluka ( 58 )

15 Februari 2015   02:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:10 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423916306638680817

Ada ketukan di pintu, kita langsung berhenti, menata diri dan Kuning membukakan pintu.

Ternyata pangeran Biru dan kakang Narpati, mereka segera diseret disuruh masuk oleh puteri Kuning dan pintu di tutup.

Dan di persilahkan dua ksatria tampan itu segera kemeja makan, mereka terbelalak melihat makanan begitu banyak tersebar di meja.

“Ini di sediakan kusus untuk calon permaisuri Galuga yang cantik dan sedang sakit tadi.”
Sambil tertawa kemudian kita saling makan bersama.

“Yang dua itu jangan, itu jamu untuk Puteri.” Kata Kuning yang asyik berbagi kudapan dengan kakang Narpati, sambil menunjuk dua minuman dari Nini Sedah.

Aku juga asyik berbagi panganan yang enak dan masih hangat itu dengan pangeran Biru sambil saling pandang dan senyum.

Aku pandangi dia, apakah aku sudah jatuh cinta benar padanya sekarang, kurasakan ada debar yang lembut dihati ini.
Terasa membelai lirih dan itu amat bisa kurasakan saat ini.  Ah, ...Wahai Puteri Puspita,  engkau sedang jatuh cinta sekarang ?

“Kakang Narpati, makan yang banyak, agar cepat bisa kekar seperti dahulu lagi.” kata pangeran Biru sambil tertawa.

“Kita harus bersiap untuk pernikahan kita sebentar lagi.” Kakang Narpati juga tertawa agak malu. Dia memandang pada Puteri Kuning.

Perlahan aku menoleh ke langit yang merah muda diatas, … duhai , langit merah muda yang  gemulai diatas, apa yang harus kau katakan pada hati yang sedang bahagia ini sahabatku ?.

“Engkau tidak apa-apa tadi Puteri ?” tanya pangeran Biru, aku menggeleng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun