Kita turun lagi dari peraduan dan membuka pintu, aku lihat senapati Mayang dan beberapa pasukannya sedang duduk mengelilingi meja dengan minuman yang sedang mengepul. Dia langsung berlari kearah kita
“Puteri membutuhkan sesuatu ?” tanyanya santun
“Apa senapati tahu dimana gerangan pangeran Biru, saya sejak tadi tidak melihatnya . Sudah di cari oleh Puteru Puspita.ini.” tanya puteri Kuning
“Tidak Puteri, belum ada kabar – pangeran Biru bertugas di Timur dengan pasukannya,” jawab senapati Mayang sambil memandangku.
“Senapati tahu kenapa tadi Baginda Kelana tidak jadi mencari Panglima Maruta … padahal kabarnya sudah mengancam mencari Puteri Puspita dan panglima Maruta ?”
“Katanya baginda Kelana pergi ke tempat padepokan Puser-Segaran, tempat gurunya berada. Juga katanya melapor kematian Samudera Laksa.”
“Siapa gurunya baginda Kelana.?” Aku tanya
“Namanya Buyut Segaran, sudah amat tua Puteri, juga tidak bisa berjalan, pernah di gigit ular welang laut, hampir mati tetapi bisa bertahan hidup.”
“Sepertinya engkau mengerti keadaan mereka ?” tanyaku
“Berita seperti itu cepat tersebar diantara rakyat kecil Puteri, terlebih yang rumahnya di pinggir laut. Rumah saya ada dipinggir pantai .” aku mengangguk mengerti/
Beberapa orang bergegas mendatangi kita, aku lihat Aki Sedah, kakang Narpati dan senapati Warsih, kelihatan tergesa dan was-was.
Sesudah menyembah, mereka mengatakan kalau sampai sekarang pangeran Biru dan pasukannya belum kembali dari Timur.
Aku dan puteri Kuning saling pandang, sejak tadi kita memang tidak melihat pangeran Biru.