Mohon tunggu...
Siti Suhanah
Siti Suhanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mikom Universitas Bakrie

Saya adalah seorang individu yang memiliki semangat dan dedikasi tinggi dalam segala hal yang saya lakukan. Saya percaya bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, saya dapat mencapai segala impian dan tujuan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ridwan Kamil dan Kontroversi Gender di Era Demokrasi Digital

7 Januari 2025   20:25 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:27 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ridwan Kamil dan Kontroversi Gender di Era Demokrasi Digital. Foto : Twitter @JhonSitorus_18 

Media Sosial telah mengubah cara kita berkomunikasi, khususnya dalam konteks sosial dan Politik. Dulu, Pembicaraan tentang isu-isu politik terbatas di media konvensional seperti televisi atau koran. Sekarang, Platform media sosial memungkinkan siapa saja untuk berbicara dan berdebat dengan bebas, menjadikan diskusi publik semakin dinamis. 

Youtube, misalnya, memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan berbagai isu sosial dan politik di Indonesia. Menurut Laporan We Are Social dan Hootsuite tahun 2023, ada sekitar 139 juta pengguna aktif Youtube di Indonesia. Ini Menjadikan Youtube sebagai platform utama, bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga alat komunikasi politik yang efektif. Tidak sedikit tokoh publik memanfaatkan platfoam ini untuk membangun citra dan menyampaikan pesan Mereka.

Namun, meski menawarkan banyak peluang, media sosial juga membawa resiko. Kontroversi yang muncul sering kali lebih cepat menyebar dan berdampak luas. Salah satu contoh adalah kasus Ridwan Kamil, seorang tokoh politik dan calon gubernur DKI Jakarta, yang tersandung isu gender karena menggunakan istilah "Janda" dalam konteks bercanda saat kampanye politik.

Peran Media Sosial dalam Politik 

Media sosial telah menjadi alat penting bagi politisi untuk terhubung langsung dengan masyarakat tanpa perantara media konvensional. Ridwan Kamil adalah salah satu contoh politisi yang sangat aktif menggunakan media sosial. dengan citra sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat, ia sering kali menggunggah aktivitasnya di platform seperti Youtube dan Instagram.

Kelebihan utama dari media sosial adalah kemampuannya untuk menciptakan hubungan personal antara politisi dan masyarakat. Lewat konten-konten yang dibagikan, politisi bisa menunjukan sisi manusiawi mereka-mulai dari kegiatan sehari-hari hingga momen kebersamaan dengan keluarga. 

Namun, kehadiran media sosial juga membawa tantangan besar. Ketika seorang tokoh publik membuat pernyataan yang dianggap tidak pantas, reaksi masyarakat bisa sangat cepat dan masif. Inilah yang terjadi pada Ridwan Kamil saat ia membuat pernyataan kontrovesial yang dianggap menyinggung kaum perempuan, khususnya mereka yang berstatus janda. 

Kasus Ridwan Kamil dan Reaksi Publik 

Kontrovesi bermula ketika Ridwan kamil menggunakan istilah "Janda" dalam kampanyenya dengan nada bercanda. meskipun maksudnya mungkin sekedar humor, banyak pihak yang merasa pernyataan tersebut tidak pantas diucapkan oleh seorang calon pemimpin. 

Rocky Gerung, seorang pengamat politik yang cukup berpengaruh di Indonesia, mengomentari pernyataan Ridwan Kamil melalui kanal Youtube miliknya. Dalam video berjudul "Ridwan Kamil Memang Dangkal Sejak dari Dengkul! Jadikan Janda Obyek Bercandaan di Kampanye". Rocky gerung mengkritik tindakan RK sebagai bentuk ketidakpekaan terhadap isu gender. Video tersebut dengan cepat menjadi viral,menarik perhatian ribuan netizen. 

Kolom komentar di video Rocky Gerung menjadi ruang diskusi publik yang sangat aktif. Banyak pengguna yang menyuarakan pendapat mereka, baik mendukung maupun mengkritik RK. Sebagian besar komentar menyoroti ketidakpekaan Ridwan Kamil terhadap isu gender, sementara yang lain melihat kontroversi ini sebagai tanda dari masalah yang lebih besar , ketidakadilan struktural terhadap perempuan. 

Analisis Wacana Gender dan Politik

Untuk memahami bagaimana kontroversi ini berkembang, kita bisa menggunakan Analisis Wacana Kritis atau Critical Discourse Analysis (CDA) dari Norman Fairclough. Pendekatan ini melihat bahasa sebagai alat sosial yang mencerminkan relasi kekuasaan di masyarakat. 

Dalam Kasus ini, komentar-komentar di kolom video Rocky Gerung tidak hanya mencerminkan reaksi spontan terhadap pernyataan Ridwan Kamil, tetapi juga memperlihatkan bagaimana masyarakat memandang isu gender dan politik di Indonesia. Ada dua tema utama yang muncul dari diskusi tersebut : Resistensi terhadap stereotip gender dan kritik terhadap tokoh publik.

1. Resistensi terhadap Stereotip Gender 

Salah satu isu yang paling banyak disorot adalah penggunaan istilah "Janda". Dalam budaya patriarki, istilah ini sering kali memiliki konotasi negatif. Namun, banyak komentar di video Rocky Gerung menunjukan dukungan kepada perempuan dengan status janda, menggambarkan mereka sebagai individu yang kuat dan mandiri. 

contoh nya, seorang pengguna menulis dikomentar : "Mama saya janda, sangat hebat karena menyekolahkan kami sampai kuliah. Saya sangat bangga padanya. "

komentar semacam ini mencerminkan bahwa masyarakat mulai bergerak melampaui stereotip tradisional dan melihat "janda" sebagai simbol kekuatan dan keberanian, bukan lagi sebagai objek cemo'ohan. 

2. Kritik terhadap Tokoh Publik

Banyak komentar juga mengkritik Ridwan Kamil sebagai tokoh publik. Tindakan Ridwan Kamil dianggap mencerminkan ketidakpekaan terhadap isu sosial yang lebih luas. Seorang pengguna lain berkomentar : "Calon Pemimpin seperti ini tidak pantas memimpin Jakarta dan Indonesia." 

Kritik semacam ini menunjukan bahwa masyarakat menuntut lebih dari sekedar popularitas dan citra personal dari seorang pemimpin. Mereka ingin pemimpin yang memiliki pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial, termasuk gender.

Peran Media Sosial sebagai Ruang Diskursif 

Media sosial, khususnya Youtube, telah menjadi ruang diskursif dimana masyarakat dapat menyuarakan opini mereka secara bebas. dalam kasus ini, kolom komentar di video Youtube Rocky Gerung menjadi arena debat publik yang memperlihatkan beragam pandangan tentang gender dan politik. 

Menurut Penelitian Christian Fuchs (2014), media sosial memiliki potensi besar untuk memperkuat demokrasi dengan memberikan ruang bagi partisipasi publik. Namun, Media sosial juga memperkuat hierarki kekuasaan jika digunakan dengan tidak bijak.

dalam kasus Ridwan Kamil, media sosial berperan sebagai alat yang memfasilitasi kritik sekaligus menunjukan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu-isu sosial.

Dampak Sosial dan Politik

kasus ini memiliki dampak yang signifikan dalam beberapa aspek : 

1. Kesadaran akan ketidaksetaraan Gender yang dimana kontroversi ini mendorong masyarakat untuk lebih peka terhadap isu gender. Banyak yang mulai menyadari bagaimana penggunaan istilah tertentu bisa memperkuat bias gender. 

2. Pergeseran Persepsi Publik terhadap Ridwan Kamil, Ridwan Kamil yang sebelumnya dikenal sebagai tokoh dekat dengan rakyat, kini menghadapi tantangan baru dalam membangun citra positifnya kembali. 

3. Meningkatnya Partisipasi Publik, yang dimana kolom komentar yang ramai tersebut menunjukan bahwa masyarakat semakin aktif dalam menyuarakan pendapat mereka. ini adalah tanda bahwa masyarakat mulai lebih peduli terhadap isu-isu sosial dan politik.

Singkatnya, Ridwan Kamil menunjukan betapa kuatnya peran media sosial dalam membentuk opini Publik saat ini, meski memberikan ruang bagi partisipasi masyarakatm media sosial juga menuntut tanggung jawab yang lebih besar dari tokoh publik dalam menyampaikan pesan mereka. 

Lewat unggahan dari analisis wacana kritis ini, kita dapat melihat bahwa kasus seperti ini mencerminkan resistensi masyarakat terhadap stereotip gender sekaligus kritik terhadap struktur kekuasaan yang ada. Kedepannya, diharapkan kesadaran masyarakat akan terus meningkat, sehingga isu-isu sosial seperti ini dapat ditanggapi dengan lebih bijak. 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun