Analisis Wacana Gender dan Politik
Untuk memahami bagaimana kontroversi ini berkembang, kita bisa menggunakan Analisis Wacana Kritis atau Critical Discourse Analysis (CDA) dari Norman Fairclough. Pendekatan ini melihat bahasa sebagai alat sosial yang mencerminkan relasi kekuasaan di masyarakat.Â
Dalam Kasus ini, komentar-komentar di kolom video Rocky Gerung tidak hanya mencerminkan reaksi spontan terhadap pernyataan Ridwan Kamil, tetapi juga memperlihatkan bagaimana masyarakat memandang isu gender dan politik di Indonesia. Ada dua tema utama yang muncul dari diskusi tersebut : Resistensi terhadap stereotip gender dan kritik terhadap tokoh publik.
1. Resistensi terhadap Stereotip GenderÂ
Salah satu isu yang paling banyak disorot adalah penggunaan istilah "Janda". Dalam budaya patriarki, istilah ini sering kali memiliki konotasi negatif. Namun, banyak komentar di video Rocky Gerung menunjukan dukungan kepada perempuan dengan status janda, menggambarkan mereka sebagai individu yang kuat dan mandiri.Â
contoh nya, seorang pengguna menulis dikomentar : "Mama saya janda, sangat hebat karena menyekolahkan kami sampai kuliah. Saya sangat bangga padanya. "
komentar semacam ini mencerminkan bahwa masyarakat mulai bergerak melampaui stereotip tradisional dan melihat "janda" sebagai simbol kekuatan dan keberanian, bukan lagi sebagai objek cemo'ohan.Â
2. Kritik terhadap Tokoh Publik
Banyak komentar juga mengkritik Ridwan Kamil sebagai tokoh publik. Tindakan Ridwan Kamil dianggap mencerminkan ketidakpekaan terhadap isu sosial yang lebih luas. Seorang pengguna lain berkomentar :Â "Calon Pemimpin seperti ini tidak pantas memimpin Jakarta dan Indonesia."Â
Kritik semacam ini menunjukan bahwa masyarakat menuntut lebih dari sekedar popularitas dan citra personal dari seorang pemimpin. Mereka ingin pemimpin yang memiliki pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial, termasuk gender.
Peran Media Sosial sebagai Ruang DiskursifÂ