Mohon tunggu...
Siti Suhanah
Siti Suhanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mikom Universitas Bakrie

Saya adalah seorang individu yang memiliki semangat dan dedikasi tinggi dalam segala hal yang saya lakukan. Saya percaya bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, saya dapat mencapai segala impian dan tujuan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ridwan Kamil dan Kontroversi Gender di Era Demokrasi Digital

7 Januari 2025   20:25 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:27 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Analisis Wacana Gender dan Politik

Untuk memahami bagaimana kontroversi ini berkembang, kita bisa menggunakan Analisis Wacana Kritis atau Critical Discourse Analysis (CDA) dari Norman Fairclough. Pendekatan ini melihat bahasa sebagai alat sosial yang mencerminkan relasi kekuasaan di masyarakat. 

Dalam Kasus ini, komentar-komentar di kolom video Rocky Gerung tidak hanya mencerminkan reaksi spontan terhadap pernyataan Ridwan Kamil, tetapi juga memperlihatkan bagaimana masyarakat memandang isu gender dan politik di Indonesia. Ada dua tema utama yang muncul dari diskusi tersebut : Resistensi terhadap stereotip gender dan kritik terhadap tokoh publik.

1. Resistensi terhadap Stereotip Gender 

Salah satu isu yang paling banyak disorot adalah penggunaan istilah "Janda". Dalam budaya patriarki, istilah ini sering kali memiliki konotasi negatif. Namun, banyak komentar di video Rocky Gerung menunjukan dukungan kepada perempuan dengan status janda, menggambarkan mereka sebagai individu yang kuat dan mandiri. 

contoh nya, seorang pengguna menulis dikomentar : "Mama saya janda, sangat hebat karena menyekolahkan kami sampai kuliah. Saya sangat bangga padanya. "

komentar semacam ini mencerminkan bahwa masyarakat mulai bergerak melampaui stereotip tradisional dan melihat "janda" sebagai simbol kekuatan dan keberanian, bukan lagi sebagai objek cemo'ohan. 

2. Kritik terhadap Tokoh Publik

Banyak komentar juga mengkritik Ridwan Kamil sebagai tokoh publik. Tindakan Ridwan Kamil dianggap mencerminkan ketidakpekaan terhadap isu sosial yang lebih luas. Seorang pengguna lain berkomentar : "Calon Pemimpin seperti ini tidak pantas memimpin Jakarta dan Indonesia." 

Kritik semacam ini menunjukan bahwa masyarakat menuntut lebih dari sekedar popularitas dan citra personal dari seorang pemimpin. Mereka ingin pemimpin yang memiliki pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial, termasuk gender.

Ridwan Kamil dan Kontroversi Gender di Era Demokrasi Digital. Foto : Twitter @JhonSitorus_18 
Ridwan Kamil dan Kontroversi Gender di Era Demokrasi Digital. Foto : Twitter @JhonSitorus_18 

Peran Media Sosial sebagai Ruang Diskursif 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun