Mohon tunggu...
Siti Soleha
Siti Soleha Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya lebih suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Film

Film Al-Fatih 1453 : Penaklukan kota konstantinopal

11 Januari 2025   15:35 Diperbarui: 11 Januari 2025   15:35 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sultan Muhammad Al Fatih memimpin Sholat Jum'at terbesar sepanjang sejarah umat manusia (sumber : https://yoursay.suara.com/)

Meriam tersebut memiliki berat ratusan ton dan membutuhkan ratusan peletup api yang kuat untuk mengoperasikannya. Para peneliti menyebutkan bahwa meriam ini menjadi senjata utama dalam menaklukkan Konstantinopel. Al-Fatih secara langsung mengawasi proses pembuatannya dan juga melakukan uji coba untuk memastikan efektivitas senjata tersebut.

Al-Fatih tidak berhenti sampai di situ, ia tampaknya juga berencana untuk menyerang dari arah laut. Ia memerintahkan pembuatan lebih dari empat ratus kapal dengan berbagai jenis. Selain itu, Al-Fatih juga menjalin perjanjian dengan wilayah tetangga untuk fokus menghadapi satu musuh bersama. Namun, perjanjian ini tidak bertahan lama karena perbedaan keyakinan yang tajam antara kelompok-kelompok Nasrani.

Akibat pembatalan perjanjian tersebut dan didorong oleh tekad yang sangat kuat, Al-Fatih memulai aksi penyerangan dengan semangat jihad di jalan Allah. Ia membagi pasukannya menjadi tiga bagian utama, menempatkan pasukan tambahan di belakang pasukan utama, dan memposisikan meriam raksasa di depan pintu Topkapi, gerbang utama Konstantinopel. Al-Fatih juga menempatkan regu-regu di posisi strategis yang tinggi dan dekat dengan kota untuk memantau situasi. Sementara itu, kapal-kapal pasukan Daulah Utsmaniyah mulai menguasai perairan sekitar kota. Namun, keberadaan rantai besar yang dipasang Konstantinopel sempat menghalangi kapal-kapal tersebut. Meskipun demikian, akhirnya pasukan Daulah Utsmaniyah berhasil merebut kendali.

Sebagai umat Muslim yang menjunjung perdamaian, Al-Fatih mencoba untuk mengadakan perundingan damai dengan Konstantinopel dengan mengirimkan sebuah surat kepada raja Konstantinopel yang berisi tawaran perdamaian antara Daulah Utsmaniyah dan pihak Konstantinopel. Namun, penguasa Konstantinopel tetap bersikeras untuk mempertahankan wilayahnya. Akibatnya, perang berlanjut dengan blokade yang dilakukan oleh Daulah Utsmaniyah, meskipun hal itu belum sepenuhnya efektif karena pasukan Bizantium masih bertahan di selat. Meskipun demikian, serangan dari pasukan Daulah Utsmaniyah terus berlangsung tanpa henti. Meriam lainnya berhasil menghancurkan sebagian tembok Bizantium di dekat lembah Lykus, sebelah barat tembok tersebut. Pada hari yang sama, sebagian kapal Daulah Utsmaniyah berusaha menembus rantai besar yang menghalangi mereka, namun mereka juga harus menghadapi serangan dari pihak musuh di laut. Akibatnya, pasukan laut Daulah Utsmaniyah merasa kewalahan dan terpaksa mundur dengan rasa kecewa.

Perjuangan untuk menaklukkan Konstantinopel tidak berjalan mulus sesuai dengan strategi yang telah dirancang. Para peneliti mencatat bahwa kebijakan yang diambil oleh Balata Ihsanoqlu, komandan laut, yang mencoba memaksa menerobos dengan menabrakkan kapal ke rantai besar, justru menyebabkan kerusakan pada sebagian kapal milik pasukan Utsmaniyah. Akibatnya, Al-Fatih memutuskan untuk mencopot Balata Ihsanoqlu dan menggantikannya dengan komandan laut yang baru, Hamzah Pasha. Pada saat yang sama, Al-Fatih terus mencari cara untuk memasukkan kapal-kapal Daulah Utsmaniyah ke "Tanduk Emas", mengingat pertahanan di bagian tembok yang menghadap ke arah tersebut sudah mulai melemah.

Al-Fatih kemudian memutuskan untuk memindahkan kapal-kapal Utsmaniyah dari tempat semula di Besiktas menuju "Tanduk Emas" dengan menariknya melalui jalur darat yang terletak di antara dua dermaga. Jalur tersebut berada jauh dari pemukiman Galata, sehingga kapal-kapal tersebut dapat terhindar dari pengawasan musuh di selatan. Jarak antara kedua dermaga tersebut sekitar 3 mil, dan medan tanahnya bergelombang, bukan datar. Setelah itu, Al-Fatih mengumpulkan semua jenderal perang untuk menyampaikan ide tersebut dan merencanakan strategi lanjutan dalam peperangan.

Rencana tersebut dilaksanakan dengan perintah untuk meratakan tanah dalam waktu singkat, menggunakan beberapa balok kayu yang dilapisi minyak dan lemak. Bahan tersebut kemudian disebarkan di jalur yang telah diratakan untuk memudahkan kapal-kapal agar dapat menggelinding dan ditarik. Salah satu tantangan terbesar dari proyek ini adalah memindahkan kapal-kapal ke atas bukit yang tinggi sejauh 3 mil. Para peneliti merasa terkejut dengan pencapaian ini, karena secara logika, membawa kapal melalui jalur darat, apalagi melintasi lembah gunung yang curam, tampak mustahil. Namun, kenyataannya, Daulah Utsmaniyah berhasil melakukannya. Keberhasilan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat Islam, karena mereka berhasil membawa kapal melalui jalur darat, sebuah prestasi yang luar biasa.

Setelah mencapai titik lemah pertahanan kota, Daulah Utsmaniyah berusaha untuk memanjat benteng tersebut. Sementara itu, musuh sibuk dengan pekerjaan membangun dan merenovasi benteng-benteng yang telah rusak. Selain itu, Daulah Utsmaniyah juga menempatkan sejumlah meriam di dataran tinggi yang berdekatan dengan Bosphorus dan "Tanduk Emas". Tujuan dari penempatan meriam ini adalah untuk menghancurkan kapal-kapal Bizantium serta kapal-kapal yang bekerja sama dengan mereka di "Tanduk Emas". Serangan tersebut menyebabkan kelumpuhan total bagi pihak musuh.

Strategi berikutnya adalah menggandakan serangan terhadap tembok-tembok dengan fokus dan intensitas tinggi, sesuai dengan rencana yang telah disusun. Al-Fatih mulai menempatkan senjata berat di dataran tinggi di belakang Galata, yang kemudian menembakkan peluru secara intensif ke pelabuhan. Salah satu peluru mengenai kapal dagang dan menenggelamkannya. Al-Fatih melanjutkan serangan ini sepanjang hari, tanpa henti, untuk melemahkan pasukan musuh dan mencegah mereka merasakan ketenangan.

Selain itu, Al-Fatih memerintahkan pasukannya untuk menggali terowongan di bawah Konstantinopel. Namun, strategi ini gagal karena pasukan musuh telah mengetahuinya. Musuh kemudian menyerang pasukan Daulah Utsmaniyah di bawah tanah dengan api, minyak, dan bahan-bahan mudah terbakar. Akibatnya, banyak prajurit Daulah Utsmaniyah yang tercekik atau terbakar. Mereka akhirnya terpaksa mundur dan kembali ke markas.

Selain itu, Al-Fatih terus melontarkan tembakan meriam dengan keyakinan bahwa Konstantinopel akan segera jatuh. Ia juga berusaha untuk memasuki kota dengan cara damai. Untuk itu, ia mengirimkan surat yang meminta agar kota diserahkan tanpa pertumpahan darah, serta menawarkan jaminan keamanan bagi raja, keluarganya, bawahannya, dan penduduk yang ingin pergi. Namun, surat tersebut dibalas dengan penolakan untuk menyerahkan Konstantinopel begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun