Mohon tunggu...
Siti Shafiyah Nur Ubai
Siti Shafiyah Nur Ubai Mohon Tunggu... Lainnya - Political Science Student

Senang mengikuti isu sosial dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia dan Perkembangannya

19 Mei 2023   06:35 Diperbarui: 27 Mei 2023   07:21 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerajaan Islam merupakan salah satu sejarah yang membentuk kebudayaan di Indonesia. Menjadi era kerajaan terakhir setelah kerajaan Hindu dan Budha, Kerajaan Islam yang ada di nusantara turut memengaruhi sejarah penyebaran Islam di negeri ini. Islam mudah diterima masyarakat karena tidak melalui jalan konfrontasi dan serangan terhadap budaya setempat, seperti budaya setempat ada yang diakomodir, ada yang dimodifikasi dengan dimasuki ruh Islam, dan jika sangat bertolak belakang dengan moral Islam akan ditolak atau dihilangkan, seperti sistem kasta di masyarakat yang merupakan warisan Hindu. Islam dengan mudah menyebar karena menggunakan cara yang elastis, penuh pengertian, dan tidak kaku.

Berbagai teori kedatangan Islam di Indonesia pun memberikan tahun-tahun yang berbeda. Namun, kejayaan Kerajaan Islam berlangsung antara abad ke-12 sampai abad ke-13. Salah satu penyebab berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia adalah akibat maraknya lalu lintas perdagangan laut. Kerajaan tersebut tersebar pesat di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi. Beberapa kesultanan atau kerajaan Islam tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Kerajaan Jeumpa (777-880 M)

Kerajaan Jeumpa merupakan kerajaan Islam pertama di nusantara yang muncul sekitar abad ke-7 Masehi dan didirikan oleh Salman Al Parsi. Penyebaran agama Islam di Kerajaan Jeumpa dipengaruhi oleh para pedagang Muslim yang berasal dari Persia. Sekitar tahun 777 Masehi, kerajaan secara sepenuhnya menjadi kerajaan bercorak Islam. Semenjak kehadiran Kerajaan Jeumpa, secara perlahan para masyarakat mulai memeluk Islam. Pusat pemerintahan Kerajaan Jeumpa adalah Kota Pelabuhan, salah satu kota persinggahan dan perdagangan strategis di pulau Sumatera. Kerajaan Jeumpa juga masuk dalam jalur perdagangan dan pelayaran yang strategis di wilayah Selat Malaka. Masa keruntuhan Jeumpa terjadi sekitar tahun 880 Masehi.

2. Kesultanan Perlak (840-1292 M)

Kesultanan Peureulak atau Kesultanan Perlak adalah kerajaan Islam di Indonesia yang berkuasa di sekitar wilayah Peureulak, Aceh Timur antara tahun 840 hingga tahun 1292. Perlak terkenal sebagai daerah penghasil kayu perlak, sebuah jenis kayu yang sangat bagus untuk pembuatan kapal sehingga daerah ini dikenal dengan nama "Negeri Perlak". Hasil alam dan posisinya yang strategis membuat Perlak berkembang sebagai pelabuhan yang maju pada abad ke-8 hingga disinggahi oleh kapal-kapal yang berasal dari berbagai negara, seperti Arab dan Persia. Pada sekitar tahun 790, naskah Idhar al-Haq mengisahkan sebuah kapal layar besar dari Teluk Kambay, Gujarat berlabuh di pelabuhan Perlak. Kapal tersebut membawa ratusan pendakwah, salah satunya ialah Sayyid Ali bin Mohammad bin Jaafar As-Sadiq. Hal ini membuat Islam semakin berkembang, terutama sebagai akibat perkawinan campur antara saudagar Muslim dengan perempuan setempat. Kerajaan Perlak bertahan selama 452 tahun yang diperintah oleh 18 orang sultan. Alasan berakhirnya masa Kerajaan Perlak karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai.

3. Kerajaan Ternate (1257 M)

Kerajaan Ternate atau Kerajaan Gapi adalah kerajaan Islam pertama di wilayah timur Indonesia, tepatnya di daerah kepulauan Maluku. Kerajaan Ternate berperan penting dalam penyebaran agama Islam nusantara terutama di wilayah timur Indonesia. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1257 oleh Baab Mashur Malamo dan mengalami masa kejayaannya pada abad ke-16 atau sekitar tahun 1600. Kejayaan Kerajaan Ternate dikarenakan memiliki komoditas rempah-rempah yang pada masa itu paling dicari dan cukup bernilai. Selain memiliki komoditas rempah-rempah yang melimpah, Kerajaan Ternate juga memiliki kekuatan militer yang patut diperhitungkan karena banyaknya prajurit yang ada di kerajaan tersebut. Keruntuhan Kerajaan Ternate berawal ketika negara-negara barat mulai melakukan penjajahan. Meskipun sempat menang saat melawan Portugis, Kerajaan Ternate berhasil dikalahkan oleh Belanda karena memonopoli perdagangan dari Kerajaan Ternate dengan kontrak yang tidak adil dan merugikan Kerajaan Ternate. Hingga kini, Kerajaan Ternate masih memiliki struktur kepemimpinan. Di usianya yang memasuki ke-765 tahun, Kerajaan Ternate masih tetap bertahan meskipun hanya sebatas simbol budaya.

4. Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521 M)

Kesultanan Pasai atau Samudera Darussalam atau Samudera Pasai merupakan kesultanan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatra di sekitar Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan ini didirikan oleh Marah Silu yang bergelar Sultan Malik as-Saleh sekitar tahun 1267. Kehidupan masyarakat Samudera Pasai diwarnai oleh agama dan kebudayaan Islam. Pemerintahannya berdasarkan ajaran Islam, rakyatnya sebagian besar memeluk agama Islam. Selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama. Samudera Pasai juga mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran, salah satunya yang terbuat dari emas dikenal sebagai uang dirham. Kesultanan Pasai mengenal adanya lembaga-lembaga keagamaan, yakni qadhi dan mufti dan menjadikan Hukum Islam sebagai hukum kerajaan, baik pada bidang pidana maupun perdata. Kesultanan Pasai mengalami keruntuhan setelah serangan Portugal pada tahun 1521.

5. Kerajaan Gowa (1300-1945 M)

Kerajaan Gowa adalah kerajaan Islam yang cukup besar dan berpusat di Sulawesi Selatan. Dalam prosesnya menjadi kekaisaran maritim, Kerajaan Gowa mengembangkan berbagai inovasi dalam bidang pemerintahan, ekonomi, dan militer. Kejayaannya semakin menguat setelah Kerajaan Gowa mengadopsi Islam sebagai agama resmi pada awal 1607. Kerajaan Gowa menjadi kerajaan dengan kekuatan militer yang cukup besar serta menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian timur mulai dari daerah Sulawesi, Maluku, NTT hingga ke timur Kalimantan. Salah satu pemimpin Kerajaan Gowa yang cukup terkenal dan menjadi pahlawan nasional adalah Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin menjadi pemimpin Gowa yang adil, bijaksana, dan berani. Bahkan Sultan Hasanudin mampu menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di daerah Sulawesi dan bersatu melawan Belanda yang kala itu menjajah Indonesia. Meskipun kekuasaannya semakin sedikit, Kerajaan Gowa tidak pernah runtuh dan ada hingga kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Kerajaan Gowa secara resmi bergabung ke Republik Indonesia dan berubah menjadi salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan, yakni Kabupaten Gowa.

6. Kerajaan Islam Cirebon (1430-1677 M)

Kerajaan Islam pertama di Jawa Barat adalah Kerajaan Islam Cirebon yang didirikan pada 1430 oleh Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana. Kerajaan Islam Cirebon berada di daerah yang cukup strategis di utara pulau Jawa dan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kesultanan Cirebon menjadi kesultanan ternama di Jawa barat dan memiliki pengaruh besar terhadap penyebaran Islam di Pulau Jawa. Menurut Sumitro, di bawah kepemimpinan Syarif Hidayatullah, Cirebon memiliki keunggulan geostrategis, geopolitik, dan geoekonomi dibandingkan daerah lain di Jawa Barat. Islam dapat berkembang luas ke wilayah lain, seperti Majalengka, Sunda Kelapa, dan Kuningan.

7. Kesultanan Demak (1478-1554 M)

Kesultanan yang terletak di daerah Demak, Jawa Tengah ini merupakan kerajaan Islam terbesar di pesisir Pulau Jawa. Kesultanan Demak berdiri pada 1478 dan dipimpin oleh Raden Patah. Kesultanan Demak memainkan peran penting dalam mengakhiri pemerintahan Majapahit kala itu dan dalam menggencarkan penyebaran Islam di Jawa. Sepanjang setengah awal abad ke-16, Demak berada pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Trenggana. Pada masanya, ia melakukan penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama di Pulau Jawa hingga ke pedalaman yang mungkin belum tersentuh Islam. Di luar Jawa, Demak memiliki kekuasaan atas Jambi dan Palembang di Sumatra bagian timur. Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam yang cukup terpandang pada masa itu, tetapi runtuh karena adanya perang saudara yang saling memperebutkan kekuasaan.

8. Kerajaan Islam Banten (1526-1813)

Kesultanan Banten berawal dari Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak yang sedang berekspansi memperluas wilayahnya di wilayah utara Pulau Jawa di mana kedua kesultanan ini berhasil menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan di pesisir barat Pulau Jawa, salah satunya Banten. Setelah berhasil menaklukkan Banten, Maulana Hasanudin yang merupakan putra Sunan Gunung Jati mendirikan kesultanan sendiri, yakni Kesultanan Banten dan menjadikannya pangkalan militer karena Kesultanan Banten dikenal memiliki kekuatan militer yang kuat pada masa itu. Islam menjadi pilar bagi Kesultanan Banten dan menempatkan ulama sebagai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Inilah yang membuat tarekat dan tasawuf berkembang di Banten. Tradisi lain yang dipengaruhi perkembangan Islam adalah seni bela diri debus.

9. Kerajaan Mataram Islam (1588-1755)

Kerajaan Mataram Islam merupakan kerajaan yang berada di Jawa Tengah. Kerajaan Mataram menjadi salah satu kerajaan Islam yang kuat dan memiliki wilayah yang cukup luas meliputi pulau Jawa, Madura, hingga Sukadana atau sekarang dikenal sebagai Kalimantan Barat. Puncak kejayaan Kerajaan Mataram Islam berlangsung pada abad ke-16 di bawah kepemimpinan Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung Hanyokrokusumo. Ia berhasil melakukan ekspansi dan menguasai hampir seluruh wilayah di tanah Jawa. Ia juga melakukan perlawanan kepada VOC bersama Kesultanan Banten dan Cirebon. Dalam bidang pendidikan, Kerajaan Mataram Islam membuat beberapa ketentuan khusus, yaitu setiap desa harus menyediakan beberapa tempat pengajian Al-Quran. Di tempat itulah, masyarakat diajarkan huruf hijaiyah, barzanji, dan dasar-dasar keislaman lainnya, seperti praktik ibadah, rukun iman, dan rukun Islam. Selain itu, pihak kesultanan menghimbau kepada para orang tua agar memerintahkan anak-anak mereka yang telah berusia 7 tahun agar belajar mengaji. Peninggalan kerajaan yang hingga kini masih dapat dijumpai adalah Masjid Agung Gedhe Kauman, Masjid Kotagede, Masjid Agung Surakarta, dan Masjid Al Fatih Kepatihan Solo, dan aksara Jawa Hanacaraka.

Masuknya Islam di Indonesia menandai munculnya era baru dalam berbagai aspek kehidupan yang berkembang di masyarakat. Aturan-aturan keagamaan mulai diimplementasikan dalam setiap aspek kehidupan. Tidak hanya berkaitan dengan aspek legalitas formal yang bernuansa hukum, tetapi juga nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam berkaitan dengan aspek kehidupan ekonomi, budaya, sosial kemasyarakatan, bahkan politik menjadi bagian dari bagaimana Islam mendekatkan diri pada masyarakat Nusantara.

Referensi

  • Alma'arif. 2015. "Islam Nusantara: Studi Epistemologi dan Kritis." ANALISIS: Jurnal Studi Keislaman 15(2).
  • Darmawijaya. 2010. Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
  • Hafidz, Jefik Zulfikar. 2021. "Sejarah Hukum Islam di Indonesia: Dari Masa Kerajaan Islam Sampai Indonesia Modern." Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam 9(1).
  • Nursyarief, Aisyah. 2014. "Pendidikan Islam di Indonesia dalam Lintasan Sejarah (Perspektif Kerajaan Islam)." Lentera Pendidikan 17(2).
  • Prof. Dr. Hamka. 2016. Sejarah Umat Islam: Pra-Kenabian hingga Islam di Nusantara. Jakarta: Gema Insani.
  • Ricklefs, Merle Calvin. 2008. A History of Modern Indonesia Since C.1200. New York: Palgrave Macmillan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun