Mohon tunggu...
siti sarah
siti sarah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta, Penulis Novel dan Puisi

Tulisan rasa

Selanjutnya

Tutup

Financial

"Bahaya!" Ancaman Resesi Ekonomi Dunia pada 2023: Strategi Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Krisis

6 Oktober 2022   23:53 Diperbarui: 8 Oktober 2022   19:44 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Presiden Joko Widodo mengumumkan prediksi akan terjadi resesi ekonomi global pada tahun 2023. Hal ini disampaikan dalam sambutannya pada acara pengarahan Presiden RI kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pimpinan BUMN, Pangdam, Kapolda dan Kajati di Jakarta Convention Center, Kamis (29/9/2022).

Prediksi ini juga dilihat dari adanya pernyataan lembaga internasional yaitu IMF dan Bank Dunia. Selain itu, Amerika Serikat juga mengalami inflasi tinggi yang membuat negara ini ikut terancam resesi. Hal ini, disebabkan karena terdapatnya bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street sudah menempati angka dua digit persentase . Dikutip dari CNBC Indonesia, dalam index kesengsaraan, tingkat kesulitan ekonomi semakin melambung yang dibuktikan dengan adanya data dari Federal Reserve Economic Data (FRED) pada bulan Mei 2022 yang mencapai angka 12%.

Ancaman resesi ini tentunya juga melanda Indonesia, dengan angka inflasi yang tinggi sebagai penyebab utamanya. Resesi merupakan suatu kontraksi pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. 

Artinya resesi diartikan sebagai suatu keadaan memburuknya perekonomian yang dillihat dari Produk Domestik Boruto (PDB) yang rendah, peningkatannya angka pengangguran yang tinggi, serta pertumbuhan ekonomi rill bernilai negative secara dua kuartal beruntun. Negara-negara di dunia pada tahun 2023 diprediksi akan mengalami kesulitan dan terkena dampak resesi baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Dilansir dari detik.com, negara-negara yang diprediksi mengalami resesi di tahun mendatang adalah pertama, Amerika Serikat dengan pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi sebesar 0,6% pada kuatal dua dimana sebellumnya minus 1,6% pada kuartal satu di tahun 2022. 

Kedua, Eropa dengan kemerosotan mata uang Euro terhadap dollar, adanya kenaikan harga gas alam, perlambatan laju bisnis di Eropa pada bulan Juni dimana terdapat defisit perdagangan pada Mei 2022 sebanyak 1 milliar euro di Jerman. 

Ketiga, Mongolia. Analisis (Fitch) Lembaga pemeringkatan dunia menyatakan bahwa pada tahun 2022 Mongolia diproyeksikan mengalami defisit neraca akan mencapai angka 16,3% dari PDB dan beban utang luar negeri Mongolia. Keempat, China dan Korea Selatan. Kelima, Indonesia.

Menteri keuangan RI, Sri Mulyani, Indonesia masih berada pada ekonomi yang cukup sehat dan terjaga dari ancaman resesi. Karena, Indonesia telah memiliki Space Monitory yang luas dan Broad based industry yang cukup besar, dimana ketika salah satu sektor mengalami penurunan disaat krisis, maka terdapat sektor lain yang mengalami kenaikan, sehingga Indonesia masih dapat bertahan pada tekanan inflasi seperti masa pandemic Covid-19 sebelumnya dengan angka inflasi yang hanya berada pada angka 4-5 persen. 

Hal ini tentunya jauh lebih kecil dibandingkan Amerika yang mengalami inflasi sebesar 9%. Namun, terdapat kemungkinan Indonesia mengalami resesi sebanyak 3% di tahun 2023 mendatang.

Kebijakan Fiskal dan Moneter RI Dalam Menangani Krisis dan Menghadapi Resesi 2023

Pada tahun 2022, terdapat angka pengangguran Indonesia yang masih tinggi dan pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja (PHK) dilakukan oleh sejumlah perusahaan besar di Indonesia. 

Seringkali, pemecahan masalah yang terpikirkan berkaitan dengan melibatkan penggunaan uang stimulus, dana darurat, dana talangan, dan kenaikan pajak untuk membuat perusahaan dan bisnis menyerap kerugian yang disebabkan oleh resesi. 

Namun, ada faktor lain yang membuat resesi melumpuhkan perekonomian. Salah satu faktor utama yang perlu ditangani pemerintah untuk mengatasi krisis ialah kebijakan fiskal. 

Konsep kebijakan fiskal cukup mudah untuk didefinisikan dan dipahami. Artinya, pemerintah dapat merencanakan berapa banyak uang yang akan dibelanjakan, kapan waktu harus membelanjakan uang tersebut dan berapa tingkat bunganya. Keseimbangan antara penawaran dan permintaan ini merupakan bagian penting dari setiap sistem moneter yang sukses karena menentukan bagaimana perekonomian akan berfungsi.

Perilaku kebijakan fiskal merupakan juru kunci yang dapat menangani Indonesia dalam menghadapi resesi. Jika tujuan pemerintah adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan lapangan kerja, maka perlu untuk meningkatkan pengeluaran. 

Namun, jika tujuannya hanya untuk mengurangi pengeluaran dan menciptakan lebih banyak kelonggaran ekonomi, maka perlu untuk menciptakan lebih banyak stimulus ekonomi.

Dalam hal ini, kebijakan fiskal merupakan alat yang sangat sulit digunakan oleh pemerintah. Pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran dalam jangka pendek tetapi untuk mewujudkan hal tersebut ialah dengan menciptakan lebih banyak utang pemerintah. 

Selama pemerintah terus menambah kebijakan fiskalnya, biayanya pada akhirnya akan membanjiri manfaatnya. Oleh karena itu, kebijakan fiskal merupakan bidang penting yang perlu dicermati secara cermat pada tahap awal setiap program pemulihan.

Dalam mengatasi krisis jangka pendek ataupun jangka panjang, dapat dilihat apabila masalah tercipta di satu sektor seperti perumahan, masalah tersebut perlu dipecahkan di setiap sektor yaitu belanja konsumen. Jika tidak, biaya jangka panjang akan lebih besar daripada manfaat jangka pendek. 

Proses ini tidak dapat dilakukan dengan keputusan pemerintah. Resesi harus dihentikan dengan bantuan belanja pemerintah. Cara pemerintah mengatasi masalah keuangan adalah dengan bertindak menanggapi indikasi kesulitan saat ini. Jika tidak, itu hanya akan menunda masalah daripada sampai ke akarnya.

Selain itu, cara Indonesia dalam menangani resesi 2023 adalah dengan memberikan kontribusi Indonesia dalam perdamaian perang Rusia-Ukraina sebagai pihak mediator dan mengirimkan pasukan perdamaian Indonesia ke wilayah konflik (pasukan garuda) sehingga diharapkan krisis yang ditimbulkan akibat perang Rusia-Ukraina ini dapat diatasi.

Dalam menghadapi Resesi, masyarakat juga harus mempersiapkan beberapa hal yaitu 

1. Mempersiapkan cash atau dana cadangan, yang nantinya membantu pada saat krisis ekonomi berlangsung.

2. Mulai sekarang, mengurangi perilaku konsumtif. Hal ini diartikan bahwa kita perlu melakukan penghematan uang, dengan membeli kebutuhan yang memang perlu dan mendesak. Hindari pembelian barang tersier sehingga memiliki cadangan uang lebih

3. Melakukan pelunasan hutang dapat membantu penghematan uang karena terhindar dari pembayaran suku bunga yang tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun