Jika setelah anak curhat, Anda mendapati bahwa masalahnya ditimbulkan oleh kelalaian atau kecerobohannya sendiri, jangan terburu-buru menceramahi atau memberikan nasehat panjang kepadanya. Biarkan dia bebas mengungkapkan apa yang dirasakannya. Katakan bahwa Anda memahami perasaannya. Tunjukkan bahwa Anda sungguh-sungguh mendengarkan.
Keempat: Berikan kepercayaan kepadanya untuk mencari solusi masalahnya sendiri
Tentu saja, orangtua boleh membantu. Tetapi sebaik-baik solusi adalah yang dipikirkan dan diupayakan oleh anak sendiri. Orangtua berperan sebagai fasilitator. "Ibu tahu kamu sedih dengan nilai rapormu. Kira-kira apa yang bisa kamu lakukan agar nilai kamu meningkat?". "Ada atau tidak yang bisa Ibu bantu dalam hal ini?".
Dengan demikian, anak-anak dilatih menjadi pencari solusi masalah, setidaknya untuk diri sendiri. Dan anaklah yang memutuskan, pada bagian mana orangtuanya dapat membantu.
Kelima: Silahkan mengungkapkan gagasan
Anda boleh mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan Anda kepada anak setelah ia selesai berbicara dan jika diperlukan.
Namun ingat, Anda berbicara dengan berfokus pada solusi. Bukan sekedar menyalahkan, mengungkit-ungkit masalah yang sudah lama berlalu atau membanding-bandingkannya dengan kakak atau adiknya secara tidak proporsional.
Keenam: Gunakan waktu santai anak
Memanfaatkan waktu santai akan lebih efektif. Karena anak berada dalam keadaan rileks. Dia lebih nyaman untuk berbicara dan bahkan mungkin bisa menerima pesan-pesan yang disampaikan orangtua.
Ketujuh: Bersikap ekspresiflah
Gunakanlah bahasa tubuh dan ekspresi Anda. Silahkan tersenyum, tertawa atau menunjukkan wajah sedih, sesuai dengan apa yang diceritakan anak. Tetapi, tak usah berlebihan. Terutama ketika Anda merasa khawatir. Anda harus pandai mengendalikan diri sendiri. Ingatlah bahwa Anda dituntut untuk berempati, namun tetap harus menjadi sosok orangtua yang bisa diandalkan.