Mohon tunggu...
Siti Roudah Safiyah
Siti Roudah Safiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa -

Senang merenung di keramaian

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pengaruh Pengabaian Orang Tua terhadap Mental dan Perilaku Anak

10 Juni 2024   13:36 Diperbarui: 11 Juni 2024   18:17 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Oleh :

Siti Roudah Safiyah

Vera Sardila

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

 

Abstrak: Pengabaian orang tua adalah salah satu bentuk pengabaian anak yang memiliki dampak mendalam pada kesehatan mental dan perilaku anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami pengabaian cenderung mengalami gangguan emosional, stres kronis, dan masalah keterikatan. 

Dampak perilaku meliputi agresi, masalah disiplin, kesulitan sosial, dan prestasi akademis yang rendah. Artikel ini mengeksplorasi pengaruh pengabaian orang tua terhadap kesehatan mental dan perilaku anak, dengan dukungan dari pendapat ahli di Indonesia. Temuan ini menekankan pentingnya intervensi psikologis, dukungan pendidikan, kesadaran orang tua, dan intervensi sosial untuk mengatasi dampak negatif pengabaian.

Kata kunci: Pengabaian Orang Tua, Kesehatan Mental Anak, Perilaku Anak, Intervensi Psikologis, Dukungan Pendidikan.

Pendahuluan

Pengabaian orang tua adalah isu yang signifikan dalam konteks perkembangan anak, di mana kegagalan orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasar anak dapat mengakibatkan berbagai masalah jangka panjang. Bentuk-bentuk pengabaian termasuk pengabaian fisik, emosional, pendidikan, dan kesehatan. 

Pengabaian orang tua dapat berdampak serius pada perkembangan anak, menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD), serta mempengaruhi perilaku anak, seperti agresivitas, masalah disiplin, dan kesulitan sosial. 

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh pengabaian orang tua terhadap kesehatan mental dan perilaku anak, dengan dukungan pendapat ahli di Indonesia. Pengabaian ini tidak hanya mencerminkan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan dasar, tetapi juga merusak fondasi hubungan antara anak dan orang tua, yang merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak.

Pembahasan 

Pengertian Pengabaian Orang Tua

Setiap manusia memiliki kebutuhan untuk disayangi, diayomi, didengarkan, dan dirawat oleh orang tua serta orang terdekatnya, namun tidak semua anak memiliki pengalaman masa kanak-kanak yang manis. Pada beberapa orang, masa kanak- kanaknya harus dilalui tanpa rasa sayang, pengayoman, perhatian, dan perawatan dari orang tua. Kebutuhan mereka akan kasih sayang, pengayoman, perhatian, dan perawatan tidak terpenuhi. 

Berdasarkan data ACF (Administrasi Children & Family) pada tahun 2017, sebanyak 3.534.000 juta anak di dunia menjadi subjek penyidikan atau penanganan alternatif dan sebanyak 678.000 anak ditetapkan menjadi korban penganiayaan di tahun 2018 dengan rincian sebanyak 60,8% anak menjadi korban pengabaian, 10,7% anak dianiaya secara fisik, dan 7% anak dilecehkan secara seksual.

Menurut Wade dkk. (2019) dalam Aprilyanti (2023) pengabaian anak (child neglect) adalah situasi atau keadaan dimana anak tidak terpenuhi kebutuhannya baik secara jasmani atau rohani. Terdapat 3 tujuan anak harus terhindar dari pengabaian orang dewasa, pertama menjauhkan anak dari stres dalam kehidupan, kedua memberikan anak perlindungan, stimulasi dan pengasuhan positif, ketiga membimbing anak dapat mandiri.

 Bifulco dan Moral (1998) dalam Ambarini dkk. (2023) menyatakan pengabaian bisa mengarahkan individu pada trauma-trauma lainnya. Pengabaian seolah menjadi magnet yang mendekatkan anak pada paparan trauma-trauma lainnya seperti memiliki peluang mengalami kekerasan, kecelakaan, atau peristiwa-peristiwa buruk lainnya. 

Pengabaian ini dapat berwujud dalam bentuk yang berbeda-beda, namun semua bentuk pengabaian memiliki dampak yang merusak perkembangan anak. Menurut World Health Organization (WHO), pengabaian dapat mengakibatkan risiko tinggi pada kesehatan fisik dan mental anak, serta menghambat perkembangan mereka secara keseluruhan (WHO, 2018). 

UNICEF juga menekankan bahwa pengabaian pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan gangguan perkembangan dan kesehatan yang serius, serta meningkatkan kerentanan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi (UNICEF, 2016).

Jenis-jenis pengabaian anak (child neglect):

1)Pengabaian Fisik:

Pengabaian fisik merupakan kasus terbanyak, bentuk pengabaian fisik adalah dengan tidak menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, atau perawatan kesehatan yang memadai. Pengabaian fisik dapat menyebabkan malnutrisi, masalah kesehatan kronis, dan perkembangan fisik yang terhambat pada anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF, anak-anak yang mengalami pengabaian fisik memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan perkembangan dan masalah kesehatan serius di kemudian hari (UNICEF, 2016).

2)Pengabaian Emosional:

Pengabaian emosional pada anak merupakan suatu kondisi dimana orang tua gagal dalam memenuhi kebutuhan emosional anak selama di tahun-tahun awal. Pengabaian emosional berfokus pada "perilaku" orang tua, sedangkan penganiayaan atau kekerasan lain berfokus pada "kegagalan/kelalaian" orang tua untuk berperilaku. Pengabaian emosional ini tampaknya berasal dari orang tua yang terbatas atau tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan anak mereka; mereka mungkin tidak memperhatikan anak mereka dengan baik, tidak hadir saat mereka dibutuhkan, atau tidak menanggapi dengan tepat perasaan anak mereka. Orang tua sering menolak untuk menangani masalah emosi anak mereka karena pengabaian emosional anak biasanya disertai dengan kekerasan lainnya.

 Pengabaian emosional ini adalah salah satu jenis kekerasan yang paling sering dilakukan orang tua terhadap anak mereka. Orang tua secara sengaja  atau tidak mengabaikan emosi anak mereka, dan orang lain mungkin lalai memperhatikan atau menanggapi kebutuhan emosional anak mereka. 

Orang tua mungkin mencoba yang terbaik untuk anaknya, tetapi mereka mungkin mengabaikan kebutuhan emosional mereka. Anak yang mengalami kekerasan fisik mengalami luka fisik mereka, tetapi bagaimana dengan luka emosional yang disebabkan oleh pengabaian? Pengabaian emosional ini dapat merusak anak dengan luka psikis yang kompleks. Anak-anak ini akan tumbuh menjadi individu yang sulit untuk mengetahui dan mempercayai emosinya sebagai orang dewasa, termasuk emosi orang lain di masa depan.

3)Pengabaian Pendidikan:

Ketika seorang anak tampak seperti dia mendapatkan pendidikan yang cukup, tetapi dia tidak melakukannya dengan baik, ini disebut pengabaian pendidikan. Ketika orang tua mengabaikan kebutuhan pendidikan anak mereka, seperti tidak memberikan akses ke sekolah atau mendukung kegiatan belajar di rumah dapat menyebabkan anak tertinggal secara akademis dan kehilangan minat mereka dalam belajar. Anak-anak yang tidak didorong untuk berprestasi di sekolah mungkin menghadapi tantangan di masa depan dan kesulitan dalam mencapai potensi akademik mereka.

4)Pengabaian Kesehatan:

Hal ini terjadi ketika orang tua gagal menyediakan layanan medis untuk anak meskipun secara finansial memadai. Dalam beberapa kasus orang tua memberi pengobatan tradisional dulu, jika belum sembuh barulah kembali ke layanan dokter (Ariani dkk.2021). Studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menemukan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai berisiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit yang dapat dicegah dan komplikasi kesehatan jangka panjang (WHO, 2018).

Pengabaian orang tua memiliki dampak jangka panjang yang merugikan pada perkembangan fisik, emosional, dan sosial anak. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi pengabaian ini sedini mungkin untuk memastikan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang mendukung.

Faktor Penyebab Terjadinya Pengabaian Anak

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya tindak kekerasan pada anak termasuk pengabaian (neglect) pada anak, dan itu merupakan fenomena kompleks dari berbagai sebab. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan dan penelantaran pada anak, diantaranya faktor minimnya kesadaran orang tua, lingkungan, ekonomi, dan kurangnya pengetahuan dalam mendidik anak. 

Suatu masalah yang tidak dapat diselesaikan orang tua dengan baik menjadi pemicu ketidaknyamanan dan kemarahan dalam hidup hingga terjadilah pelampiasan kekerasan yang menjadi indikasi penelantaran pada anak (Asysyifa, 2017). Faktor lain yang juga mendukung terjadinya pengabaian pada anak adalah karena faktor ekonomi, orang tua yang memiliki tekanan sosial, pendidikan minim, masalah kesehatan, ekonomi rendah, masalah keuangan, atau pengangguran dapat menjadi pemicu terjadinya pengabaian pada anak (Agustin dkk., 2018).

Dampak Pengabaian Orang Tua pada Kesehatan Mental Anak

Pengabaian orang tua memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan mental anak, yang dapat bermanifestasi dalam berbagai cara. Dampak-dampak ini sering kali bertahan hingga masa dewasa dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan anak. Beberapa dampak yang dapat terjadi akibat pengabaian orang tua pada kesehatan mental anak sebagai berikut:

1)Gangguan Emosional

Anak yang diabaikan sering kali mengalami perasaan tidak berharga, rendah diri, dan ketidakamanan emosional. Mereka mungkin merasa tidak dicintai dan tidak dihargai, yang dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya diri. 

Anak yang tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang memadai dari orang tua mereka sering kali mengalami kesulitan dalam mengembangkan rasa percaya diri dan ketahanan emosional. Hal ini karena kasih sayang dan perhatian dari orang tua merupakan fondasi penting bagi perkembangan emosional anak yang sehat (Mulyadi, 2020). Anak-anak yang mengalami pengabaian emosional juga cenderung lebih mudah mengalami depresi dan kecemasan karena mereka merasa tidak aman dan tidak memiliki dukungan emosional yang diperlukan.

2)Stres dan Trauma

Pengabaian yang berkelanjutan dapat menyebabkan stres kronis dan trauma emosional. Anak-anak yang hidup dalam kondisi diabaikan mungkin mengalami gangguan tidur, kecemasan berlebihan, dan gejala fisik akibat stres, seperti sakit kepala dan masalah pencernaan. Anak yang mengalami pengabaian berisiko tinggi untuk mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD), yang dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional mereka (Ibrahim, 2019). 

PTSD dapat menyebabkan anak mengalami kilas balik, mimpi buruk, dan perasaan takut yang berlebihan. Anak-anak ini juga mungkin menjadi hipervigilant, selalu waspada terhadap potensi bahaya, yang dapat mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi secara normal di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari.

3)Masalah Keterikatan

Anak yang diabaikan sering kali mengalami kesulitan dalam membentuk keterikatan yang sehat dengan orang lain. Mereka mungkin kesulitan mempercayai orang lain dan menjalin hubungan yang stabil dan penuh kasih. Anak-anak yang tidak memiliki keterikatan yang aman dengan orang tua mereka cenderung mengalami masalah dalam hubungan interpersonal, termasuk kesulitan dalam memahami dan mengekspresikan emosi mereka, yang dapat mengarah pada isolasi sosial dan kesulitan dalam membentuk hubungan yang erat dan mendalam di kemudian hari.

Dampak Pengabaian Orang Tua pada Perilaku Anak

Pengabaian orang tua memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku anak, yang dapat terlihat dalam berbagai bentuk. Dampak ini mencakup masalah perilaku yang dapat mempengaruhi kehidupan anak di rumah, sekolah, dan lingkungan sosial mereka. Beberapa dampak yang ditimbulkan oleh pengabaian orang tua yaitu sebagai berikut:

1)Perilaku Agresif

Anak yang diabaikan sering kali menunjukkan perilaku agresif atau bermusuhan sebagai cara untuk mengekspresikan rasa frustrasi dan kemarahan mereka. Kurangnya perhatian dan bimbingan dari orang tua dapat membuat anak merasa tidak dihargai dan tidak dicintai, yang dapat menyebabkan mereka mencari perhatian dengan cara negatif. 

Anak yang mengalami pengabaian cenderung mengekspresikan kemarahan mereka melalui perilaku agresif karena mereka tidak memiliki sarana yang tepat untuk mengatasi emosi mereka (Putranto, 2018). Perilaku ini bisa berupa kekerasan fisik, perilaku merusak, atau permusuhan terhadap teman sebaya dan orang dewasa.

2)Masalah Disiplin

Kurangnya bimbingan dan perhatian dari orang tua sering kali menyebabkan masalah disiplin, seperti ketidakpatuhan, perilaku memberontak, dan kenakalan. Tanpa panduan yang konsisten, anak-anak tidak memiliki arahan yang jelas mengenai batasan perilaku yang dapat diterima. Masalah disiplin ini dapat bermanifestasi dalam bentuk penolakan terhadap otoritas, keterlibatan dalam aktivitas kriminal, dan perilaku anti sosial.

3)Masalah Sosial

Anak yang diabaikan mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya dan membentuk hubungan sosial yang sehat. Pengabaian orang tua dapat merusak kemampuan anak untuk berinteraksi secara efektif dalam lingkungan sosial mereka, karena mereka mungkin merasa tidak aman dan tidak percaya pada orang lain. Anak-anak ini mungkin kesulitan dalam berkomunikasi, bekerja sama, dan berbagi dengan teman-teman mereka.

4)Prestasi Akademis Rendah

Kurangnya perhatian terhadap pendidikan dan dukungan akademis dari orang tua dapat mengakibatkan prestasi akademis yang rendah. Anak yang diabaikan mungkin kesulitan berkonsentrasi, memiliki motivasi yang rendah, dan menunjukkan prestasi yang buruk di sekolah. Anak-anak yang tidak mendapatkan dukungan akademis dari orang tua mereka cenderung mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, menyelesaikan pekerjaan rumah, dan mencapai hasil yang memadai dalam ujian. Kurangnya dukungan ini juga dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dalam kemampuan akademis mereka, yang dapat memperburuk prestasi sekolah mereka.

Mengatasi Dampak Pengabaian Orang Tua

Untuk mengatasi dampak negatif pengabaian orang tua, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, yang mencakup berbagai intervensi yang melibatkan psikolog, pendidik, komunitas, dan program pelatihan orang tua. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai masing-masing pendekatan tersebut:

1)Intervensi Psikologis

Terapi individu atau kelompok dapat membantu anak yang diabaikan untuk mengatasi trauma emosional dan mengembangkan keterampilan koping yang sehat. Terapi ini bertujuan untuk membantu anak memahami dan mengelola emosi mereka, memperbaiki harga diri, dan membangun hubungan yang lebih sehat. 

Konseling keluarga juga dapat membantu memperbaiki dinamika keluarga, dengan melibatkan semua anggota keluarga dalam proses penyembuhan dan peningkatan komunikasi. Terapi ini fokus pada pemulihan dari trauma masa lalu dan perkembangan dalam mengatasi stress dengan cara yang lebih baik.

2)Dukungan Pendidikan

Program bimbingan belajar dan mentor dapat membantu anak mengejar ketertinggalan akademis mereka. Dukungan dari guru dan sekolah juga sangat penting untuk memberikan bimbingan tambahan dan membantu anak mengembangkan kebiasaan belajar yang baik. Selain itu, lingkungan sekolah yang mendukung dapat membantu anak merasa lebih diterima dan dihargai. Ini dapat berupa program bimbingan belajar setelah sekolah, keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan penugasan pembimbing untuk memberikan dukungan dan bimbingan akademis serta emosional.

3)Pendidikan dan Kesadaran Orang Tua

Program pelatihan orang tua dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya perhatian dan kasih sayang terhadap anak. Orang tua diajarkan keterampilan pengasuhan yang efektif dan cara memenuhi kebutuhan anak secara holistik, termasuk kebutuhan emosional, fisik, dan pendidikan. 

Program ini juga mengajarkan orang tua tentang pentingnya keterlibatan aktif dalam kehidupan anak, memberikan dukungan, dan menciptakan lingkungan rumah yang aman dan penuh kasih. Pelatihan ini dapat mencakup topik seperti pengelolaan stres, teknik komunikasi yang efektif, dan cara mendukung perkembangan emosional dan akademis anak.

4)Intervensi Sosial

Dukungan dari komunitas dan layanan sosial dapat memberikan bantuan tambahan, seperti penyediaan kebutuhan dasar, dukungan emosional, dan pengawasan yang memadai. Jaringan dukungan sosial, seperti kelompok dukungan atau layanan sosial, dapat membantu anak-anak yang diabaikan untuk pulih dan berkembang dengan menyediakan lingkungan yang aman dan suportif.

Penutup 

Kesimpulan: Pengabaian orang tua tidak hanya menyebabkan dampak segera pada kesehatan mental dan perilaku anak, tetapi juga memiliki implikasi jangka panjang yang signifikan terhadap perkembangan anak secara keseluruhan. Anak-anak yang mengalami pengabaian cenderung mengalami masalah emosional seperti depresi, kecemasan, dan kurangnya rasa percaya diri. Mereka juga mungkin menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan seperti agresi, ketidakpatuhan, dan kesulitan dalam berinteraksi sosial.

Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab bersama bagi masyarakat, pendidik, dan profesional kesehatan untuk mengakui, mencegah, dan mengatasi kasus pengabaian orang tua. Ini melibatkan upaya bersama dalam mengidentifikasi kasus pengabaian, memberikan dukungan psikososial kepada anak-anak yang terpengaruh, dan memberikan pendampingan kepada orang tua untuk meningkatkan keterampilan pengasuhan mereka. 

Dengan demikian, kita dapat membantu anak-anak yang mengalami pengabaian untuk pulih dan berkembang dengan baik, serta menciptakan lingkungan yang lebih aman dan peduli bagi generasi mendatang.

Daftar Pustaka:

Ambarini, dkk. (2023). Mengenal Kondisi Mental dengan Risiko Gangguan Psikosis (Konsep, Asesmen, dan Intervensi). Jawa Timur: Airlangga University Press.

Agustin, dkk. (2018). Analysis Typical Of Violence In Children, Effect And The Underlying Factors. Dalam jurnal Ilmiah PGTK PAUD dan DIKMAS -- Vol. 13, No. 1, Juni 2018.

Aprilyanti, Dian Surya. (2023). Pengabaian Orang Tua Terhadap Anak Usia Dini dalam Aktivitas Menjelang Tidur di Kota Serang. Dalam jurnal pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa -- Vol. 06, No. 01, September -- Desember 2023.

Ariani, dkk. (2021). Kekerasan dan Penelantaran Anak. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Asysyfa, S. (2017). Faktor yang Menyebabkan Penelantaran Anak. Salatiga.

Ibrahim, R. (2019). Membangun Kesehatan Mental Anak. Jakarta: Kompas Gramedia.

Mulyadi, S. (2020). Psikologi Anak dan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Putranto, K. (2018). Psikologi Forensik dan Perilaku Agresif Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

UNICEF. (2016). Malnutrition in Children. Diakses dari UNICEF Report. https://www.unicef.org/reports/malnutrition-in-children

World Health Organization (WHO). (2018). Child Health and Development. Diakses dari WHO Report. https://www.who.int/child-health

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun