Mohon tunggu...
Siti Rojabiyati Sofiyani
Siti Rojabiyati Sofiyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ma'arif Nahdlatul Ulama

Saya suka dengan hal-hal yang berbau ilmu pengetahuan. Saya selalu merasa tertarik untuk belajar hal baru, terutama yang bisa menambah wawasan saya. Selain itu, saya juga punya hobi menggambar, yang menurut saya adalah cara yang menyenangkan untuk mengekspresikan ide dan kreativitas saya. Saya seorang mahasiswa, di mana saya berusaha untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Bagi saya, ilmu pengetahuan itu sangat penting, dan saya ingin terus menggali lebih dalam untuk meraih tujuan hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dan Pembelajaran: Pemahaman Mengenai Jenis-Jenis Belajar

3 Januari 2025   08:00 Diperbarui: 4 Januari 2025   18:12 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar dan pembelajaran adalah dua konsep yang saling berkaitan dalam dunia pendidikan. Belajar adalah proses peserta didik dalam memperoleh suatu pengetahuan dan keterampilan. Belajar merupakan aktivitas pribadi dan berlangsung sepanjang hidup, baik secara formal ataupun informal. Sedangkan pembelajaran sendiri adalah proses sistematis dan melibatkan interaksi antara peserta didik (siswa) dengan pendidik (guru). Pembelajaran memiliki tujuan untuk menciptakan kondisi yang mendukung agar proses belajar dapat dilakukan secara efektif.

Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik adalah subjek (pelaku) sekaligus objek (sasaran) dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Belajar pada hakikat nya adalah "perubahan" yang terjadi pada diri seseorang saat tengah melakukan kegiatan atau aktivitas belajar. Menurut Suyono & Hariyanto (2014: 9) belajar merujuk kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi atau perubahan struktur kognitif seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu hasil interaksi aktifnya dengan lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran yang ada di sekitarnya. 

Sedangkan menurut Sanjaya Wina (2008: 229) belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor. Jadi Pembelajaran telah tercapai apabila terjadi perubahan dalam diri peserta didik mengenai interaksi keaktifan nya dengan lingkungan baik dari segi fisik dan segi kejiwaan (mental). 

Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan berbagai aspek kognitif, emosional, dan psikologi yang saling berinteraksi. Berdasarkan pengertian belajar dan pembelajaran yang telah di jelaskan bahwa ciri umum belajar (Wragg, 1994):

Pertama, belajar menunjukkan atau melakukan suatu aktivitas pada diri seseorang atau individu yang disadari atau disengaja. 

Belajar adalah aktivitas yang disengaja dan telah direncanakan oleh individu, yang melibatkan keaktifan fisik dan mental. Semakin tinggi intensitas keaktifan fisik dan mental seseorang, semakin baik proses belajar tersebut. Sebaliknya jika keaktifan fisik dan mental rendah, artinya proses belajar kurang dilakukan secara intensif.

Kedua, belajar merupakan interaksi anatara individu dengan lingkungannya. 

Belajar melibatkan interaksi antara individu dan lingkungannya, yang bisa berupa manusia atau objek lain. Interaksi ini memungkinkan individu memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru, atau memperbarui pengetahuan yang telah ada, yang dapat menarik perhatian dan mendorong proses pembelajaran. Interaksi ini mendorong individu untuk meningkatkan atau mendalami keaktifan fisik dan mentalnya.

Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (kognitif, afektif, psikomotor dan lain sebainya). 

Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku, meskipun tidak semua perubahan tingkah laku adalah hasil dari belajar. Aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku (baik dari segi kognitif afektif, psikomotor, dan lain sebagainya). Namun, perubahan tingkah laku pada aspek afektif (emosional) perubahan ini tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Beberapa para ahli menggolongkan beberapa jenis perilaku belajar yang terdiri dari tiga ranah: 

a) Ranah kognitif (Bloom, dkk) yang mencakup 6 jenis atau tingkatan perilaku:

1) Pengetahuan: Ingatan tentang hal yang dipelajari.

Pengetahuan dalam konteks belajar merujuk pada informasi atau pemahaman yang diserap oleh peserta didik melalui proses pembelajaran. Salah satu hal yang penting dalam menyerap suatu informasi adalah Ingatan, yaitu kemampuan untuk menyimpan, dan mengingat kembali, kemudian menggunakan informasi yang telah dipelajari sebelumnya.


2) Pemahaman: Kemampuan menangkap makna hal yang dipelajari.

Memungkinkan individu untuk menangkap suatu makna atau inti dari informasi yang telah dipelajari titik pemahaman lebih dari sekedar menghafal fakta ataupun data, tetapi mencakup kemampuan untuk menginterpretasikan dan Kemudian informasi tersebut diaplikasikan dalam konteks yang lebih luas. Dalam proses ini memungkinkan suatu individu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang baru dan juga yang sudah ada sebelumnya, sehingga dapat memahami makna yang mendalam dari hal-hal yang telah dipelajari.


3) Penerapan: Menerapkan metode untuk menghadapi masalah.

Kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan dan juga keterampilan yang telah dipelajari dan kemudian diterapkan dalam menghadapi atau menyelesaikan masalah yang ada.


4) Analisis: Merinci kesatuan menjadi bagian-bagian untuk memahami kesatuan .

Membantu individu untuk memahami dan merinci suatu masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil agar dapat dipahami secara lebih mendalam. Contoh penerapan analisis dalam pembelajaran seperti analisis dalam pelajaran bahasa di mana peserta didik menganalisis sebuah cerpen, kemudian peserta didik memecah bagian-bagian cerita seperti karakter, plot, dan tema. Hal ini memberikan pemahaman bagi peserta didik tentang pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang serta bagaimana bagian-bagian tersebut bisa bekerja sama menjadi sebuah cerita.


5) Sintesis: Membentuk pola atau ide baru.

Dalam proses ini peserta didik dapat menggabungkan ide-ide atau informasi yang telah dipelajari sebelumnya untuk membentuk pola atau sebuah konsep baru.


6) Evaluasi: Membentuk pendapat berdasarkan kriteria tertentu.

Dalam tahap evaluasi proses membentuk pendapat atau penilaian terhadap suatu informasi, ide, atau hasil kerja berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Evaluasi melibatkan pengumpulan informasi, analisis data, dan kemudian menghasilkan sebuah keputusan atau kesimpulan.

b) Ranah afektif (Krathewohl, Bloom dkk) yang mencakup lima jenis perilaku:

1) Penerimaan: Kepekaan dan perhatian terhadap suatu hal tertentu.

Penerimaan merujuk pada kemampuan seseorang atau individu untuk menunjukkan kepekaan dan perhatian dirinya terhadap hal-hal yang sedang terjadi di sekitarnya baik itu informasi, ide, maupun situasi. Penerimaan adalah langkah awal dalam perkembangan sikap untuk membangun keterlibatan dalam proses belajar.


2) Partisipasi: Kerelaan berpartisipasi dalam kegiatan.

Partisipasi adalah tahap di mana individu menunjukkan keterlibatan aktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi mencangkup keinginan peserta didik untuk berperan aktif dalam berdiskusi, kegiatan kelompok, atau tugas-tugas yang diberikan.


3) Penilaian dan penentuan sikap: Menghargai dan menentukan sikap terhadap nilai.

Penilaian dan penentuan sikap berarti bahwa individu mulai menghargai nilai-nilai tertentu dan mengambil keputusan apakah ingin menerima nilai tersebut. Dalam konteks pembelajaran bisa dilihat ketika peserta didik mengevaluasi informasi yang diberikan dan menentukan apakah setuju atau tidak dengan ide atau pandangan yang diberikan.


4) Organisasi: Membentuk sistem nilai sebagai pedoman hidup.

Organisasi berarti bahwa peserta didik mulai mengorganisir nilai-nilai yang mereka pelajari dan memutuskan mana yang paling penting untuk mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.


5) Pembentukan pola hidup: Menghayati dan menerapkan nilai dalam kehidupan pribadi.

Pembentukan pola hidup adalah tahap akhir dimana individu tidak hanya memahami dan menerima nilai-nilai tertentu tetapi juga menghayati dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Ranah Psikomotor (Simpson) yang terdiri dari tujuh perilaku:

1) Persepsi: Menyadari perbedaan dalam hal tertentu.

Kemampuan untuk menyadari dan memahami perbedaan dalam suatu hal tertentu. Misalnya peserta didik mempelajari olahraga dan mulai memperhatikan perbedaan gerakan yang dilakukan oleh orang lain dan memahami berbagai teknik yang digunakan dalam suatu aktivitas.


2) Kesiapan: Menempatkan diri dalam keadaan siap untuk bergerak.

Kesiapan adalah tahap di mana individu mempersiapkan dirinya secara fisik dan juga mental untuk melaksanakan suatu aktivitas mencangkup kesiapan tubuh, konsentrasi, dan motivasi.


3) Gerakan terbimbing: Melakukan gerakan sesuai contoh.

Gerakan ini adalah tahap di mana individu mengikuti petunjuk atau contoh dari instruktur, kemudian meniru gerakan yang sudah diperagakan dengan tujuan untuk mempelajari teknik atau keterampilan tertentu.


4) Gerakan terbiasa: Melakukan gerakan tanpa contoh.

Pada tahap ini individu telah cukup menguasai gerakan sehingga mereka dapat melakukannya tanpa perlu contoh atau arahan langsung.


5) Gerakan Kompleks: Melakukan gerakan secara lancar dan efisien.

Gerakan Kompleks mencerminkan keterampilan seseorang yang sudah terbiasa dan memungkinkan melaksanakan tugas yang lebih sulit tanpa banyak kesulitan.


6) Penyesuaian pola gerakan: Menyesuaikan gerakan dengan persyaratan khusus.

Penyusunan pola gerakan terjadi ketika individu harus menyesuaikan atau mengadaptasi gerakan agar sesuai dengan kondisi yang ada. Hal ini melibatkan kemampuan untuk mengubah teknik atau gerakan yang telah dikuasai agar efektif dalam situasi yang berbeda. Misalnya, dalam olahraga Seorang atlet perlu menyesuaikan gerakan mereka dengan situasi dan kondisi tertentu.


7) Kreativitas: Menciptakan pola gerakan baru berdasarkan kreasi pribadi.

Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan dan juga menciptakan suatu pola gerakan baru yang belum ada sebelumnya berdasarkan pengalaman dan juga kreasi pribadi. Kreativitas memungkinkan individu untuk mengekspresikan diri dan meningkatkan keterampilan.

Adapun jenis-jenis belajar menurut Suyono & Hariyanto (2014: 129) yaitu: belajar sederhana tanpa asosiasi, belajar asosiasi, pembelajaran melalui pemberian kesan, belajar observasional, bermain, enkulturasi, belajar dengan multimedia, e-learning, belajar dengan menghafal, belajar informal, belajar formal, dan belajar non formal.

Pemahaman mengenai jenis belajar juga sangat penting bagi seorang pendidik hal ini bertujuan untuk mewujudkan hasil belajar yang efektif, dan kemudian bisa menghasilkan adanya perubahan pada peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun