Hari minggu pun tiba, suami istri tersebut pun pergi ke daerah puncak. Kebetulan mereka punya villa pribadi yang tidak terlalu besar tapi tidak juga terlalu kecil. Memang villa itu adalah keinginan sang istri yang ingin memiliki villa dekat dengan taman bunga. Karena sang suami sangat mencintai istrinya, villa itu merupakan hadiah pernikahan tahun lalu. Lokasinya tak jauh dari tempat wisata Taman Bunga Nusantara. Jadi sang istri bisa hampir setiap hari bermain di taman bunga tersebut.
Satu hal yang tidak disadari sang istri. Suaminya membawa tespack untuknya. Dengan harapan mungkin saja kali ini istrinya akan mengandung. Sang istri hanya merasa panas dingin. Ia takut. Khawatir. Ketika dua malam mereka menginap di villa itu. Sang suami selalu bertanya kepada istrinya apakah ia sudah tes atau belum. Istrinya dengan pasrah menjawab, "belum sayang". Dan atas desakan suaminya, sang istri pun melakukan tespack dengan harap-harap cemas. Ketika ia mendapat hasilnya, ia kaget setengah mati. Ia memberi tahu suaminya dan yang dikatakan suaminya hanya, "Alhamdulillaahhh ya Allaaahhh.... akhirnyaa... kamu hamil sayang". Tapi sang istri malah menampakkan wajah kebingungan.
"kamu kenapa sayang? Ko mukamu begitu? Kamu seneng kan kita akan punya anak. Ini yang kita tunggu tunggu dari awal pernikahan kita". Istrinya menjawab," aku seneng banget sayang. Tapi aku masih ga percaya. Aku ragu...". "oke kalo gitu sekarang juga ayo kita ke rumah sakit, aku juga penasaran seperti apa calon bayi kita nanti".
Sang suami dengan semangat memacu mobilnya ke rumah sakit terdekat. Ia terlihat sangat bahagia sekali. Sedangkan sang istri masih dengan muka bingung nya. Ketika bertemu dokter kandungan, dokter itu berkata,"selamat ya pak bu... kalian akan menjadi orang tua sekarang". Sang suami pun sujud syukur saat itu juga. Tapi dokter melanjutkan perkataannya,"... hanya saja.... saya agak khawatir dengan kondisi ibu yang seperti ini." Sang suami pun bingung," maksud dokter?". "iya pak, kami memang melihat ada calon bayi di dalam perut ibu. Tapi kami juga melihat ada kanker dalam rahim ibu. Awalnya kami pikir ini akan menjadi anak kembar. Tapi hemat saya, tidak mungkin ada anak kembar yang satu sudah besar dan yang satu masih sebesar biji jagung. Maka dari itu saya sarankan agar bapak dan ibu memeriksa kembali secara pasti apakah benar ini kanker atau bukan".
Sang istri melirik suaminya yang terlihat sangat kacau. Sang istri terisak,"maafin aku ya sayang. Maafin akuu..". tapi sang suami malah memeluknya," jadi sebenernya kamu udah tau kalo kamu kanker? Kenapa kamu ga bilang ke aku? Aku sayang banget sama kamu. Aku gamau kamu kenapa kenapa sayang." Dpkter pun melanjutkan pembicaraannya,"sebenarnya kehamilan ini masih bisa diperjuangkan, hanya saja saya agak khawatir kepada kondisi keduanya nanti. Saya punya teman di jakarta yang semoga bisa membantu bapak dan ibu. Dan lagi supaya bapak dan ibu bisa lebih dekat memeriksakan kondisi selanjutnya ketika bapak ibu di jakarta." "baik dok, saya akan menemui teman dokter itu dan memeriksakan keadaan istri dan calon anak saya". Dokter pun ,memberikan sebuah alamat rumah sakit dan sebuah nama dokter yang lain untuk kami temui saat kami di jakarta nanti.
Suami istri itu pun pamit. Dan mereka memutuskan untuk segera pulang ke jakarta agar bisa mengetahui keadaan istri dan calon bayinya.
Tak disangka waktu sudah berlalu selama tujuh bulan. Dan sang istri masih mengandung buah hati yang selama ini di nanti nantikan. Ini mungkin mukjizat dari Allah. Seiring perkembangan jainin, kanker itu juga tumbuh kian besar juga. Sang istri merasa sakit yang lebih lebih. Tapi hampir tak ia rasa. Suaminya pun kini lebih sering dirumah, mempercayakan pekerjaanya kepada tangan kanannya. Suaminya sudah berkali-kali memperingatkan istri bahwa kehamilan ini terlalu beresiko, dan sebaiknya digugurkan saja. Tapi sang istri yang kekeuh untuk mempertahankannya dan menahan semua sakit yang dideritanya.
Hingga pada sutau hari, sang istri merasa perutnya sakit luar biasa. Seperti ada yg mau keluar dari dalam perutnya. Ia akan melahirkan? Itu tidak mungkin karena kata dokter ia akan di secar. Lagipula ini belum waktunya ia melahirkan, karena baru memasuki usia tujuh bulan kehamilan. Sang istri pun diantar suami ke rumah sakit yang biasa ia datangi sejak awal kehamilan.Â
Sesampainya disana, dokter bersalin menyatakan bahwa anak dalam kandungannya harus segera dikeluarkan karena air ketuban sudah pecah dan bisa membahayakan sang anak. Semuanya terjadi sangat cepat. Suaminya melihat pengorbanan istrinya yang akan menghadapi hidup dan mati. Istrinya mengerang kesakitan. Baru saja mereka masuk ke ruang operasi untuk melakukan secar, tiba tiba bayi itu keluar dan menangis.Â
Di sebelah bayi itu ada beberapa gumpal darah kemerahan yang ikut keluar bersama bayi itu. Dokter bingung namun dengan sigap langsung membatalkan operasi secar dan mengganti perintah kepada suster untuk mengecek bayi sekaligus membersihkannya. Sedangkan dokter mengecek gumpal darah apa itu, karena ari-ari sang bayi masih menempel di pusar bayi dan sedang dibersihkan. Dokter pun memerintahkan suster yang lain untuk membersihkan gumpal darah yang agak keras tersebut untuk kemudian diperiksa.Â
Setelah hanya setengah jam di dalam ruang operasi, dokter pun keluar dan menemui sang suami yang daritadi harap-harap cemas. Dokter mengucapkan selamat atas kelahiran putra pertamanya. Sang suami mengucap syukur dan langsung bertanya keadaan istrinya. Dokter memritahukan bahwa istrinya baik-baik saja. Hanya saja ia terlihat sangat lemas sekali. "Nanti setelah di ruang rawat tolong istrinya diajak ngobrol ringan ya, yang penting dia harus selalu sadar. Karena sepertinya tekanan darahnya sangat menurun drastis. Mungkin ia kelelahan. Tapi sejauh ini kondisinya baik".