Mohon tunggu...
Siti Pujia
Siti Pujia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blogger

Antropologi Budaya UGM'20

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjuangan Ribut Eugh Memberdayakan Warga Ngurak-Urak dengan Sanggar Lumbung Kawruh

8 Juni 2023   22:27 Diperbarui: 8 Juni 2023   22:54 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kegiatan di taman baca ini tidak sekedar belajar dengan membaca buku. Karena banyak kegiatan-kegiatan lain yang tentunya bertujuan untuk meningkatkan hardskill maupun softskill anak-anak.

"Saya berpikir kira-kira apa yang membuat anak-anak tidak bosan. Awalnya tujuan kami adalah untuk mengumpulkan anak-anak agar gemar membaca. Lalu kami tersadar bahwa mereka sudah berhadapan dengan buku kurang lebih 8 jam lamanya di sekolah. Pasti mereka bosan jika harus kembali dengan buku. Maka dari itu, kami membuat sesuatu yang menarik dan tidak membosankan. Seperti pertunjukkan teater, sablon cukil, dan kesenian yang lain", jelas Mas Ribut.

Seperti dengan namanya, Sanggar Lumbung Kawruh, merupakan tempat untuk belajar bersama dan tidak mengenal ada batasan usia. Kawan-kawan sanggar mendefinisikan tempat ini sebagai tempat untuk 'sinau sareng-sareng'. Anak-anak bisa belajar membuat karya seni, para pemuda bisa berkarya sembari belajar mengembangkan ekonomi kreatif sablon cukil, dan masyarakat umum juga bisa belajar perihal pertanian, peternakan, dan lain sebagainya. Mas Ribut selalu mencarikan mentor yang cocok untuk mendukung kegiatan sanggar.

Setelah mengobrol lama dengan Mas Ribut, akupun kagum untuk yang kesekian kalinya karena ternyata keberhasilan Sanggar Lumbung Kawruh didasari oleh landasan atau pondasi yang disebut sebagai "Tular Srawung". Landasan ini bermakna Tujuh Pilar, yaitu seni, rasa, akhlak, wawasan, unggah-ungguh, serta guyup rukup atau gotong royong.

Sanggar Lumbung Kawruh mengajak anak-anak untuk berkarya sehingga bisa menghasilkan karya-karya seni baik itu seni rupa, seni musik, maupun seni pertunjukan. Kemudian, kegiatan yang menarik banyak perhatian dari semua kalangan, tanpa disadari dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan yang kuat. Maka tak heran jika nilai gotong royong juga masih terjaga kuat. Dengan demikian, semua orang yang terlibat belajar bersama (gudang wawasan), tidak melupakan akhlak baik juga sopan-santun atau unggah-ungguh.

Gagasan Mas Ribut untuk membangun sanggar ini diterima dengan sangat baik oleh masyarakat desa. Karena semua warga juga turut menjunjung tinggi spirit 'Tular Srawung' sebagai pondasi utama untuk 'sinau sareng-sareng'. Sungguh luar biasa perjuangan Mas Ribut membangun Sanggar Lumbung Kawruh dari awal hingga sekarang menjadi salah satu contoh pemberdayaan yang sukses di Gunungkidul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun