Stunting, masalah gizi kronis yang memengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan anak-anak, masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6%, dengan Kabupaten Indramayu mencatat angka lebih tinggi, yaitu 32,4%. Situasi ini mengundang perhatian besar dari berbagai pihak, termasuk tim pengabdian masyarakat dari Universitas Wiralodra, yang pada Desember 2023 melaksanakan program penyuluhan di Desa Singajaya, Indramayu.
Memahami Stunting dan Dampaknya
Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya akibat kekurangan gizi kronis. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi tinggi badan, tetapi juga berdampak pada perkembangan kognitif, motorik, dan psikosial anak. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit kronis di masa dewasa dan produktivitas yang rendah.
Di Kabupaten Indramayu, stunting disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kurangnya akses terhadap gizi seimbang, sanitasi yang buruk, dan kurangnya edukasi masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat. Faktor ekonomi juga memainkan peran signifikan, di mana kemiskinan menghalangi keluarga untuk menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak mereka.
Langkah Penyuluhan di Desa Singajaya
Pada 14 Desember 2023, tim yang dipimpin oleh Siti Pangarsi Dyah Kusuma Wardani, S.SiT, M.K.M, melaksanakan penyuluhan di Balai Desa Singajaya. Program ini dihadiri oleh ibu-ibu PKK dan ibu-ibu dengan balita. Dengan menggunakan pendekatan edukatif dan interaktif, tim memberikan materi tentang penyebab, dampak, dan langkah pencegahan stunting.
Kegiatan dimulai dengan penyampaian informasi dasar tentang stunting, dilanjutkan dengan diskusi interaktif yang melibatkan peserta untuk berbagi pengalaman dan bertanya tentang tantangan yang mereka hadapi. Salah satu sesi yang paling menarik adalah praktik membuat makanan sehat dan bergizi menggunakan bahan lokal yang mudah didapatkan.
Hasil dan Dampak Kegiatan
Setelah kegiatan penyuluhan, dilakukan evaluasi menggunakan kuesioner untuk mengukur peningkatan pengetahuan peserta. Dari 10 ibu yang mengikuti program, 8 menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman mereka tentang stunting dan langkah pencegahannya. Sebagian besar peserta mengaku lebih memahami pentingnya pemberian ASI eksklusif, diversifikasi makanan pendamping ASI, serta menjaga kebersihan lingkungan.
Hasil ini menunjukkan bahwa penyuluhan efektif sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Namun, kesuksesan program tidak hanya terletak pada peningkatan pengetahuan, tetapi juga pada potensi perubahan perilaku peserta. Beberapa ibu menyatakan komitmen untuk lebih memperhatikan pola makan anak-anak mereka, seperti menambahkan variasi sayuran dan protein hewani ke dalam menu sehari-hari. Selain itu, peserta juga mulai memahami pentingnya sanitasi, seperti mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan memastikan sumber air bersih.
Namun, terdapat 2 peserta yang tidak menunjukkan peningkatan pemahaman. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya konsentrasi selama kegiatan atau keterbatasan dalam menyerap informasi. Untuk mengatasi hal ini, tim merekomendasikan pendekatan yang lebih personal di masa depan, seperti sesi konseling individu atau pelibatan media visual yang lebih menarik.
Penyuluhan juga memiliki dampak sosial yang positif, dengan terciptanya diskusi komunitas yang lebih intensif tentang kesehatan anak. Beberapa peserta mengusulkan pembentukan kelompok diskusi rutin yang melibatkan kader posyandu dan tenaga kesehatan. Dengan demikian, penyuluhan tidak hanya meningkatkan pengetahuan individu, tetapi juga memupuk rasa kebersamaan dalam menangani masalah stunting.
Mendorong Perubahan Perilaku
Pencegahan stunting tidak hanya membutuhkan pengetahuan, tetapi juga perubahan perilaku. Edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif, diversifikasi makanan pendamping ASI (MP-ASI), dan praktik kebersihan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemerintah desa juga dapat berperan aktif dengan menyediakan fasilitas air bersih dan sanitasi yang memadai.
Peran Pendidikan Gizi
Salah satu langkah penting dalam mencegah stunting adalah integrasi pendidikan gizi ke dalam kurikulum sekolah. Anak-anak harus diajarkan sejak dini tentang pentingnya pola makan sehat. Selain itu, pendidikan untuk orang tua juga penting. Workshop tentang gizi balita dan konseling individu dapat membantu orang tua memahami kebutuhan gizi anak mereka.
Kolaborasi untuk Masa Depan
Pencegahan stunting memerlukan kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat. Dana desa dapat dialokasikan untuk mendukung program kesehatan, sementara perguruan tinggi dapat menyediakan tenaga ahli untuk memberikan pelatihan. Melibatkan tokoh masyarakat dalam kampanye edukasi juga dapat meningkatkan kesadaran kolektif.
Kesimpulan
Penyuluhan yang dilakukan di Desa Singajaya menunjukkan bahwa edukasi adalah langkah awal yang penting dalam pencegahan stunting. Dengan upaya berkelanjutan dan kolaborasi berbagai pihak, masalah stunting dapat ditekan, memberikan anak-anak Indonesia kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Sebagai masyarakat, kita semua memiliki peran untuk mendukung generasi mendatang. Mulai dari memberikan informasi yang benar hingga menciptakan lingkungan yang sehat, setiap langkah kecil akan membawa perubahan besar bagi masa depan bangsa. Mari bersama-sama wujudkan Indonesia yang bebas stunting, dimulai dari Desa Singajaya, Indramayu.
Referensi
Arifin, Z., & Kurniawati, A. (2021). Edukasi Pencegahan Stunting dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Ibu. Jurnal Gizi Indonesia, 9(1), 89-95.
Notoatmodjo, S. (2018). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sari, D. E., Wahyuningsih, S., & Ramdani, R. (2019). Penggunaan Media Visual untuk Meningkatkan Pengetahuan tentang Gizi Anak. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 14(1), 32-40.
Tarigan, Y., Lubis, T., & Hasibuan, M. (2020). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 15(2), 120-128.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI