Mohon tunggu...
Siti Nur Rizky Amelia
Siti Nur Rizky Amelia Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

🌼

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Apa yang Harus Diceritakan?

5 Februari 2021   08:34 Diperbarui: 5 Februari 2021   08:55 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Seorang perempuan berumur tujuh belas tahun, dengan dandanan yang biasa saja, tampak menyedot perhatian, berjalan santai memasuki ruangan kelas. Suara ketukan sepatu barunya berirama sesuai dengan langkahnya. Ia senyum dan bertegur sapa dengan orang-orang yang ada dalam ruangan kelas itu. Di tangan kanannya, ia genggam tas jinjing yang penuh dengan buku -- buku pelajaran. Setelah masuk ruangan kelas itu ia langsung duduk di tempat duduknya .

Di pertengahan jam kegiatan belajar mengajar dengan awan gelap yang menghiasi kaca kelas ,  wajahnya terlihat muram dan mimik wajahnya berubah dari yang penuh senyum menjadi cemberut. Ketika ditanya ia diam. Lipatan diwajahnya sudah tak terhitung. Air matanya mulai mengembang dipelupuk matanya, tetapi ia memilih untuk tidak mengeluarkannya dan menyekanya dengan tisu. Teman -- temannya merasa aneh dengannya karena tidak biasanya ia seperti itu. Selama waktu pembelajaran ia hanya diam tanpa tanya dan kata, melipat tangannya dan menidurkan kepalanya diatasnya dengan tatapan kosong. Seperti orang yang tidak berselera. Banyak teman -- temannya menanyainya tapi ia hanya diam .

Bel akhir pembelajaran berbunyi, ia mengikuti jadwal piketnya dan masih sama tidak ada senyuman yang tampak di raut wajahnya, menghiraukan sapaan dari teman -- temannya.  ia menuju parkiran motor meninggalkan teman sebangkunya yang selalu pulang bareng menuju parkiran.

Dua puluh meter dari kelas ke parkiran , ia berjalan menundukkan kepalanya dengan menggesek-gesekkan sepatunya di lapangan yang permukaannya tidak rata tidak lupa juga ia memeluk tas jinjing yang dibawa. Segeralah ia bergegas menuju parkiran

......

" risaaa... " suara lantangnya membuatku otomatis menolehnya, " apa ? " menjawab dengan nada yang lesu tanpa gairah, " kamu kenapa hari ini  ? " sambil berjalan tergesa -- gesa menghampiri ku yang sedang memanaskan kuda besi ku yang berwarna hitam doff , " aku gak kenapa -- kenapa " sambil menarik raut bibir kanannya keatas , " yaudah deh nanti sampai rumah chatting ya  " berbicara sambil menstarter motor " aku pun langsung pergi saja tanpa menjawab pertanyaan terakhirnya itu .

Harusnya belok kiri tapi malah belok kanan , sengaja mencari jalan yang menjauhi dari jarak rumah. Di perjalanan aku memikirkan banyak hal , semakin memikirkannya semakin jauh aku menjelajah jalanan yang menjauhi arah rumahku, menepi sebentar untuk memasangkan headset dan mendengarkan lagu kumpulan dari Fiersa besar. Bunyi notifikasi pesan membuat lagu yang kudengarkan menjadi terjeda -- jeda yang mengharuskanku menepi kepinggir jalan untuk membuka pesannya .

 " sa , tadi kamu kenapa ih disekolah ? ayo cerita "

" risa bales dong "

"Katanya pulang sekolah mau chatting "

Beberapa pesan  yang terlihat saat aku menghidupkan tombol hp dan aku langsung mematikan data internet di hp ku dan mulai melaju menjelajah jalanan.

Pukul lima sore aku masih mejelajah jalanan dengan tidak sadarnya langit Kota kmbang yang tadinya cerah berubah mejadi gelap gulita disertai angin yang menggoyangkan pohon pohon di sepanjang jalan Soekarno -- Hatta . Aku memutuskan balik kanan untuk pulang kerumah dan menambah kecepatan laju kuda besi ku. Rintik -- rintik hujan pun mulai mengupul di kaca helm ku. Aku pun memutuskan untuk ke pinggir jalan , membuka bagasi , memakai jas hujan , mematikan musik  dan memasukan hp kedalam tas bagian dalam karena takut rusak kena air hujan , karena kalau rusak harus siap -- siap dimarahin mamah. Heheee~

Hujan deras turun saat aku berada di stopan Samsat kota Bandung . Aku mentafakuri air hujan yang berjatuhan diaspal sambil memainkan gagang rem yang longgar.

Sepanjang perjalanan hanya ditemani alunan dari rintik hujan yang berjatuhan diatas kaca helm ku .

Sesampai dirumah aku langsung mandi , solat maghrib dan setelah itu aku makan.

Diruang keluarga ada mamah yang sedang melihat video di aplikasi joget -- joget dengan volume suara yang keras .

 " habis dari mana pulang sore terus "dilontarkan dengan nada tinggi kepada ku ketika aku pas menuruni anak tangga terakhir  , " habis jalan -- jalan aja mah toh besok kan hari sabtu " . sambil menuju rak piring mengambil piring bening yang biasa aku pakai makan.

Ngomong -- ngomong sekolahku  hari sabtunya libur ya

" jangan main terus , besok -- besok kalau pulang sekolah langsung kerumah " sambil terus melihat video -- video. " iya mah , mah bapak sama dede kemana ? rumah kok sepi gini " mendekati dispenser untuk mengabil air minum " bapak sama dede lagi ke rumah temennya bapak "

" oh gitu ..." sambil terus menguyah nasi hangat dengan ayam serundeng kesukaan ku

Tidak lama dari makan aku langsung mencuci piring bekas makanku.

Setelah itu aku bergegas ke kamarku untuk mengerjakan tugas yang belum selesai agar hari sabtu dan minggu ku aku bisa beristirahat. Mengeluarkan buku pelajaran yang tadi dan hp yang aku masukan kedalam tas.

Aaarrrgh !

Apaan nih pesan banyak banget , jadi error gini kan. Aku menggerutu sambil membuka hp ku , grup kelas dan obrolan dari Hana sampai ratusan pesan yang belum aku baca . Hana itu temen sebangku aku , yang tadi teriak nama ku di parkian. Berhubung Lowbat aku mematikan lagi hp ku dan mulai mengisi daya.

Buku -- buku mulai ku buka satu per satu memastikan pr apa saja yang belum aku kerjakan , aku membuka pr yang menurutku bisa aku kerjakan terlebih dahulu. Adzan isya pun berkumandang aku bergegas mengambil air wudhu dan segera melaksanakan solat isya . Pukul 21.15 pr sudah semua dikerjakan aku pun mulai menonton drama sekaligus membalas pesan Hana yang tadi sempat aku hiraukan .

Saat membalas obrolan dengan Hana aku sesekali  melihat wajahku di cermin depan meja belajarku , aku melihat keadaan fisik ku khusus nya wajah yang dipenuhi bekas jerawat yang membuatku tidak percaya diri. Aku bingung harus membalas pesan Hana bagaimana dan akhirnya aku balas

 " maaf na baru bales, tadi aku ke Bandung gak sempet buka hp , maaf ya " .

perubahan centang dari abu menjadi biru cepat sekali dan dia mulai mengetik

 " oh gitu , iya gak apa-apa sa , aku  cuman pengen nanya aja kamu di sekolah kenapa? , pas masuk kelas terlihat baik-baik aja kenapa pas pertengahan kbm kamu jadi diem " .

Aku menegaskan kebali aku tidak apa -- apa , sampai akhirnya aku mulai cerita kepada Hana. Dengan perasaan yang malu

" gini han , tadi itu aku gak pd aja gitu sama keadaan muka aku (emotikon sedih di whatsapp ) , terus tiba --tiba keinget omongan orang -- orang yang menghina jerawat diwajah aku dulu  " .

Aku menceritakan dengan rasa malu , karena sebelumnya aku tidak suka cerita cerita seperti ini

Hana membalas dengan cepat " loh , kenapa kaya gitu bawa santai aja kali gak usah di dengerin , gak usah dimasukan ke hati juga  ".

Aku membalasnya dengan cepat dengan rasa yang campur aduk.

" han , aku udah berusaha buat gak ngedengerin , buat ngga nanggepin tapi susah han ,iya aku sekarang  cuma bisa senyum kalau ada orang yang gitu ke aku tapi batin aku han sakit banget , iya tau semuanya proses , semuanya butuh waktu , tapi masih aja gitu kepikiran kebayang- bayang juga , makanya kenapa aku diem dihadapan kalian,bukan karena aku kesel lah , bukan karena aku marah lah , ya itu  karena aku gak percaya diri ".

Hana membalas pesanku sangat panjang yang membuatku langsung berpikir

hana kau baik sekali ...

" Aku pernah di posisi kamu kok . Gini ya sa , omongan -- omongan yang tadi , sama kamu jadiin masukan terus tanggapinya juga harus sabar , ubah pola pikir kamu , mungkin orang yang ngomong gitu gak sabar pengen liat muka kamu bersih. Jadi ayo buktiin kamu juga bisa ".

" dari sekarang kamu stop deh bergadang , terus jangan teralu sering makan pedes , jangan debuan-debuan lagi , pulang sekolah langsung pulang aja kerumah , banyak minum juga , di rajinin lagi perawatannya , gitu aja sa jangan sedih ah. Terus kalau ada apa -apa ceritain jangan dipendem sendiri gak baik  sekiranya kamu malu cerita ke orangtua kamu , kamu bisa cerita ke aku kok.  Nih inget juga buat sekarang , apapun hasilnya tetap bersyukur ya ".

Membaca pesan Hana membuatku meneteskan air mata dan aku mulai berpikir , apakah ini aku gak terlalu berlebihan mempermasalahkan hal yang begitu sepele , aku menatap plafon kamarku dan mulai berfikir perkataan yang hana katakana itu benar dan aku harus mengubah pola pikirku tentang keadaan fisikku.

 " Han makasih banget ya , kamu udah ngasih tau aku , kalau bukan karena kamu aku gak tau harus gimana menanggapinya dan ngubah pola pikir aku ,  makasih banget pokonya han ".

Obrolan bersambung membahas drama yang kita tonton , waktu tidur pun sudah memberikan sinyalnya aku mengatur alarm di hp ku dan mulai tidur.

Beberapa bulan dilalui perubahan perubahan mulai membuahkan hasil walaupun belum maksimal dan itu patut disyukuri. Dan sekarang aku percaya diri dengan semuanya. Betul setiap permasalahan yang sedang terjadi jika tidak sanggup untuk menyelesaikannya sendiri, alangkah baiknya ceritakan dan berbagi ke teman dekat dan ke orang tua sekalipun. Setidaknya mereka memberikan solusi yang mungkin itu jalan keluar dari permasalahan kita . Berdoalah karena usaha tanpa berdoa adalah bohong dan bertawakalah, serahkan semuanya kepada Allah .

Semoga bisa menginspirasi teman -- teman semuanya .

Ingat selagi kita mau berusaha pasti ada hasilnya , baik itu hasil baik maupun hasil buruk dan kita tetap harus bersyukur , selalu bersabar dan jadikan hinaan orang lain sebagai motivasi untuk kita menjadi orang yang lebih baik lagi. Bersabar dan selalu bersyukur kepada Allah. Dan janganlah merasa terintimidasi dengan keadaan fisik kita karena itu lah yang sempurna dari Allah untuk kita .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun