Tepat di hari ini menjadi hari yang memberikan kesan pilu. Mengapa? Karena 11 Ramadhan menjadi hari mengenang wafatnya Sayyidah Khadijah. Siapa sih yang tidak mengenal istri baginda Rasulullah SAW.
Khadijah binti Khuwailid adalah istri pertama sekaligus istri yang paling Nabi Muhammad SAW hormati dibanding istri-istrinya yang lain. Khadijah binti Khuwailid merupakan istri Nabi Muhammad SAW yang pertama. Rasulullah menikah dengan Khadijah ketika beliau masih berusia 25 tahun. Sedangkan Khadijah, sudah berusia 40 tahun. Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Khadijah pernah dua kali menikah. Suami pertamanya bernama Abu Halah al-Tamimi yakni, suaminya yang wafat dan meninggalkan banyak kekayaan dan bisnis. Kemudian, suami kedua Khadijah adalah Atiq bin Aidz bin Makhzum yang juga wafat dengan meninggalkan banyak asset serta jaringan bisnis.
Detik-detik kematian Khadijah
Detik-detik saat Khadijah merasa ajalnya semakin dekat, wanita mulia itu memanggil Fathimah Azzahra dan berbisik, “Fathimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan serbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku.” Mendengar itu Rasulullah SAW berkata, “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga.”
Ummul Mukminin, Khadijah, pun mengembuskan nafas terakhirnya di pangkuan suami tercinta, Rasulullah SAW. Khadijah pun didekap dengan perasaan pilu dan sedih yang teramat sangat. Melihat air mata Rasulullah turun, ikut menangis pula semua orang yang ada di situ. Saat itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan. Rasulullah menjawab salam Jibril dan kemudian bertanya. “Untuk siapa sajakah kain kafan itu, wahai Jibril?
“Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fathimah, Ali dan Hasan,” jawab Jibril. Kemudian Jibril berhenti berkata dan menangis. Rasulullah bertanya, Kenapa Ya Jibril? “Cucumu yang satu, Husain (putra Sayyidina Ali) tidak memiliki kafan, dia akan dibantai dan tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan,” sahut Jibril.
Rasulullah SAW berkata di dekat jasad Khadijah. "Wahai Khadijah, istriku sayang, demi Allah, aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Maha Mengetahui semua amalanmu." "Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar serban?”
Rasulullah semakin sedih mengenang istrinya semasa hidup. Pengorbanan Khadijah sungguh tak ada duanya. Itulah yang menyebabkan Rasulullah sulit melupakan istri pertamanya itu. Bahkan dikisahkan, saking cintanya Rasulullah SAW pada Khadijah, Aisyah pernah merasa sangat cemburu. Dari penuturan Aisyah, Nabi selalu menyebut nama Khadijah setiap hari sebelum keluar rumah. Aisyah yang cemburu mengatakan," Bukankah ia hanya seorang tua bangka? Sungguh Allah telah memberimu ganti yang baik," kata Aisyah. Nabi sangat marah mendengar perkataan Aisyah itu sampai rambutnya bergetar.
Mengenang wafatnya Khadijah
Khadijah wafat pada hari ke-11 bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Khadijah wafat dalam usia 65 tahun, saat usia Rasulullah berusia sekitar 50 tahun. Ketika Khadijah wafat, Rasulullah amat terpukul. Apalagi hari kematian Khadijah tidak berselang lama dari kematian paman kesayangan Nabi, Abu Thalib. Oleh karena itu, masa-masa ini disebut sebagai tahun berkabung bagi Nabi Muhammad SAW. Dalam banyak riwayat disebutkan kalau Rasulullah baru menikah lagi setelah Khadijah wafat.
Bagi Rasulullah sendiri, Khadijah sangat istimewa. Diriwayatkan, ketika Khadijah sakit menjelang ajal, Beliau berkata kepada Rasululllah SAW, “Aku memohon maaf kepadamu, Ya Rasulullah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.”
Rasulullah menjawab, "Jauh dari itu ya Khadijah. Engkau telah mendukung dakwah Islam sepenuhnya,” jawab Rasulullah.
Khadijah memang telah mengorbankan semuanya. Kekayaannya, kebangsawanannya, dan kemuliaannya dalam mendukung dakwah Nabi Muhammad. Khadijah adalah orang yang mula-mula masuk Islam. Dia pula yang pertama kali diajari salat dan wudu oleh Nabi Muhammad SAW.
Teladan dari Khadijah yang patut dicontoh
Teladan yang bisa dicontoh dari Khadijah adalah sikap Khadijah tersebut sungguh baik untuk menjadi contoh bagi perempuan-perempuan muslim. Perempuan harus bisa menjaga kehormatannya walaupun di tengah pekerjaan ada banyak orang yang berusaha untuk menggodanya. Khadijah memiliki gelar Sayyidah Nisa’ Quraisy (pemuka perempuan Quraisy). Gelar tersebut hanya diberikan kepada orang yang memiliki kesempurnaan sifat. Orang-orang sepakat bahwa Khadijah memiliki kelebihan baik fisik maupun perilaku. Ia tak memiliki perilaku yang disembunyikan dari orang lain dan juga tidak memiliki obsesi tertentu.
Walaupun ada orang yang membenci dirinya, Khadijah tak pernah sibuk dengan urusan orang lain atau membicarakannya. Khadijah lebih memilih untuk merenung dan mempertanyakan rahasia yang ada dibalik kehidupan. MasyaAllah. Demikian, sebagai umat Islam kita bisa mencontoh sikap Khadijah. Ia tak pernah sibuk dengan orang-orang yang membicarakannya. Jadi, kita ada orang yang membicarakan kita lebih baik jika kita tetap diam, melakukan muhasabah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Siti Nuronniah PBSI Universitas Ahmad Dahlan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H