Aktivitas Bullying bukan lagi hal asing di kalangan masyarakat, tidak kenal usia tidak pula kenal kalangan. Tetapi, pada kenyataannya masih banyak pihak yang kurang mengerti bahkan acuh terhadap isu bullying.
Apalagi setelah munculnya kata "baper" atau "bawa perasaan", aktivitas bullying seringkali dianggap biasa di kalangan masyarakat. Seseorang yang menjadi pelaku bullying menganggap bahwa tindakan nya hanyalah sebatas lelucon dan seseorang yang menjadi sasaran nya tidak perlu merasa baper. Para pelaku bullying tidak menyadari bahwa aktivitas yang mereka anggap lucu tersebut bisa menyebabkan korban nya mengalami gangguan kesehatan mental atau Mental illness.
Bullying dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Seperti yang terjadi baru-baru ini, kita dikejutkan oleh kematian salah satu public figure asal Korea Selatan, Choi Jin-ri atau lebih dikenal dengan nama panggungnya yaitu Sulli yang diduga mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Dia mengalami depresi yang sangat berat akibat nyinyiran netizen, a.k.a bullying verbal yang dia dapatkan di media sosial. Ya, inilah salah satu fakta bahwa bullying bisa mengakibatkan seseorang mengalami gangguan kesehatan mental dan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidupnya.
Namun, dari banyaknya kasus yang terjadi, bullying memang paling sering terjadi pada anak-anak. Menurut data KPAI pada tahun 2018, kasus bullying dan kekerasan fisik masih menjadi kasus yang mendominasi dalam dunia pendidikan.
Lalu, apa yang menyebabkan kasus Bullying itu terjadi?
Sebagaimana kita ketahui, bullying terjadi diantara dua pihak. Yang satu merasa lebih kuat sehingga melakukan bully (pelaku) dan yang satu merasa lemah sehingga di bully (korban). Jadi, penyebab bullying bisa dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pelaku dan sisi korban.
Sisi Pelaku. Terkadang pelaku melakukan aksi nya hanya untuk melampiaskan masalah pribadinya. Tidak sedikit dari mereka yang lahir dalam keluarga yang disfungsional. Artinya, dia tidak mendapatkan hak yang semestinya sebagai seorang anak seperti hak cinta dan kasih sayang yang utuh sehingga dia mencari perhatian. Selain itu, tidak sedikit dari mereka yang sebenarnya pernah menjadi korban bully. Mereka melakukan aksi nya untuk ajang balas dendam. Alasan lain, para pelaku melakukan aksi nya karena menganggap itu keren dan membanggakan. Sehingga, mereka melakukan itu untuk kepuasan hati mereka tanpa ada sedikitpun keraguan dan rasa bersalah.
Sisi Korban. Seseorang bisa menjadi korban bully disebabkan banyak hal. Biasanya dia dijadikan target karena dia pendiam dan tidak mudah bergaul. Ada juga yang dibully karena dia menunjukkan kelemahan yang dia miliki. Selain itu, penampilan fisik yang berbeda dari yang lain juga menjadi sasaran empuk bagi para pelaku bullying untuk melakukan aksinya.
Bagaimana dampak nya?
Seseorang yang menjadi korban bullying biasanya akan mengalami perubahan. Seperti ketakutan, sering merasa cemas dan panik, memikirkan hal secara berlebihan, depresi, bahkan sampai berujung pada bunuh diri.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kasus bullying.
Jika kalian sebagai korban, berusahalah untuk lebih percaya diri dan tunjukkan bahwa kalian bukan lah orang yang lemah yang bisa ditindas oleh orang lain. Sebab, pelaku bullying akan merasa puas dan semakin menjadi-jadi jika korban nya menerima perlakuan nya tanpa ada perlawanan.
Selain itu, jangan takut untuk menceritakan nya kepada orang yang bisa di percaya seperti orangtua atau guru BK. Orangtua adalah pihak pertama yang bertanggung jawab terhadap anaknya. Sedangkan Guru BK adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang konseling sehingga bisa menindaklanjuti kasus yang ada sesuai dengan prosedur yang benar.
Jika kalian sebagai teman korban atau yang menyaksikan tindakan bullying, maka diam bukanlah pilihan yang tepat. Berikan dukungan dan motivasi bahwa dia tidaklah sendirian, sehingga dia lebih kuat untuk menghadapi masalahnya. Selain itu, kalian bisa melaporkan kepada guru BK atau pihak yang berwenang supaya kasus yang terjadi bisa di tindak lanjuti.
Tindakan bullying bukanlah masalah sepele, sehingga perlu di atasi dengan serius. Dalam lingkungan sekolah, ada konselor atau Guru BK yang memiliki wewenang utama (stakeholder) dalam menangani permasalahan peserta didik. Selain itu, guru BK juga berkolaborasi atau bekerjasama dengan pihak lain seperti kepala sekolah, wali kelas, seluruh dewan guru, staff, bahkan dengan seluruh murid untuk penanganan masalah yang ada. Jika seluruh pihak saling bekerjasama, maka tindakan bullying bisa di hindari atau di selesaikan dengan prosedur yang semestinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H