Berbicara mengenai kenakalan siswa, tentunya bukan lagi hal asing dalam dunia pendidikan. Misalnya, seorang siswa sering datang terlambat ke sekolah, bolos, melakukan aksi bullying, atau bahkan terlibat dalam pergaulan bebas seperti merokok, konsumsi narkotika, dan seks bebas.
Memang tidak semua siswa melanggar aturan, tetapi hampir di setiap sekolah pasti ada sekelompok siswa yang sering melanggar aturan, bahkan menjadikan "kenakalan" sebagai hobi. Pertanyaan nya, apa yang menyebabkan mereka menjadi nakal?Â
Dari banyaknya kasus yang terjadi, kenakalan siswa disebabkan dari kurangnya perhatian dan pengawasan dari orangtua terhadap anak. Sehingga, seorang anak sengaja melakukan tindakan yang tidak seharusnya untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang sekitar, terutama orangtua nya.
Sebagaimana kita ketahui, seorang anak mendapatkan pendidikan pertama nya di lingkungan keluarga, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa peran orangtua sangat berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak.
Orangtua dituntut untuk menjadi teladan terbaik, yaitu tidak hanya memerintah atau menyuruh, tetapi juga memberi contoh. Selain itu, orangtua harus senantiasa mengawasi sang anak dalam setiap fase perkembangan yang di lewati untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan.
Selain kurangnya perhatian dan pengawasan orangtua, kenakalan siswa juga disebabkan dari ruang lingkup pergaulan yang salah. Banyak sekelompok siswa yang melakukan aksi tawuran antar sekolah karena permasalahan yang sepele.
Selain itu, ada juga siswa yang merokok dan konsumsi narkotika supaya dianggap lebih "gaul dan keren" oleh teman sebayanya. Yang lebih mirisnya lagi, tidak sedikit siswa yang melakukan hubungan seks bebas akibat salah pergaulan.
Lalu, siapa yang salah dalam hal ini?
Mengenai berbagai macam kenakalan siswa yang disebutkan di atas, bukan masalah siapa yang harus disalahkan, bukan pula mencari siapa yang harus dihukum dan menghukum, tetapi bagaimana menemukan solusi guna mengatasi permasalahan tersebut. Dalam hal ini, tentunya peran seorang ahli atau konselor sangat dibutuhkan.
Seorang konselor bertugas memberikan pelayanan bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Pelayanan ini berupa pelayanan preventif (pencegahan) atau represif (penyembuhan) yang disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan siswa yang bersangkutan.
Seorang siswa yang sering bolos perlu mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, seorang konselor bisa melakukan pelayanan perencanaan individual dengan melakukan tatap muka dengan konseli. Konselor bisa membantu siswa dalam memahami dan mengenmbangkan potensi yang di miliki. Selain itu, seorang konselor juga bisa memberikan motivasi kepada konseli sehingga konseli bisa menyadari pentingnya menyiapkan masa depan bagi dirinya.
Dalam kasus lain, seorang siswa yang melakukan aksi bullying perlu mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, seorang konselor bisa melakukan pelayanan responsif (pelayanan segera) dengan melakukan wawancara terhadap konseli. Sehingga, seorang konselor bisa mengetahui alasan nya dan membantu mencari kan solusi.
Pada intinya, seorang anak membutuhkan bimbingan serta pengawasan dari orang-orang terdekatnya, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Ketika seorang anak mendapatkan kasih sayang dan pengawasan yang baik dari orangtuanya, dia akan merasa bahagia karena keberadaannya sangat dihargai.
Hal itu bisa menjadi control diri untuk tidak melakukan hal-hal negatif. Dalam konteks lain, seorang guru wajib meluruskan siswa nya ketika melakukan penyimpangan. Selain itu, lingkungan masyarakat juga memiliki peran dalam membentuk karakter seorang anak.
Jadi, ketika seorang siswa melakukan penyimpangan atau "nakal" yang dibutuhkan bukanlah sebuah judgment, tetapi bantuan bimbingan dan konseling untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Hal itu bisa terwujud apabila semua elemen yaitu orangtua, guru, dan masyarakat bisa saling bekerja sama, sebab siswa nakal bukan hanya menjadi tanggung jawab konselor atau guru BK melainkan menjadi tanggung jawab bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H