Mohon tunggu...
SITI NUR HIKMAH 121211030
SITI NUR HIKMAH 121211030 Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Program Studi Akuntansi Universitas Dian Nusantara

Nama : Siti Nur Hikmah NIM : 121211030 Mata Kuliah : Pengukuran Kinerja Sektor Publik Kampus : Universitas Dian Nusantara Dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ruang Publik Pierre Bourdieu

16 Oktober 2024   10:41 Diperbarui: 16 Oktober 2024   10:58 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Distinction dalam pandangan Bourdieu mengacu pada tindakan membedakan antara kelas sosial, di mana kelas atas mempertahankan identitas mereka dengan cara membedakan diri dari kelas yang lebih rendah. Hal ini dilakukan melalui penguasaan berbagai bentuk kapital, termasuk kapital ekonomi, sosial, budaya, dan simbolik. Sementara itu, resistensi merujuk pada perlawanan dari kelas bawah terhadap dominasi kelas atas. Resistensi ini tidak selalu eksplisit dalam bentuk perlawanan fisik, tetapi lebih sering dalam bentuk simbolik dan kultural.

Kelas atas menggunakan distinction sebagai cara untuk menunjukkan superioritas mereka. Misalnya, preferensi terhadap musik klasik seperti karya Mozart, Beethoven, Bach, dan Vivaldi merupakan bagian dari bentuk legitimasinya. Musik ini dianggap sebagai ekspresi seni yang lebih tinggi, dan dengan demikian, siapa pun yang menguasai atau menikmati seni tersebut secara otomatis dipandang memiliki posisi sosial yang lebih tinggi. Di sisi lain, selera populer---yang berasal dari rakyat jelata---lebih berfokus pada fungsi daripada bentuk, menunjukkan perbedaan fundamental dalam selera dan kebudayaan yang berfungsi sebagai alat pembedaan kelas.

Distinction dan resistensi terjadi karena adanya perbedaan akses terhadap modal atau kapital, yang menyebabkan stratifikasi sosial. Dalam kerangka Bourdieu, modal atau kapital tidak hanya merujuk pada kekayaan material, tetapi juga mencakup modal sosial (jaringan sosial), modal budaya (pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan budaya), serta modal simbolik (status sosial, kehormatan, dan legitimasi).

Kapital inilah yang memungkinkan kelas atas untuk terus mendominasi dan mempertahankan posisi mereka dalam arena sosial. Mereka memiliki akses ke pendidikan elit, jaringan sosial yang kuat, dan nilai-nilai budaya yang diakui secara luas sebagai tanda superioritas. Sebagai contoh, seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga aristokrat dengan pendidikan yang baik, akan menginternalisasi nilai-nilai tersebut (habitus), yang kemudian tercermin dalam cara mereka berperilaku dan memilih bentuk-bentuk ekspresi budaya.

Namun, kelas bawah tidak diam begitu saja menghadapi dominasi ini. Mereka melakukan resistensi melalui cara-cara simbolik, seperti menciptakan budaya populer yang lebih menekankan pada fungsi dan kebutuhan hidup sehari-hari daripada bentuk dan estetika yang diperjuangkan oleh kelas atas. Resistensi ini adalah bentuk perlawanan terhadap kapital budaya dan simbolik yang digunakan kelas atas untuk melegitimasi posisi mereka.

Proses distinction dan resistensi berlangsung melalui beberapa mekanisme yang melibatkan habitus, kapital, dan arena. 

a. Perubahan Sosial dan Kemampuan Habitus

Perubahan sosial terjadi ketika kelas bawah mulai mengembangkan kemampuan habitus dan kapital mereka. Ini tidak selalu berarti menjadi kelas proletar yang revolusioner, tetapi lebih kepada perlawanan simbolik dan kultural terhadap dominasi kelas atas. Habitus yang dikembangkan oleh kelas bawah sering kali bersifat adaptif, memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam sistem yang didominasi oleh kelas atas.

b. Persaingan antara Distinction dan Resistensi

Persaingan antara kelas atas dan kelas bawah tidak hanya melibatkan kompetisi material, tetapi juga kompetisi simbolik. Kelas atas terus-menerus mencari cara untuk membedakan diri dari kelas bawah, baik melalui selera, gaya hidup, maupun pendidikan. Sebagai contoh, preferensi terhadap karya seni tinggi seperti musik klasik adalah cara bagi kelas atas untuk membedakan diri dari kelas bawah yang lebih mengutamakan hiburan populer.

Sementara itu, kelas bawah menunjukkan resistensi mereka melalui bentuk-bentuk budaya yang lebih berfungsi dan praktis. Selera mereka lebih berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari daripada dengan estetika yang diidealkan oleh kelas atas. Misalnya, preferensi terhadap musik populer, yang lebih bersifat pengalaman hidup, sering kali dipandang rendah oleh kelas atas, tetapi bagi kelas bawah, musik ini adalah bentuk ekspresi diri yang autentik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun