Mohon tunggu...
siti nurhalisa
siti nurhalisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta 2023

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merebaknya Kasus Bullying yang Terjadi pada Pendidikan di Indonesia Tahun Ini

26 Oktober 2023   00:03 Diperbarui: 30 Maret 2024   15:11 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kekerasan atau perundungan yang terjadi di sekolah tentu dipengaruhi oleh banyak hal. Beberapa faktor yang menyebabkan anak remaja melakukan bullying yaitu : faktor individu, keluarga, teman sebaya, media dan sekolah (Verlinden, Hersen, & Thomas, 2000). Meningkatnya tindakan bullying pada anak usia sekolah sangat mengkhawatirkan karena dampaknya sangat luas. Bullying dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi kesehatan dan kesejahteraan anak (Center for Disease Control, 2014 ; Tsitsika, 2014). Bullying juga berdampak serius terhadap korban dan juga pelaku. Jika dibiarkan hingga mereka dewasa, korban akan mengalami masalah psikis, seperti takut, merasa terintimidasi, depresi hingga bunuh diri. Sedangkan bagi pelaku, dia akan tumbuh menjadi orang yang berbahaya dan malakukan kekerasan.

Dampak psikologis dari bullying dapat dilihat dan diamati dari pola perilaku korbannya, dimana korban mengalami penderitaan, emosi bahkan stres berlebihan yang dapat mempengaruhi dirinya. Bagi siswa, dampak bullying memberikan dampak negatif terhadap pembelajaran dan menghambat proses belajar korbannya. Dampak psikologis ini menyebabkan korbannya mengalami depresi, gangguan berpikir, kehilangan rasa percaya diri, bahkan ingin putus sekolah. Perilaku bullying ini dapat menyebabkan korbannya merasa dendam atau bahkan bunuh diri. Hal ini sesuai dengan pandangan Swearer, korban bullying akan merasa sakit, bolos sekolah, prestasi akademisnya menurun, merasakan rasa takut, cemas dan panik yang berlebihan hingga ingin bunuh diri.

Dampak yang ditimbulkan dari tindakan ini sangat besar. Remaja yang menjadi korban bullying mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai gangguan kesehatan, baik  fisik maupun mental. Permasalahan yang  mungkin dialami oleh anak korban bullying antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan tidur yang dapat menetap hingga dewasa, serta masalah kesehatan fisik seperti sakit kepala, sakit perut, dan nyeri otot. stres, perasaan tidak aman dan aman di lingkungan sekolah serta berkurangnya minat belajar dan keberhasilan akademik.

Dari permasalahan tersebut harus dicari cara untuk mengatasi perundungan khususnya di kalangan pelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan khususnya kepada siswa. Orang tua merupakan pemandu utama dalam membentuk kepribadian remaja atau siswa, karena orang tua atau keluarga lebih banyak berinteraksi dengan anaknya. Orang tua merupakan tempat pertama dan terpenting untuk meminimalisir terjadinya tindakan dan perilaku bullying. Oleh karena itu, peran orang tua dalam mencegah perilaku tersebut sangat penting, namun kenyataannya banyak orang tua yang menganggap remeh dan tidak mengetahui kerugian apa yang akan terjadi jika perilaku bullying dilakukan secara berlebihan. Oleh karena itu, orang tua mempunyai peranan penting dalam mengatasi perilaku bullying yang muncul, seperti memberikan pendidikan moral dan etika kepada anak serta membimbing dan membentuk kebiasaan baik pada anak.

Untuk mengatasi bullying di sekolah memerlukan penanganan yang serius. Pemerintah melalui KPAI menjalankan kampanyeuntuk mengakhiri perundungan di sekolah dan menciptakan program sekolah ramah anak, serta membentuk sejumlah komunitas untuk mencegah perundungan. Terlepas dari keberadaan UU No. 35/2014 tentang perlindungan anak di Indonesia, namun pada kenyataannya implementasi dan realisasi solusi terhadap masalah bullying dan kekerasan masih belum optimal. Meningkatnya kasus bullying di Indonesia tidak lepas dari kurangnya pemahaman anak dan orang tua terhadap isu bullying. Selain itu, sebagian besar masyarakat, terutama orang tua dan guru, menganggap bullying sebagai hal biasa tanpa mengetahui dampaknya yang berbahaya (Nandya et al., 2017).

Kesadaran terhadap bullying dikaitkan dengan tingkat pengetahuan, mereka menganggap perilaku seperti itu wajar dalam hal pertemanan. Pada penelitian Fajrin & Nur (2013) terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying. Kurangnya pengetahuan menyebabkan individu secara tidak sadar melakukan tindakan bullying dan setiap hari menyaksikan tindakan bullying tanpa berbuat apa-apa, bahkan ada yang bergabung dengan menjadi pelaku bullying. 

Kesadaran juga mempunyai arti yang mirip dengan interioritas (kesadaran), kesadaran juga dapat dipahami sebagai suatu keadaan di mana seorang individu didorong terhadap rangsangan internal dan eksternal. Kesadaran juga mencakup persepsi dan pemikiran yang disadari oleh seorang individu, sehingga perhatiannya pada akhirnya terfokus dan bereaksi terhadap apa yang dilihat dan dirasakannya (Corey, 2009). Menurut Psikolog Andri, kesadaran akan bullying masih minim dikalangan masyarakat. 

Ungkapan Andri tersebut bersesuaian dengan poling yang dilakukan CNN Indonesia, hasil survei di dapatkan 58% koresponden tahu kalau menonton atau tak melerai aksi bullying termasuk kategori bullying nonverbal, sementara 42% mengatakan tidak tahu (Indra, 2017). Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan peningkatan pengetahuan dan kesadaran anti-bullying, sehingga setiap orang mempunyai pengetahuan dan kesadaran untuk mencegah bullying di sekolah.

Dalam memberikan pengetahuan akan kesadaran anti bullying di sekolah pada anak remaja perlu dilakukan dengan cara yang efektif agar mereka mengerti dan paham akan tujuan tersebut. Menurut Kemendikbud (2020) untuk menanggulangi permasalahan bullying dalam dunia pendidikan khususnya pada anak usia sekolah, antara lain dengan memperkuat kerjasama dengan pihak terkait pada lingkungan anak seperti pendidik profesional, orang tua dan masyarakat sekitar anak. Hal lain yang dapat dilakukan untuk menangani bullying adalah memberi tahu kepada anak remaja bahwa bullying tidak dapat dibenarkan dengan alasan dan tujuan apapun dan memebritahukan dampak dari bullying bagi pihak yang terlibat maupun yang menjadi "saksi bisu".

Kedua memberi nasihat tentang cara menangani pelecehan. Setelah memahami apa itu bullying, anak juga perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan ketika menjadi sasaran bullying agar mereka dapat menghadapinya dengan aman tanpa harus melakukan tindakan kekerasan yang agresif, yang dapat memperburuk keadaan. Misalnya, cara yang bisa digunakan adalah dengan mengabaikan pelaku kekerasan, menjauhi pelaku kekerasan, atau mengungkapkan ketidaksetujuan kita secara terbuka dan percaya diri. 

Anak-anak juga dapat menghindari perundungan dengan berada di dekat orang dewasa atau sekelompok anak-anak lain. Jika seorang anak menjadi korban perundungan dan cara-cara di atas telah digunakan namun tidak efektif, mereka harus didorong untuk berbicara dengan orang dewasa yang dapat dipercaya mengenai masalahnya dan tindakan guru di sekolah, orang tua, atau anggota keluarga lainnya yang tinggal di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun