Mohon tunggu...
Siti Nurfaiza
Siti Nurfaiza Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang pemula yang terobsesi menjadi master =)))

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelangi Jiwa :)

30 Oktober 2012   05:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:13 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit Jingga, 05 Juni

"tunggulah disini... hingga waktu itu hadir kembali. Sampai mentari kembali terbit, ketika pelangi  menyunggingkan lagi wajah segarnya..."

Kata-kata itu masih segar dalam ingatanku. Bagaimana mungkin aku lupa? sedangkan aku-lah yang menantikan akan hadirnya kata-kata itu dari lisannya. Lama, aku menghayati rangkaian kata abu-abu itu. Menatap singkatnya waktu, menghidupkan lagi alur mundur sebuah cerita.

Hari ini aku punya janji dengannya. Mentari, kalau kau kembali hari ini, tentulah aku pun akan segera keluar dari naungan ini. Menyaksikan kehangatan yang hadir, juga pancaran pelangi yang ada usai rintik hujan. Ku tunggu pelangi, karena dia. Aku percaya janjinya, bahwa ia ‘kan kembali bersama pelangi.

Sepanjang hari ini, mendung merundung. Tampaknya hujan akan turun. Dugaanku benar, sedetik kemudian hujan mengepung tanpa ampun. Membasahi apapun yang ada didekatnya, termasuk sesosok manusia ditengah padang ilalang ini, yaitu aku. Biarlah hujan ini membasahiku, asalkan aku dapat melihat senyum bahagianya nanti.

Ah, sepi sekali. Hanya terdengar rintik-rintik berirama. Kuputuskan untuk menggubah kata…

Rasa yang menelisik panjang

Memaksa rindu untuk berpendar

Bergelung pada harapan gantung…

Aku disini sendiri

Bukan menyepi

Tak juga menghukum diri

Aku hanya menunggu

Menunggu yang jauh untuk mendekat

Menunggu yang jahat untuk menjadi baik

Menunggu yang semula keras berubah lunak…

Hujan yang semula deras, mulai menyusut menjadi rinai-rinai kecil. Tapi tetap saja tak menghalangi kata kata itu meluncur demikian lancar. Menguak kerinduan terpendam. Dan berlanjutlah nyanyian sendu itu.

Menumpas rasa yang ada

Tak semudah menggapai pucuk daun

Tak terasa, air mataku menggenang lagi. Entah, mungkin takut pelangi tak hadir lagi seperti biasa. Rasa yang mencekam, hinggap lagi. Kupejamkan mata, mencoba bersikap tenang. Tapi ternyata, ada satu hal mengganjal sesakkan dada. Di tengah padang yang luas itu, tubuhku berguncang menangis tersedu. Penuh pilu.

Pucuk daun gugur, jatuh terinjak tak dianggap dan diabaikan

Begitupun diri ini

Ketika jatuh hanya hilang dan dilupakan

Tersapa angin,

Jauh dari pandangan mata…

Hujan reda, inilah saat yang menentukan kebahagiaanku. Langit, semoga pelangi bersamamu kali ini ―harapku. Sudut demi sudut langit aku menyapu pandangan. Tak ada yang luput satu titik pun. Tampaknya ini bukan waktunya pelangi bertugas, aku bergegas pulang ke naunganku kembali. Sepanjang perjalanan, sebuah lagu berputar dalam benakku,

Melewatkanmu di lembaran hariku

Selalu terhenti dibatas senyumanmu

Kuakui, aku terlalu rapuh untuk perkara seperti ini. Ketika aku ingin melupakannya,

Hati ini tak ingin dan selalu berdusta

Ah, dilematis sekali rasanya. Aku tak mau jika harus jatuh ke lubang yang sama. Aku tak ingin jika selamanya aku harus diliputi perasaan ini. Aku ingin melupakannya…

Lupakanmu takkan mudah bagiku

Selalu ku coba namun aku tak mampu

Membuang semua kisah yang telah  berlalu

Di sudut relung hatiku yang membisu, ku merindukanmu

Lirik terakhir itu jelas menggambarkan betapa tidak konsistennya aku. Aku harus melupakan, membuang, dan menghapusnya dari garis hidupku.

Harusnya ku telah melewatkanmu

Menghapuskanmu dari dalam benakku

Sudahlah! Ini hanya akan membuatku makin larut dalam kekecewaan. Rasa kecewa itu bergulung-gulung seperti ombak yang kemudian dihempaskan pada jiwaku. Sakit sekali.

Lebih baik kukubur impianku, karena yang indah tak selamanya nyata. Pelangi, maafkan aku. Aku takkan lagi berharap dan menantimu. Aku memang menyayangimu, tapi aku lebih mencintai diriku yang ringkih. Kau tetap bersama langkahku, bukan sebagai pelangi sewajarnya. Tapi pelangi jiwa :)

30 Oktober 2012 04:20 am

Song = Adera - Melewatkanmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun