Mohon tunggu...
SITI NURDIAN NOVITASARI
SITI NURDIAN NOVITASARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Jember

Siti Nurdian Novitasari merupakan mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan Sarjana program studi Ekonomi Pembangunan di Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menembus Cakrawala Global melalui Inovasi Sistem Pembayaran Lintas Negara

10 November 2023   10:05 Diperbarui: 10 November 2023   10:32 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menembus Cakrawala Global Melalui Inovasi Sistem Pembayaran Lintas Negara

 

Tatkala perekonomian global sedang dalam keadaan yang tidak pasti, di sisi lain perkembangan teknologi justru dalam keadaan sebaliknya. Teknologi kian berganti masa kian memunculkan inovasi dimana hal tersebut menandakan bahwa perubahan era digital semakin masif sehingga dunia digital ditinjau semakin pasti pada perkembangannya.

Disandingkan dengan sektor perekonomian, apabila sepanjang perubahan teknologi digital tidak dimanfaatkan dengan optimal justru akan mengusung sifat korosi. Disrupsi teknologi digital harus difungsikan dengan baik dan optimal agar perekonomian global juga menemukan titik positif di dalam aktivitasnya.

Sebagian besar negara di dunia dewasa ini sangat gencar melakukan tranformasi untuk keberlangsungan negara. Begitu pula negara tropis di sisi timur dunia, perekonomian Indonesia saat ini sedang bertransformasi dengan berpacu pada era digital.

Indonesia merupakan negara emerging markets yang dimana memiliki banyak sekali tantangan perekonomian. Beberapa diantaranya ialah permasalahan pemulihan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan dari adanya scarring effect pandemi Covid 19, perubahan yang cepat akan dunia digital terhadap ekonomi keuangan, serta meluasnya kesenjangan perekonomian ditinjau dari antar-negara, antar-wilayah, antar-kelompok masyarakat bahkan antar-individu sekalipun sehingga dalam hal ini inklusi keuangan memiliki peran positif untuk mengurangi perbedaan kesenjangan yang ditimbulkan.

Problematika ekonomi dari segi keuangan sepatutnya di-handle oleh bank sentral. Dalam hal ini Bank Indonesia guna mencapai visinya yaitu menjadi bank sentral yang mampu berkontribusi terhadap perekonomian nasional dimana didukung oleh terlaksananya transformasi Bank Indonesia secara menyeluruh. Berbagai tantangan yang muncul dihadapkan dengan transformasi Bank Indonesia yang mengacu ke arah fundamental sesuai telah ditetapkannya pada pedoman pencapaian tujuan jangka menegah dan jangka panjang.

Bank Indonesia menjadi garda terdepan dalam menanggapi isu – isu keuangan. Pasalnya dalam meningkatkan integrasi keuangan di kancah internasional, Bank Indonesia berusaha keras aktif dalam kegiatan global. Masyarakat Indonesia harus bangga karena negaranya telah dipercaya menyukseskan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Kemudian peranan penting Indonesia yang selanjutnya di kancah global ialah memegang ASEAN Chairmanship atau Ketetuaan ASEAN 2023.

Dari banyaknya rangkaian kegiatan pada KTT G20, salah satunya dalam meningkatkan dan memperkuat koneksi pembayaran di kawasan. Selama ini sistem pembayaran skala nasional dilakukan oleh individu melalui transfer dana elektronik antar bank nasional yang pengaturannya per transaksi secara seketika, tak lain sistem ini merupakan BI-RTGS. BI-RTGS ini memiliki urgensi yang mana dalam setiap aktivitas transaksi pembayaran, terlebih pemrosesan dengan transaksi bernilai besar (High Value Payment System/HVPS) sebesar Rp100 juta dan/atau lebih.

Sistem BI-RTGS mengandung banyak moderat, salah satunya berfungsi guna meningkatkan penyelesaian akhir secara pasti dalam setiap pembayaran yang mana hal tersebut dapat meminimalisir dampak risiko settlement finality. Namun disamping itu, sistem BI-RTGS memiliki kelemahan dari segi waktu. Penyelesaian akhir transaksi menjadi terbatas akibat ketergantungan dengan standar dan keadaan sistem pengiriman dan penerimaan transaksi internal oleh individu.

Dalam menginisiasi jalur ekonomi dan keuangan melalui penguatan konektivitas sistem pembayaran di kawasan, Bank Indonesia melakukan langkah awal dalam men-support dan merealisasikan sistem cross border payment yang lebih cepat, terjangkau, transparan, dan inklusif. Penggunaan gawai disinyalir memudahkan aktivitas dalam bertransaksi. Bank Indonesia (BI) menginisiasi cross border payment menggunakan Quick Response (QR) Payment linkage.

Bank Indonesia (BI) bersama dengan Bank Negara Malaysia (BNM), Bank of Thailand (BoT), Banko Sentral ng Pilipinas (BSP), dan Monetary Authority of Singapore (MAS), serta baru – baru ini State Bank of Vietnam (SBV) telah sepakat untuk memperkuat kerja sama terhadap cross border payment connectivity di kawasan. Kelima bank sentral tersebut kecuali State Bank of Vietnam telah (SBV) tertuang pada penandatanganan Nota Kesepahaman Kerja Sama Konektivitas Pembayaran Kawasan pada November 2022. Sedangkan untuk SBV sendiri baru bergabung ke dalam Kerja Sama Konektivitas Pembayaran pada Agustus 2023, dimana penandatanganan Nota Kesepahaman disaksikan langsung oleh kelima bank sentral kawasan tersebut (ASEAN 5).

Sebagaimana tertuang dalam G20 Roadmap for Enhancing Cross Border Payments, akselerasi transformasi digital di sektor ekonomi dan keuangan telah menjadi ikhtiar di kancah internasional. Kerja sama cross border payment connectivity di kawasan berhasil merealisasikan secara aktual berbuah output di kawasan negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Kapasitas transaksi lintas negara diprediksi akan terus tumbuh di tahun – tahun selanjutnya.

Memang nampaknya cross border payment di era gencaran ekonomi global terlihat lebih mudah, unlimited, memaksa pembayaran antar negara lebih gesit, lebih terjangkau, lebih transparan, dan dapat diakses oleh pihak manapun. Namun, sisi gelap seputar cross border payment tidak dapat terelakkan.

Pembangunan cross border payment connectivity di masa yang akan datang memiliki challenges and risks diantarannya terdapat persepsi bahwa tarif selangit dan proses yang memakan banyak waktu, tidak lagi inklusif, dan transparansinya yang kurang. Lain halnya apabila berhadapan dengan regulasi yang semakin variatif, proses, serta kesenjangan spesifikasi pembayaran oleh setiap negara. Maka dari itu pemerintah maupun otoritas terkait serta pelaku industri pembayaran harus berkolaborasi dan bersinergi. Pemangku otoritas harus berkomitmen men-support­ strategi dan ikhtiar keterkaitan sektor ekonomi di lintas negara. Ditilik dari pelaku industri maka disarankan agar dapat menggenggam kesempatan dan peluang untuk menciptakan kreativitas baik pada produk dan layanan lintas negara bahkan dalam terkait keberlanjutan sistem pembayaran yang lebih inovatif.

Didukung penuh oleh pemerintah Indonesia yang memberikan penekanan pada implementasi urgensi kolaboritas dalam memerangi berbagai tantangan ekonomi internasional. Upaya dalam menggarap ide – ide kreatif dan inovatif juga disampaikan oleh pemerintah Indonesia yang diharapkan segera mengakselerasi konektivitas sistem pembayaran di kawasan.

oleh Siti Nurdian Novitasari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun