Tiba waktunya mereka harus kembali pada kehidupan nyata masing-masing. Rodiyah belajar lagi dan Amir harus bekerja ke Sumatera. Terpisah oleh jarak dan waktu. Siapa kira ternyata mereka malah semakin dekat dan keduanya masih saling berkomunikasi menggunakan telepon genggam.Â
  Lima tahun lamanya, mereka tidak bersua. Amir bersepakat dengan Rodiyah bahwa persahabatan ini akan tetap ada meski keduanya tidak saling bersama. Delapan tahun sudah pertemanan mereka terhitung, Rodiyah kembali sibuk dengan aktivitas barunya, sedangkan Amir masih bekerja di Sumatera. Dret...dret...dret...suara telepon genggam Rodiyah berbunyi. Dalam dinding telepon genggam Rodiyah ada nama Amir. Amir yang menghubungi Rodiyah dan diraihnya telpon genggamnya. Setelah berbicara lama, ternyata Amir mengungkapkan rasa sayangnya ke Rodiyah. Rodiyah yang saat itu masih belum ingin menikah dan ia ingin berjuang untuk keluarganys. Rodiyah hanya berkata:"Buktikan kesuksesanmu ya, nanti kalau jodoh pasti akan bertemu. Yang namanya Cinta tak harus memiliki, tapi akan selalu dekat dengan doa"Â
 Mendengar jawaban Rodiyah, Amir tak paham maksudnya itu dan ia mengira bahwa Rodiyah telah menolak cintanya, Akhirnya Amir mematikan telepon dan itu telepon terakhir Amir kepada Rodiyah Mereka sudah saling jauh dan tidak pernah berhubungan kembali. Dua tahun sejak telpon itu, Rodiyah mendengar kabar bahwa Amir sudah menikah dengan wanita lain di perantauannya. Rodiyah menangis, padahal Rodiyah berharap bahwa ia datang ke rumahnya dan menjemput Rodiyah.Â
 Rodiyah kehilangan topi kesayangannya lagi. Rodiyah tetap melanjutkan kehidupannya kembali. Rodiyah masih berhubungan baik dengan teman Amir, Hidayat meskipun tidak langsung hanya melalui messenger Facebook. Ia hanya bertanya bagaimana keadaan Amir sekarang, dan tahu kabar bahwa Amir sudah menikah juga dari Hidayat. Linangan airmata Rodiyah terus mengalir tiap hari. Karena sebenarnya Rodiyah masih menginginkan Amir untuk menjadi sahabatnya, menjadi topi pelindungnya seperti dulu. Hari demi hari, jam demi jam Rodiyah masih menangis menyesali apakah topi yang telah hilang itu akan kembali? Ia selalu bertanya pada hati kecilnya, sampai kapan Amir memahami maksud perkataannya. Ia hanya ingin Amir menjadi laki-laki yang baik,dan mampu meraih mimpi-mimpinya walaupun tidak bersama. Amir telah hilang, bahkan persahabatan mereka juga benar-benar hilang bersama kenangan yang ada. Topi yang selama ini menjadi pelindungnya telah hilang bersama kisah persahabatannya. Semoga cerita ini mampu menginspirasi pembaca. Aamiin...Wallahu a'lam bisshowab........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H