3) Pengetahuan sufi, yaitu Tuhan satu dengan perantaraan hati sanubari.
m. Al-Fana wal Baqa
Sebelum seorang sufi bersatu dengan Tuhan, terlebih dahulu ia harus menghancurkan dirinya. Selama ia belum dapat menghancurkan dirinya, yaitu selama ia masih sadar akan dirinya, ia tidak akan dapat bersatu dengan Tuhan. Penghancuran itu disebut fana. Penghancuran dalam istilah sufi selalu diiringi dengan baqa.
Fana yang dicari kaum sufi adalah penghancuran diri, yaitu hancurnya perasaan dan kesadaran tentang adanya tubuh kasar manusia. Kalua sufi telah mencapai fana an nafs, yaitu kalau wujud jasmaninya tak ada lagi (dalam arti tak disadarinya lagi), maka yang akan tinggal adalah wujud rohaninya dan ketika itu ia dapatkan bersama dengan Tuhan.
n. Al-Ittihad
Dengan hancurnya kesadaran diri seorang sufi, tinggallah kesadaran tentang Tuhan, ia pun sampai ketingkat ittihad, yaitu satu tingkat tasawuf di mana seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Suatu tingkatan di mana yang mencintai dan dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka memanggil yang lainnya dengan kata-kata : wahai aku.
Kesimpulan :
Nabi Muhammad SAW. diutus oleh Allah SWT. untuk menyempurnakan akhlak, di tengah masa di mana akhlak manusia banyak yang tidak sesuai dengan kaidah islam. Salah satu faktor pendukung berhasilnya dakwah Nabi Muhammad SAW. adalah akhlak mulia yang hingga hari ini tetap jadi suri tauladan seluruh umat islam. Akhlak mulia Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan tersebut bisa kita temui pada diri kaum sufisme yang memang dalam segala aspek lebih unggul dibandingkan dengan kita yang masih awam.
Penulis : Siti Nia Rahmah
Dosen Pengampu : Dr. Hamidullah Mahmud L.c, M.Ag
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H