Mohon tunggu...
Siti Nia Rahmah
Siti Nia Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah salah satu mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prodi Manajemen Dakwah. Saya memiliki banyak hobi dan salah satunya adalah mengetik, saya berharap semoga dengan tulisan saya ini, bisa dapat bermanfaat untuk orang yang membacanya. Karena Rasulullah SAW bersabda, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akhlak Kaum Sufisme dalam Pembentukan Karakter Muslim

8 November 2024   21:10 Diperbarui: 12 November 2024   20:29 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3) Pengetahuan sufi, yaitu Tuhan satu dengan perantaraan hati sanubari.

m. Al-Fana wal Baqa

Sebelum seorang sufi bersatu dengan Tuhan, terlebih dahulu ia harus menghancurkan dirinya. Selama ia belum dapat menghancurkan dirinya, yaitu selama ia masih sadar akan dirinya, ia tidak akan dapat bersatu dengan Tuhan. Penghancuran itu disebut fana. Penghancuran dalam istilah sufi selalu diiringi dengan baqa.

Fana yang dicari kaum sufi adalah penghancuran diri, yaitu hancurnya perasaan dan kesadaran tentang adanya tubuh kasar manusia. Kalua sufi telah mencapai fana an nafs, yaitu kalau wujud jasmaninya tak ada lagi (dalam arti tak disadarinya lagi), maka yang akan tinggal adalah wujud rohaninya dan ketika itu ia dapatkan bersama dengan Tuhan.

n. Al-Ittihad

Dengan hancurnya kesadaran diri seorang sufi, tinggallah kesadaran tentang Tuhan, ia pun sampai ketingkat ittihad, yaitu satu tingkat tasawuf di mana seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Suatu tingkatan di mana yang mencintai dan dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka memanggil yang lainnya dengan kata-kata : wahai aku.

Kesimpulan :

Nabi Muhammad SAW. diutus oleh Allah SWT. untuk menyempurnakan akhlak, di tengah masa di mana akhlak manusia banyak yang tidak sesuai dengan kaidah islam. Salah satu faktor pendukung berhasilnya dakwah Nabi Muhammad SAW. adalah akhlak mulia yang hingga hari ini tetap jadi suri tauladan seluruh umat islam. Akhlak mulia Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan tersebut bisa kita temui pada diri kaum sufisme yang memang dalam segala aspek lebih unggul dibandingkan dengan kita yang masih awam.

Penulis : Siti Nia Rahmah

Dosen Pengampu : Dr. Hamidullah Mahmud L.c, M.Ag

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun