Pada peringatan Hari Anak Nasional tahun 2024 di Kecamatan Kanigoro, pada salah satu cabang, ada lomba percakapan dua anak yang diikuti oleh siswa jenjang TK. Diselenggarakan oleh Ikatan Guru TK Indonesia bersama PGRI, mempertemukan 41 peserta dari 49 lembaga TK yang ada di Kanigoro.Â
Saya menyaksikan berbagai penampilan dan mencatat beragam pengalaman yang dapat menjadi inspirasi berharga bagi guru TK dan orang tua. Berangkat dari pengalaman menjadi juri, setidaknya beberapa hal di bawah ini yang bisa saya tuliskan.Â
Apa saja yang perlu dilakukan dan dihindari agar penampilan anak bisa maksimal. Yuk, kita simak bersama!
1. Persiapan yang Maksimal
Lomba ini membutuhkan persiapan (latihan) yang maksimal untuk memastikan kualitas penampilan anak-anak. Mulai dari menghafal naskah, gerakan tubuh dan ekspresi wajah serta penghayatan sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan.Â
Ini butuh waktu yang cukup, mengingat melatih anak usia TK itu butuh kesabaran. Apalagi kalau pada technical meeting sudah disepakati tidak boleh menggunakan microfon, maka anak benar-benar harus dilatih untuk bercakap-cakap dengan suara yang lantang. Agar juri terdengar dengan jelas sehingga penilaian bisa sesuai.
2. Kriteria Penilaian
Kriteria penilaian mencakup keberanian, kemampuan berbahasa, dan alur cerita. Meskipun kebanyakan anak menampilkan keimutan dan keaslian dalam berbicara, namun jangan lupa untuk mengedepankan kemampuan sesuai dengan kriteria tersebut.Â
- Keberanian mencakup kemandirian dan percaya diri. Di sini anak dituntut tampil penuh percaya diri dan harus lepas dari bayang-bayang gurunya. Karena anak sudah dilatih dalam batas waktu yang telah ditentukan, maka biarkan anak tampil natural sesuai dengan kemampuannya. Berikan keleluasaan pada anak untuk mengekspresikan diri.
- Bahasa mencakup orisinalitas, vokal dan intonasi. Di sini anak dituntut untuk menampilkan percakapan dengan bahasa anak, vokal yang jelas pengucapannya serta intonasi yang sesuai dengan dialog percakapan.
- Alur percakapan. Di sini anak dituntut untuk tidak sekadar hafal dan lancar, namun bisa bercakap-cakap secara natural dan penuh penghayatan.Â
3. Hindari Kesalahan Umum
Hindari naskah yang terlalu panjang, penggunaan bahasa yang tidak sesuai, atau kalimat yang tidak nyambung dengan usia anak TK. Latihan khusus juga diperlukan untuk meningkatkan ekspresi dan intonasi.
Pada beberapa penampilan dari peserta, saya temui anak membawakan naskah yang sangat panjang. Saya membayangkan anak-anak tentu berjuang sangat keras untuk menghafal naskah tersebut. Jadi saya sarankan untuk membuat naskah yang tidak terlalu panjang namun sudah memenuhi kriteria, yakni ada pesan yang diusung.Â
Pemakaian bahasa baku merupakan upaya untuk mengajarkan pada anak agar terampil berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Isi percakapanpun harus benar-benar mencerminkan percakapan anak usia TK. Jangan pernah sekali-kali menyisipkan kalimat-kalimat yang biasa dilontarkan orang dewasa, karena hal tersebut secara tidak langsung, mengajarkan kepada untuk berkata tidak sesuai dengan usianya.
4. Pentingnya Orisinalitas
Tema tentu sudah ditentukan dalam petunjuk dan teknis lomba. Namun tema yang mengangkat budaya lokal, kebersihan, dan keberagaman sangat penting untuk ditanamkan pada anak-anak.Â
Artinya tema-tema yang dekat dengan kehidupan anak itu saja sudah cukup untuk dikulik dalam percakapan. Yang terpenting lagi adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia anak. Bisa dibalut dalam percakapan tentang kebiasaan-kebiasaan yang dapat membentuk karakter anak sejak dini.
5. Tampilan yang Natural
Tidak perlu mendandani anak-anak seperti orang dewasa. Penampilan yang rapi dan natural sudah cukup untuk menarik perhatian
Tampilan yang natural adalah kunci untuk memperlihatkan keaslian anak-anak dalam lomba percakapan. Menghindari penampilan yang terlalu diatur atau berlebihan akan membantu mereka tetap autentik dan fokus pada isi percakapan mereka.Â
Jadi, lebih baik fokus pada kebersihan dan kenyamanan, sehingga mereka dapat tampil dengan percaya diri tanpa merasa tertekan oleh tampilan yang tidak sesuai dengan usia dan karakter mereka.
6. Menggambarkan Cita-cita yang Beragam
Pentingnya mengajarkan anak-anak bahwa cita-cita tidak hanya terbatas pada profesi yang yang dianggap bergengsi. Seperti dokter, polisi, tentara, pilot dan sebagainya. Akan tetapi juga profesi yang selama ini sering disepelekan padahal sangat penting dan membanggakan seperti menjadi petani.
Ajarkan sejak dini tentang macam-macam profesi dan peran profesi tersebut bagi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Agar anak mempunyai pilihan profesi sesuai minatnya namun tidak punya kesan negatif terhadap profesi yang lain.Â
Jadi, pengalaman ini mengajarkan bahwa lomba percakapan dua anak bukan hanya sekadar ajang kompetisi, tetapi juga sarana untuk mendidik dan membentuk karakter anak. Dengan memperhatikan detail-detail tersebut, diharapkan setiap lomba di masa depan dapat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan anak-anak. Semoga bermanfaat.
Siti NazarotinÂ
Blitar, 29 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H