Dalam lembaga pendidikan, peran wali murid tak dapat diabaikan. Mereka bukan hanya mitra dalam mengawal proses belajar mengajar, tetapi juga menjadi pemegang tanggung jawab penting dalam membentuk karakter dan kesuksesan anak. idealnya, hubungan antara sekolah dan wali murid haruslah terjalin harmonis, sebagai fondasi utama dalam mencapai cita-cita bersama: mendidik generasi masa depan yang tangguh dan berakhlak mulia.
Cara Mengelola Lembaga Pendidikan
Dalam setiap sekolah, dua sosok berpengaruh memegang peran kunci: kepala dinas dan wali murid. Hubungan yang seharusnya harmonis antara keduanya adalah kunci utama kesuksesan pendidikan. Kepala dinas menjadi figur otoritas dalam hal kebijakan dan pengelolaan sekolah, sementara wali murid bertindak sebagai garda terdepan dalam mendukung proses belajar anak-anak.
Menjaga hati wali murid menjadi prioritas yang tak terbantahkan, terutama karena mereka adalah pihak yang paling dekat dengan anak-anak di rumah. Terutama anak usia TK dan SD masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan perhatian dari orang tua atau wali murid. Oleh karena itu, kolaborasi yang baik dengan wali murid menjadi krusial.
Lain lagi dengan anak usia SMp, SMA dan mahasiswa telah memasuki tahap di mana mereka mulai membuat pilihan sendiri, meskipun tetap memerlukan dukungan dan bimbingan dari orang tua atau wali murid.
Dalam menghadapi tantangan ini, penting untuk ditegaskan bahwa kualitas layanan pendidikan terutama jenjang TK dan SD, harus dijaga dengan baik. Wali murid yang merasa dihargai akan cenderung mendukung secara aktif terhadap semua program sekolah. Mengundang mereka dalam acara-acara penting, seperti perayaan hari besar Islam, adalah salah satu cara yang baik untuk mempererat hubungan.
Tak hanya itu, disiplin juga harus ditingkatkan, baik dari pihak guru maupun siswa. Kedatangan tepat waktu menjadi sikap yang harus ditanamkan sebagai bentuk ketaatan pada perintah Allah, menuntut ilmu.
Dengan memposisikan wali murid sebagai "majikan" sekolah, bukan hanya sekolah yang akan mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya jumlah siswa, tetapi juga terjalinnya kerjasama yang harmonis dalam mencetak generasi yang unggul. Oleh karena itu, mari bersama-sama menjaga hubungan yang baik dengan wali murid, sebagai langkah awal menuju masa depan pendidikan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Hikmah Puasa
Selain menyampaikan tentang bagaimana kiat-kiat lembaga pendidikan diminati masyarakat, Bapak Saikhudin Rahman menguraikan dua aspek penting dalam konteks hikmah puasa Ramadan. Â Hikmah puasa tidak hanya merangkum nilai-nilai kemanusiaan, tetapi juga menyoroti esensi spiritualitas yang mendalam
1. Puasa mengajarkan untuk menaruh kasih dan sayang terhadap orang lain yang masih kekurangan. Laparnya kita saat berpuasa menjadi pengingat akan nasib orang fakir miskin.
Selama bulan Ramadan, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan amal kebajikan, seperti memberikan zakat dan sedekah, sebagai wujud empati dan kasih sayang terhadap sesama yang kurang beruntung. Sensasi lapar yang kita rasakan selama berpuasa juga menjadi pengingat kuat akan nasib orang-orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Hal ini membangkitkan kesadaran kita akan pentingnya berbagi rezeki dengan mereka yang membutuhkan.
Dalam konteks ini, lapar yang kita rasakan selama puasa bukan hanya sebagai ujian pribadi, tetapi juga sebagai panggilan untuk bertindak secara proaktif dalam membantu orang lain. Dengan merasakan lapar, kita belajar untuk lebih memahami dan menghargai kondisi orang lain yang hidup dalam kekurangan.
Oleh karena itu, pesan ini menekankan pentingnya menaruh kasih sayang dan memperhatikan kebutuhan orang lain, sebagai bagian integral dari praktik ibadah selama bulan Ramadan. Hal ini tidak hanya merupakan kewajiban agama, tetapi juga manifestasi dari rasa empati dan kasih sayang yang mendalam terhadap sesama manusia.
2. Dalam pidatonya, Bapak KH. Saikhudin Rahman memberikan sentuhan yang bijaksana dengan menyampaikan pesan yang menyelipkan candaan namun penuh makna. Beliau mengingatkan kita bahwa sementara imunisasi dan kesehatan materiil penting untuk keberlangsungan hidup, iman adalah pondasi yang lebih penting yang menentukan kebahagiaan dan keselamatan akhirat.
Ungkapan "Duit nggak dibawa mati tapi nggak punya duit rasanya setengah mati" memang menyiratkan kebenaran yang dalam. Kehidupan kita di dunia seringkali diwarnai oleh kebutuhan materiil dan finansial. Namun, penting bagi kita untuk tidak terjebak sepenuhnya dalam duniawi yang fana ini. Alih-alih hanya fokus untuk mengumpulkan kekayaan saja, kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana menggunakan harta tersebut untuk kebaikan, terutama dalam konteks ibadah dan amal.
Mengelola kekayaan dengan bijak tidak hanya memberikan kepuasan materiil, tetapi juga mendukung pembangunan spiritual. Dengan menggunakan harta yang kita miliki untuk kepentingan ibadah, seperti mengeluarkan zakat, sedekah, dan menolong sesama --- kita memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ini adalah investasi yang tak ternilai sebagai persiapan untuk kehidupan abadi di akhirat.
Jadi, sementara kekayaan materiil bisa memberikan kenyamanan dalam hidup dunia, kekayaan spiritual adalah kekayaan yang sejati dan abadi. Dengan memadukan kedua aspek ini secara seimbang, kita dapat mencapai keberkahan dan kebahagiaan dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Semoga bermanfaat
Catatan: Artikel ini merupakan isi pidato (tausiyah) Bapak  KH. Saikhudin Rahman, yang disampaikan pada acara Siraman Rohani di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, pada hari Rabu, 3 April 2024, yang bertempat di Masjid Mustawan Nglegok Blitar.
Siti nazarotin
Blitar, 3 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H