Dalam konteks ini, lapar yang kita rasakan selama puasa bukan hanya sebagai ujian pribadi, tetapi juga sebagai panggilan untuk bertindak secara proaktif dalam membantu orang lain. Dengan merasakan lapar, kita belajar untuk lebih memahami dan menghargai kondisi orang lain yang hidup dalam kekurangan.
Oleh karena itu, pesan ini menekankan pentingnya menaruh kasih sayang dan memperhatikan kebutuhan orang lain, sebagai bagian integral dari praktik ibadah selama bulan Ramadan. Hal ini tidak hanya merupakan kewajiban agama, tetapi juga manifestasi dari rasa empati dan kasih sayang yang mendalam terhadap sesama manusia.
2. Dalam pidatonya, Bapak KH. Saikhudin Rahman memberikan sentuhan yang bijaksana dengan menyampaikan pesan yang menyelipkan candaan namun penuh makna. Beliau mengingatkan kita bahwa sementara imunisasi dan kesehatan materiil penting untuk keberlangsungan hidup, iman adalah pondasi yang lebih penting yang menentukan kebahagiaan dan keselamatan akhirat.
Ungkapan "Duit nggak dibawa mati tapi nggak punya duit rasanya setengah mati" memang menyiratkan kebenaran yang dalam. Kehidupan kita di dunia seringkali diwarnai oleh kebutuhan materiil dan finansial. Namun, penting bagi kita untuk tidak terjebak sepenuhnya dalam duniawi yang fana ini. Alih-alih hanya fokus untuk mengumpulkan kekayaan saja, kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana menggunakan harta tersebut untuk kebaikan, terutama dalam konteks ibadah dan amal.
Mengelola kekayaan dengan bijak tidak hanya memberikan kepuasan materiil, tetapi juga mendukung pembangunan spiritual. Dengan menggunakan harta yang kita miliki untuk kepentingan ibadah, seperti mengeluarkan zakat, sedekah, dan menolong sesama --- kita memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ini adalah investasi yang tak ternilai sebagai persiapan untuk kehidupan abadi di akhirat.
Jadi, sementara kekayaan materiil bisa memberikan kenyamanan dalam hidup dunia, kekayaan spiritual adalah kekayaan yang sejati dan abadi. Dengan memadukan kedua aspek ini secara seimbang, kita dapat mencapai keberkahan dan kebahagiaan dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Semoga bermanfaat
Catatan: Artikel ini merupakan isi pidato (tausiyah) Bapak  KH. Saikhudin Rahman, yang disampaikan pada acara Siraman Rohani di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, pada hari Rabu, 3 April 2024, yang bertempat di Masjid Mustawan Nglegok Blitar.
Siti nazarotin
Blitar, 3 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H