Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ruang Kolaborasi, Bagian Penting dan Menarik dalam Pendidikan Guru Penggerak

21 Oktober 2023   07:43 Diperbarui: 21 Oktober 2023   07:45 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Lia dan Bu Ida, ketika kelompok kami presentasi | Foto: Novie Kurniawan 

Selama menjalani pendidikan guru penggerak, pengalaman kami sebagai calon guru penggerak sangat dipengaruhi oleh ruang kolaborasi. Dalam Pendidikan Guru Penggerak, terdapat sepuluh modul yang harus kami pelajari. Dan menariknya, setiap modul ada dua kali pertemuan ruang kolaborasi.

Ini berarti bahwa selama sepuluh modul yang kami ikuti, kami berkesempatan untuk menghadiri ruang kolaborasi sebanyak dua puluh kali. Pengalaman ini sangat berharga karena melalui ruang kolaborasi, kami dapat berbagi ide, pengalaman, dan pengetahuan dengan rekan-rekan kami. 

Bu Lia dan Bu Ida, ketika kelompok kami presentasi | Foto: Novie Kurniawan 
Bu Lia dan Bu Ida, ketika kelompok kami presentasi | Foto: Novie Kurniawan 

Setiap pertemuan ruang kolaborasi memberikan peluang untuk memperluas wawasan, mendiskusikan topik-topik penting, dan membangun jaringan yang kuat dalam komunitas guru penggerak. Ini menjadi salah satu aspek berharga dalam perjalanan kami untuk menjadi guru penggerak yang lebih baik.

Pak Choi dan Bu Nanik saat berdiskusi | Foto: Novie Kurniawan 
Pak Choi dan Bu Nanik saat berdiskusi | Foto: Novie Kurniawan 

Pendidikan guru penggerak adalah sebuah perjalanan pendidikan yang penuh liku-liku dan tantangan. Saya adalah bagian dari Angkatan 8, dari SDN Kuningan di Kabupaten Blitar. Saat pertama kali mengikuti ruang kolaborasi dalam program ini, saya mengakui bahwa semangat dan rasa percaya diri saya masih rendah. Terkadang, malu dan gugup saat berinteraksi dengan teman-teman sekelas dan fasilitator, menjadi kendala awal.

Bu Darwati dan Bu Istiqomah sedang berdiskusi | Foto: Novie Kurniawan 
Bu Darwati dan Bu Istiqomah sedang berdiskusi | Foto: Novie Kurniawan 

Dalam fase awal, saya hanya memberikan pendapat yang biasa-biasa saja, mungkin karena khawatir tentang penilaian teman-teman. Saya juga melihat beberapa teman yang masih tampak gugup dan canggung saat berbicara di depan kelompok. Saya merasa mereka masih sangat nervous dan takut salah.

Sesi foto usai Ruang Kolaborasi | Foto: Novie Kurniawan 
Sesi foto usai Ruang Kolaborasi | Foto: Novie Kurniawan 

Namun, seiring berjalannya waktu dan berprogres ke modul-modul berikutnya, semangat dan kemampuan kami semakin berkembang. Modul 1.1 berlanjut ke 1.2, 1.3, 1,4 dan seterusnya, hingga mencapai modul 3.3. (ada 10 modul). Pada fase ini, kemampuan teman-teman dan saya terasah, menjadi lebih baik, dan kami semakin percaya diri. Diskusi kelompok dan presentasi menjadi lebih lancar dan efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun