Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mukhlas, Sosok Tukang Ukir Sendok Keliling

18 Desember 2022   14:02 Diperbarui: 18 Desember 2022   19:06 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Piring dan sendok yang sudah diberi nama oleh Pak Mukhlas| Foto: Siti Nazarotin 

Hari ini saya masak nasi goreng, request suami. Rencana sebenarnya saya mau masak tahu bumbu, namun sewaktu saya tanya, suami malah memilih untuk dibuatkan nasi goreng. Ya sudahlah, sebagai istri yang baik, menurutlah saya. He he he

Sreng sreng! Ringkas cerita, nasi goreng sudah matang dan tersaji di atas meja. Saya bersama suami mulai ritual sarapan pagi dengan nasi goreng. Sekira 4 sendok nasi goreng masuk ke mulut, tetiba ada suara memanggil dari arah pintu sebelah timur rumah.

Mengenal Sosok Mukhlas yang Berprofesi Sebagai Tukang Ukir Sendok


Saya pun mendekati pintu dan seperti yang saya duga, sosok laki-laki yang kelihatan sudah tua, sudah menunggu di depan pintu.

Saya tanya, "Bapak siapa, apa maunya?" Ternyata tukang ukir sendok yang sudah dipesan suami atas persetujuan saya. Karena kemarin bapak ini sudah ke rumah dan saya masih belum pulang dari bekerja.

Lewat aplikasi perpesanan, saya mengatakan pada suami agar besok bapak tukang ukir sendok datang lagi ke rumah. Ternyata beliau menepati janjinya.

Pak Mukhlas, sesuai pengakuannya, saat ini berusia 61 tahun. Asal Desa Pojok Kecamatan Garum Kabupaten Blitar. Masih tetangga kecamatan dengan saya. Sejak tahun 1988 hingga sekarang menekuni profesi sebagai tukang ukir piring dan sendok.

Mengaku awalnya hanya ikut-ikutan teman dalam menjalankan pekerjaannya ini. Dulu ada 25 orang yang sama-sama menekuni pekerjaan sebagai tukang ukir sendok, tapi saat ini tinggal sekitar 10 orang yang masih bertahan.

Saya menggelar tikar agar Pak Mukhlas bisa melakukan pekerjaannya dengan nyaman. Saya ambil piring dan sendok yang belum ada tandanya (nama). Kebiasaan di daerah saya, peralatan makan, terutama sendok dan piring, selalu diberi nama pemilik atau nama dari keluarganya.

Alat Apa Saja yang digunakan untuk Menamai Sendok dan Peralatan Dapur Lainnya?

Melihat langsung ketika Pak Mukhlas menamai sendok dan piring saya, setidaknya beliau memerlukan alat-alat sebagai berikut:

  • Alat ukir sendok, bisa beli di toko gerabah atau toko online. Kisaran harga mulai dari 20 hingga 30 ribu.
  • Aki. Untuk mendapatkan stroom agar mesin ukir bisa bergerak, cukup membutuhkan stroom dari aki.
  • Cairan granit yang dioleskan di piring sebelum diukir.
  • Alat ukir yang terbuat dari besi berukuran 7 cm berdiameter 1 cm.  Satu alat tertera satu abjad. Jadi butuh alat sebanyak abjad.
  • Palu untuk menekan besi huruf yang ditempel ke tangkai sendok sehingga meninggalkan jejak hurufnya.
  • Serbet yang digunakan untuk ngelap saat selesai mengukir nama.

Peralatan ukir sendok milik Pak Mukhlas | Foto: Siti Nazarotin 
Peralatan ukir sendok milik Pak Mukhlas | Foto: Siti Nazarotin 

Alat-alat itulah yang digunakan Pak Mukhlas untuk menjalankan pekerjaannya sebagai tukang ukir sendok. Semua alat tersebut dimasukkan dalam kotak yang terbuat dari kayu yang beliau bawa berkeliling kampung.

Untuk Apa Piring dan Sendok diberi Nama?


Agar lebih memudahkan untuk mencari bila dipinjam tetangga atau bila kita memberi hantaran makanan dan piringnya tidak langsung dikembalikan. Maka bila nanti tetangga mau mengembalikan akan mudah untuk mengidentifikasi dengan melihat nama yang tertera di bagian bawah piring atau sendok.

Alat ukir khusus sendok terbuat dari besi yang sudah tertera huruf | Foto: Siti Nazarotin 
Alat ukir khusus sendok terbuat dari besi yang sudah tertera huruf | Foto: Siti Nazarotin 

Bukannya apa-apa, bukan pula pelit atau perhitungan, misalnya hilang atau ketlesut 1 piring, lama-lama kan habis juga. Bukan berarti kalau sudah dinamai, tidak akan hilang, namun setidaknya hal ini sebagai upaya memperkecil kehilangan alat makan seperti sendok dan piring.

Berapa Penghasilan Tukang Ukir Sendok Keliling?

Menurut penuturan Pak Mukhlas, pernah satu waktu dalam sekali dapat orderan mengukir sendok  dan piring, dapat 25 lusin. Berarti 25 dusin x 7500 = 200 ribu.

Mengingat pekerjaan sebagai tukang ukir sendok dan piring ini tidak butuh keterampilan khusus dan tidak butuh waktu lama dalam pengerjaannya. Mendapatkan upah 200 ribu itu sudah lumayan banyak menurut saya.

Mukhlas sedang ngetok (mengukir sendok) | Foto: Siti Nazarotin 
Mukhlas sedang ngetok (mengukir sendok) | Foto: Siti Nazarotin 

Sempat saya ajak bercanda begini, "Pantesan panjenengan tetap betah menekuni pekerjaan sebagai tukang ukir sendok dan piring, Pak. Tidak butuh waktu lama, sekitar 1 jam-an, sudah selesai ngukir 8 dusin sendok/piring. Itu berarti dalam 1 jam menghasilkan uang 60 ribu rupiah."

Pak Mukhlas hanya senyum-senyum mendengar apa yang saya sampaikan. Lha iya, andaikata dalam sehari bekerja mulai jam 8 pagi hingga jam 3 sore, dikurangi jarak yang ditempuh dan waktu istirahat, katakan saja bekerja selama 5 jam dikalikan 60 ribu, maka Pak Mukhlas mendapat uang 300 ribu dalam sehari. Itu kalau lancar, artinya banyak pelanggan yang order.

Maka siapa sangka, pekerjaan sebagai tukang tok sendok dan piring bisa mempunyai penghasilan lumayan ya. Meskipun sepintas jika kita melihatnya, timbul rasa iba. 

Dengan mengendarai sepeda ontel yang sudah berkarat, membawa peralatan tok dan berbaju yang agak lusuh, Pak Mukhlas ikhlas menjalani pekerjaannya hingga sampai sekarang.

Mengapa Lebih Memilih Mengendarai Sepeda Ontel dibanding Sepeda Motor?

Sempat saya tanya, mengapa tidak mengendarai motor saja, mengingat jarak yang  ditempuh lumayan jauh. Pak Mukhlas menjawab, lebih leluasa dan enjoi mengendarai sepeda ontel dalam menjalani pekerjaannya sebagai tukang tok keliling.

Selain lebih enjoy, diceritakan bahwa ketika berkeliling kampung mengendarai sepeda motor, penghasilannya hanya sedikit. Kok bisa? Iya, karena selain laju sepeda motor cukup kencang, mesin sepeda motor menimbulkan suara keras, sehingga bila ada pelanggan yang memanggil, tidak terdengar. Nah lo! Ternyata ini alasannya.

Mukhlas, Sosok Pekerja Keras dan Sabar

Selama rentang waktu sejak tahun 1988 hingga sekarang, perjalanan paling jauh yang pernah ditempuh oleh Pak Mukhlas adalah ke daerah Ngunut - Tulung Agung dan ke daerah Panggung Rejo - Blitar. 

Saya tengok di Google Maps, daerah tersebut jaraknya 30 kilo meter, bila mengendarai sepeda motor bisa ditempuh sekitar 41 menit, maka bila hanya mengendarai sepeda ontel, bisa sekitar 1 jam ya.

Di samping pernah mengalami zonk atau tidak mendapatkan pelanggan sama sekali, berkeliling kampung saat cuaca panas maupun hujan, sama-sama ada resikonya. Dibutuhkan kesabaran dan keuletan dalam menjalankan pekerjaannya.

Setelah selesai mengukir sendok, Mukhlas beristirahat sambil ngopi | Foto: Siti Nazarotin 
Setelah selesai mengukir sendok, Mukhlas beristirahat sambil ngopi | Foto: Siti Nazarotin 


Waktu 34 tahun menjalani pekerjaan sebagai tukang ukir sendok keliling, cukup membuktikan bahwa sosok Mukhlas sebagai sosok pekerja keras, ulet dan sabar.

Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari sosok Mukhlas di atas?

Setidaknya beberapa hal di bawah ini yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah tukang tok sendok keliling:

1. Pekerjaan apapun itu, pasti ada suka dukanya.

2. Pekerjaan apapun dibutuhkan keuletan dan kesabaran dalam menjalaninya.

3. Pekerjaan apapun bila ditekuni akan mendatangkan hasil.

4. Hasil berapapun dari pekerjaan yang kita jalani, bisa mencukupi kebutuhan bila kita bisa mengaturnya.

5. Bagi Anda yang memiliki pekerjaan tetap dengan penghasilan yang lebih pasti dengan nominal tinggi, dengan membaca kisah Pak Mukhlas dengan semua suka dan dukanya, akan tumbuh rasa syukur yang berlipat ganda.

Piring dan sendok yang sudah diberi nama oleh Pak Mukhlas| Foto: Siti Nazarotin 
Piring dan sendok yang sudah diberi nama oleh Pak Mukhlas| Foto: Siti Nazarotin 

Kalau kita bisa membaca tanda-tanda kekuasaan Tuhan, di sekeliling kita cukup banyak contoh yang diperlihatkan Tuhan agar kita pandai bersyukur dan lebih bisa menerima keadaan dengan ikhlas dan legowo.

Semoga bermanfaat!

Siti Nazarotin
Blitar, 18 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun