Alat-alat itulah yang digunakan Pak Mukhlas untuk menjalankan pekerjaannya sebagai tukang ukir sendok. Semua alat tersebut dimasukkan dalam kotak yang terbuat dari kayu yang beliau bawa berkeliling kampung.
Untuk Apa Piring dan Sendok diberi Nama?
Agar lebih memudahkan untuk mencari bila dipinjam tetangga atau bila kita memberi hantaran makanan dan piringnya tidak langsung dikembalikan. Maka bila nanti tetangga mau mengembalikan akan mudah untuk mengidentifikasi dengan melihat nama yang tertera di bagian bawah piring atau sendok.
Bukannya apa-apa, bukan pula pelit atau perhitungan, misalnya hilang atau ketlesut 1 piring, lama-lama kan habis juga. Bukan berarti kalau sudah dinamai, tidak akan hilang, namun setidaknya hal ini sebagai upaya memperkecil kehilangan alat makan seperti sendok dan piring.
Berapa Penghasilan Tukang Ukir Sendok Keliling?
Menurut penuturan Pak Mukhlas, pernah satu waktu dalam sekali dapat orderan mengukir sendok  dan piring, dapat 25 lusin. Berarti 25 dusin x 7500 = 200 ribu.
Mengingat pekerjaan sebagai tukang ukir sendok dan piring ini tidak butuh keterampilan khusus dan tidak butuh waktu lama dalam pengerjaannya. Mendapatkan upah 200 ribu itu sudah lumayan banyak menurut saya.
Sempat saya ajak bercanda begini, "Pantesan panjenengan tetap betah menekuni pekerjaan sebagai tukang ukir sendok dan piring, Pak. Tidak butuh waktu lama, sekitar 1 jam-an, sudah selesai ngukir 8 dusin sendok/piring. Itu berarti dalam 1 jam menghasilkan uang 60 ribu rupiah."
Pak Mukhlas hanya senyum-senyum mendengar apa yang saya sampaikan. Lha iya, andaikata dalam sehari bekerja mulai jam 8 pagi hingga jam 3 sore, dikurangi jarak yang ditempuh dan waktu istirahat, katakan saja bekerja selama 5 jam dikalikan 60 ribu, maka Pak Mukhlas mendapat uang 300 ribu dalam sehari. Itu kalau lancar, artinya banyak pelanggan yang order.
Maka siapa sangka, pekerjaan sebagai tukang tok sendok dan piring bisa mempunyai penghasilan lumayan ya. Meskipun sepintas jika kita melihatnya, timbul rasa iba.Â
Dengan mengendarai sepeda ontel yang sudah berkarat, membawa peralatan tok dan berbaju yang agak lusuh, Pak Mukhlas ikhlas menjalani pekerjaannya hingga sampai sekarang.