"Lah, tampilannya kok seperti deretan pohon pinus, Bu Naz?"
"Iya Mbak Dew, nanti saya tuliskan resepnya, Natal tahun depan bisa Mbak Dewi praktikkan untuk sajian Hari Natal. Kan macthing tuh!"
"Menurut saya, seperti ada yang salah dengan teksturnya"
"Memang disengaja, Engkong. Ini namanya kreativitas, teksturnya sedikit berbeda dengan biasanya tapi menurut saya yang terpenting rasanya sama."
Begitulah percakapan di WAG, ketika saya unggah gambar makanan yang kali ini akan saya bagikan resepnya.Â
Setiap saya kirim gambar hasil masakan saya, selalu ada komentar dari teman-teman.Â
Entah komentar "enak", "jadi ngiler", maupun komentar yang bernada protes karena menurut mereka ada yang janggal di foto itu. Tidak sekadar becandaan saja namun selalu ada kritikan dan masukan.
Pengamat Gambar Pertama Tulisan Kuliner Saya
Bagi penulis, sebelum tayang tulisan hal yang biasa bilamana ada keraguan lalu minta bantuan pada seseorang yang dipercaya untuk mengkritisi, agar bisa menayangkan tulisan yang baik dan bisa diterima pembaca, posisi ini biasa kita sebut pembaca pertama.
Untuk tulisan kuliner akan bertambah pula permasalahannya. Tidak hanya tentang tulisan saja, namun tentang pemilihan bahan, proses pengolahan sampai tahap pengambilan gambar. Makanya untuk satu tulisan kuliner, saya biasa menghabiskan banyak waktu.
Kali ini saya bicara tentang pengambilan gambar, seperti  yang sudah saya tuliskan di awal.Â
Teman-teman dalam WAG-lah yang seakan-akan bertindak sebagai pengamat gambar pertama.
Karena dalam tulisan kuliner, gambar hasil masakan tentulah termasuk factor yang sangat mendukung bagus tidaknya tulisan kuliner. Maka dari mereka saya mendapatkan masukan.
Saya sebisanya menjawab komentar mereka, sesuai dengan keterbatasan kemampuan saya. Tentunya dari percakapan-percakapan di WAG yang terbangun sangat bermanfaat bagi saya.Â
Secara, di WAG itu banyak penulis senior yang bergabung. Tentulah komentar mereka adalah komentar yang berdasarkan analisa matang, berdasarkan keilmuan dan pengalaman.
Dari respon teman-teman, saya menjadi tahu. O, seharus begini. O, sebaiknya begitu. Meskipun dari hal-hal yang kelihatannya kecil dan sepele, namun kalau kita perhatikan dan kita gunakan sebagai bahan perbaikan atas tulisan kita, akan memengaruhi hasilnya.
Resep yang akan saya bagikan ini adalah jajanan tradisional berbahan dasar dari beras ketan. Pasti Anda sudah sangat familiar dengan lupis beras ketan, kan?
Menurut referensi yang saya baca, lupis adalah jajanan tradisional yang diklaim berasal dari daerah pulau Jawa. Meskipun masing-masing daerah mempunyai kekhasan masing-masing dalam membuat lupis.
Penampilan dan Teksturnya  Berbeda Namun Cita Rasanya Sama
Kemarin saya membuat lupis dengan cara tanpa dibungkus dengan daun pisang. Alasannya di samping daun pisangnya pas nggak dapat, saya juga cari cara yang lebih praktis.
Tujuan saya menggunakan cara tanpa dibungkus dengan daun pisang agar bisa dipraktikkan oleh semua orang.Â
Secara, daun pisang saat ini sudah sulit dicari karena keberadaannya yang semakin langka. Apalagi di daerah perkotaan, jangan hanya gegara tak ada daun pisang, rencana membuat lupis menjadi gagal.
Dari segi tekstur sih memang beda ya, antara yang dibungkus daun pisang dengan yang tidak, tapi dari rasa tak jauh berbeda. Apalagi kalau proses mau agak lama sedikit, misalnya ditekan-tekan di loyang sampai lembut, pastilah akan lebih bagus hasilnya.
Nah, yang jelas lupis beras ketan yang saya buat, lumayan enak dan memikat. Kalau begitu, silakan diikuti resepnya berikut ini ya.
Resep Lupis Ketan Saus Gula Merah
Bahan:
- 500 gram beras ketan putih
- 300 ml santan
- 300 gram kelapa parut
- 1/2 sdt garam halus
- 2 lembar daun pandan
- Pewarna makanan
Bahan Saus Gula Merah:
- 300 gram gula merah disisir
- 1 sdm gula pasir
- 300 ml air
- 1 lembar daun pandan dipotong-potong
- 1 sdm tepung maizena dicairkan (2 sdm air)
Cara Membuat:
Pertama, cuci beras ketan sampai bersih, rendam selama 1 jam, beri pewarna makanan secukupnya, lalu tiriskan.
Nikmatnya luar biasa. Jajanan tradisional memang takkan pernah ada yang bisa menggantikannya meskipun banyak bermunculan jajanan yang viral dan kekinian.
Demikian resep lupis beras ketan saus gula merah telah saya bagikan, semoga bermanfaat.
Salam kuliner
Siti Nazarotin
Blitar, 10 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H