Sabtu kemarin lusa, saya memasak Urap-urap Kembang Turi dengan campuran beberapa sayuran lainnya. Urap-urap ini merupakan salah satu makanan yang saya sukai.
Kembang turi pemberian dari sepupu cukup banyak, maka terbesit keinginan untuk membuat masakan urap-urap, yang nantinya tidak saya makan sendiri, namun ingin saya bawa ke sekolah, untuk menemani makan siang saya, beserta rekan-rekan kerja.
Berikut ini adalah bahan apa saja yang dibutuhkan dan bagaimana cara membuat Urap-urap, sila diikuti.
Urap-urap Kembang Turi
500 gram kembang turi
250 gram kacang panjang
200 gram kecambah
100 gram taoge
1 ikat kemangi
10 cabe rawit
2 cabe merah (opsional)
3 siung bawang putih
1/2 ruas jari, kencur
2 lembar daun jeruk purut
50 gram gula merah
Secuil asam jawa
1/2 butir kelapa ukuran besar (yang agak muda)
1. Haluskan cabe rawit, cabe merah, bawang putih, kencur, gula merah, daun jeruk purut. Masukkan kelapa parut, campur dengan bumbu sampai merata.
2. Letakkan dalam wadah kecil anti panas, lalu kukus selama 7 - 10 menit, angkat dan sisihkan.
1. Setelah semua sayuran dibersihkan, saatnya untuk merebus.
2. Didihkan air kira-kira 2 liter, masukkan kacang panjang, kira-kira 5 menit, masukkan kembang turi, 5 menit kemudian, masukkan kecambah. Rebus sampai semua sayuran, empuk. Tapi tidak terlalu empuk.
3. Angkat sayuran, lalu tiriskan.
Cara Menyajikan:
1. Campur semua sayuran, tambahkan taoge dan daun kemangi yang telah dibersihkan.
2. Masukkan bumbu urap, Â campur sampai rata.
3. Urap-urap kembang turi siap dinikmati.
Maka tak heran jika setiap ada acara makan-makan, bila disuguhi urap-urap, kaum hawa pada heboh untuk saling mendahului ambil makanan kesukaannya.
Bahkan adapula yang kebiasaan membungkus nya untuk dibawa pulang. Hadeeeeh, dasar Emak-emak. Ups, lupa! Saya juga emak-emak. Wkwkwkwk.
Lalu apa hubungan urap-urap dengan acara Mule Metri?
Begini, penjelasannya. Mule Metri adalah sebuah acara yang bertujuan untuk mendoakan arwah para leluhur kita. Harapannya supaya arwah para leluhur tersebut tidak mengganggu acara hajatan kita. Acara ini biasanya dilaksanakan sehari atau dua hari menjelang pelaksanaan hajatan. Ada pula yang melaksanakan pada hari tepat hajatan diselenggarakan.
Hajatan bisa berupa pernikahan, khitanan, mendirikan rumah, memulai usaha, mulai bercocok tanam, kelahiran bayi dan acara ulangtahun.
Mengapa, menu Urap-urap harus ada pada setiap acara Mule Metri?
Ternyata terkandung makna filosofis yang dalam, pada kata urap-urap, berikut beberapa sayuran yang  ada di dalamnya.
1. Mulai dari kata urap-urap, urap berasal dari kata "urip" yang berarti hidup. Maksudnya, bahwa keluarga yang mempunyai hajat diharapkan selalu hidup, panjang umur dan bisa menghidupi orang-orang yang berada di sekeliling nya. Menghidupi tidak sekadar secara fisik, misalnya menafkahi berupa materi saja, namun lebih dari itu, diharapkan bisa selalu menjadi seseorang yang bermanfaat pada lingkungan sekitar.
Kemudian perihal sayuran yang biasa digunakan untuk Urap-urap seperti kacang panjang, taoge dan cabe merah, ini juga mempunyai nilai filosofis yang tinggi.
2. Kacang panjang, bermakna bahwa dalam hidup harus berpikir panjang dalam setiap mengambil keputusan. Selain itu kacang panjang juga melambangkan umur yang panjang.
3. Taoge bermakna pertumbuhan dan kreatifitas, tauge juga memiliki makna kesuburan.
4. Kangkung yang bisa hidup di air dan di darat melambangkan bahwa manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan di mana dan dengan siapa ia tinggal.
5. Bayam yang memiliki daun sederhana dan juga warna hijau muda yang segar melambangkan kehidupan ini selalu dalam keadaan ayem tenteram atau tenang dalam berumah tangga tanpa ada permasalahan yang berarti.
6. Cabe merah digambarkan seperti api yang bisa menerangi bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Namun, dalam perjalanannya, dalam mengolah makanan, muncul kreatifitas masyarakat. Yang semula sayuran yang digunakan sebagai bahan urap-urap hanya beberapa sayuran saja, sekarang hampir semua sayuran diolah untuk bahan urap-urap, termasuk kembang turi.
Baca juga: Tumis Kembang Turi
Mule Metri termasuk Warisan Budaya Tak Benda?
Dalam situs budaya.kemdikbud, artikel yang membahas tentang Mule Metri disetujui diposting dalam kategori warisan budaya takbenda. Itu artinya bahwa acara Mule Metri yang menjadi budaya di daerah Blitar dan sekitarnya, harus dilindungi dan dilestarikan.
Sebuah warisan budaya yang sarat makna dan sarat hikmah kehidupan. Harus kita lestarikan dan kita kenalkan pada generasi mendatang.
Mule Metri dalam Tinjauan Ilmu Cocokologi atau Uthak Athik Mathuk
Di daerah saya Blitar, mungkin juga di daerah anda, banyak hal atau peristiwa yang secara penelitian keilmuan tidak ada dasarnya, namun masyarakat sering menggunakan ilmu Uthak Athik Mathuk atau sering dikenal Cocokologi.
Termasuk dalam istilah Mule Metri inipun masyarakat juga kreatif memaknainya. Mule Metri, singkatan dari Lemu wong mbale, mumet wong putri, (gemuk orang yang berada di tempat pertemuan, pusing bagi ibu-ibu), maksudnya, para undangan makan-makan enak, sementara ibu-ibu yang masak-masak di dapur, capek dan pusing.
Capek karena sudah beberapa hari mempersiapkan untuk acara hajatan. Pusing karena memikirkan kalau-kalau masakan untuk undangan ada kekurangan, atau sewaktu acara hampir selesai, masakan belum siap dihidangkan gegara alat masak ada yang rusak, listrik padam dan lain sebagainya.
Tapi kalau dipikir-pikir, kok benar juga ya. Para ibu yang selalu heboh mepersiapkan segala sesuatunya jauh-jauh hari, sampai hari H, bahkan setelah acara selesai, masih dilanjutkan untuk bebersih. Sedangkan para undangan (biasanya para bapak) nggak usah repot-repot, tinggal datang pada hari H, setelah selesai acara, makan-makan dan pulang. Setelahnya sudah nggak ada urusan lagi.
***
Nah, ternyata pada masyarakat kita, banyak terdapat hal-hal penting, unik sekaligus lucu, ya. Bahkan mengandung nilai filosofis yang sangat tinggi yang bisa kita ambil pelajaran dalam kehidupan. Semoga artikel ini bermanfaat.
Salam kuliner
Siti Nazarotin
Blitar, 7 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H