"Jahit kasur.....jahit kasuuuur"
Lamat saya mendengar tukang jahit kasur keliling  melintas di depan rumah. Spontan saya tepukkan tangan isyarat memanggilnya, khawatir tak kedengaran karena ia mengendarai motor.
Beberapa hari yang lalu saya bercakap-cakap dengan suami. Ada kasur lama yang terbuat dari kapuk yang sudah tak terpakai tapi masih bagus. Kasur lama jumlahnya ada tiga buah. Suami tiba-tiba punya ide, kasurnya dijadikan satu saja Bu, nanti minta tolong pada penjahit kasur keliling. Saya menyetujui ide tersebut dan sampailah pada hari ini, tukang jahit kasur lewat depan rumah kami.
Perjuangan Supini sebagai tukang jahit kasur keliling
Supini (60 tahun), wanita tukang jahit kasur keliling yang sudah 20 tahun menekuni pekerjaannya ini ternyata bukan asli penduduk Blitar. Seperti yang dituturkan pada saya, Supini berasal dari Desa Mojodoyong Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Jawa Tengah.
Sejak 20 tahun yang lalu Supini bersama dengan 30 kawan-kawannya yang sama-sama berasal dari Sragen, mencoba peruntungan merantau ke Blitar. Dengan mengontrak rumah di Desa Tlogo Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar, menekuni pekerjaan sebagai tukang jahit kasur keliling.
Latar belakang keluarga Supini
Lalu apa alasan Supini sampai nekat meninggalkan suami dan ke -6 anak-anaknya yang pada waktu itu masih kecil-kecil. Alasannya lagi-lagi masalah  ekonomi. Suaminya hanya seorang buruh tani yang tentunya sangat berat menghidupi Supini dan ke-6 anak-anaknya.
Berbekal ketrampilan menjahit kasur, Supini bertekad ke Blitar demi untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Namun lima tahun yang lalu, teman-temannya tersebut berpindah tempat ke luar jawa tersebab di Blitar mulai sepi job. Seiring dengan kemajuan zaman, masyarakat banyak yang beralih ke kasur busa.
Mereka mencoba peruntungan di beberapa daerah di luar pulau jawa, antara lain ke Sulawesi, Ambon, Papua, NTT dan daerah lainnya. Supini tetap bertahan di Blitar  bertiga dengan temannya.
Anak laki-lakinya menyusul jadi tukang jahit kasur keliling
Menurut pengakuan Yanto, ia mendampingi ibunya masih sekitar satu tahun. Gegara Pandemi Corona, rencana mau balik bekerja ke Jakarta di salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang spare part motor, ia batalkan. Akhirnya Yanto memilih ikut ibunya menjalani pekerjaan sebagai tukang jahit kasur keliling di Blitar.
Semenjak Yanto mendampingi Supini, mereka keliling dengan berboncengan sepeda motor. Supini sekarang  menjadi lebih enak dan santai, tenaganya yang semakin tua tidak divorsir lagi untuk berjalan kaki. Padahal sebelumnya Supini berkeliling kampung dengan berjalan kaki. Menyusuri gang ke gang di daerah Blitar, dari daerah kota sampai ke pelosok desa dan pegunungan ia susuri. Mulai pagi hari sampai sore bahkan malam hari baru pulang ke rumah kontrakan.
Pembagian tugas yang solid dan kompak
Dimulai dari jam 11.30  dan pekerjaan mereka selesai tepat pada jam 13.00, satu jam lebih tiga puluh menit waktu yang mereka butuhkan untuk mendaur ulang/mempermak kasur lama menjadi kasur baru. Dari 3 kasur lama dijadikan 1 kasur baru, 5 bantal, dan 2 guling. Total biaya yang saya keluarkan 480 ribu. Dengan perincian untuk upah jahit 1 kasur 325 ribu, upah 5 bantal 100 ribu dan upah 2 guling 40 ribu, dapat korting 5 ribu, lumayan. Horeee kasur saya dipermak jadi  baru lagi. He he he
Aku tanya lagi, Â keuntungannya berapa setiap menyelesaikan 1 kasur? Menurut pengakuan mereka kisaran 25 ribu sampai 50 ribu. Tinggal mengalikan saja perolehan job yang ia terima di hari itu.
Supini bermodalkan jasa menjahit dan menyiapkan kain baru.
Supini, Kartini bagi keluarga
Meskipun hanya berprofesi sebagai tukang jahit kasur keliling, Supini bersyukur bahwa ia selama ini diberi kesehatan lahir dan batin. Sehingga bisa melanjutkan kehidupannya meskipun harus bersusah payah dan bekerja keras mencari uang di Blitar, meninggalkan suami dan anak-anaknya di Sragen.
Yang patut diacungi jempol, Supini telah berhasil mengentaskan lima anaknya. Lima anaknya telah berumah tangga, tinggal satu yang belum yakni yang bungsu.
Yang lebih membuat salut lagi adalah, Supini mampu menguliahkan anak bungsunya sampai lulus  dari pekerjaannya sebagai tukang jahit kasur keliling dan saat ini anak bungsunya sudah bekerja di perusahaan teh di daerah Tangerang. Sungguh Supini adalah Kartini bagi keluarganya.
Teladan dari sosok Supini
Pelajaran yang bisa saya teladani dari sosok Supini adalah:
1. Keterbatasan ekonomi jangan membuat kita pasrah dengan keadaan.
2. Sebagai istri kita harus bisa membantu suami dalam segi ekonomi.
3. Rela berjuang untuk keluarga
4. Dengan bekerja keras, tanpa kenal lelah, optimis, maka rezeki dapat diperoleh.
5. Tetap bersyukur meskipun dalam keterbatasan ekonomi, oleh Allah diberikan kesehatan lahir dan batin.
Tetap semangat wahai orang-orang seperti Supini, Kartini bagi keluarga. Â Bekerja apapun yang penting halal. Demikian kisah sosok Supini, semoga menginspirasi dan bermanfaat.
Siti Nazarotin
Blitar, 30 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H