Laba Per Saham atau Earning Per Share adalah jumlah pendapatan yang diperoleh selama satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada seluruh pemegang saham perusahaan. EPS menunjukkan seberapa baik perusahaan dalam mengelola modalnya sehingga menghasilkan profitabilitas yang tinggi. Dimana investor dapat mempertimbangkan hal ini ketika menginvestasikan uangnya pada suatu perusahaan.
Laba Per Saham      = Laba bersih/Jumlah Rata-Rata Tertimbang Saham
- EPS Tahun 2019 Â Â Â Â = (22.438.088)/616.000.000 Â = 0,04
- EPS Tahun 2020 Â Â Â Â = (18.916.626)/616.000.000 Â = 0,03
3. Leverage Ratio
Ratio leverage adalag rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Hal ini berarti besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri.
Debt Ratio = Total Debt/Total Asset
- Debt Ratio Tahun 2019
124.303.484/124.138.525 = 1,00
- Debt Ratio Tahun 2019
120.231.988/101.149.121 = 1,19
Debt To Equity Ratio
- Debt To Equity Ratio 2019
124.303.484/(164.959) = (753,5)
- Debt To Equity Ratio 2020
120.231.988/(19.082.867) = (6,3)
Debt ratio merupakan ratio solvabilitas yang mengukur total kewajiban perusahaan sebagai presentase dari total aset tersebut. Dalam laporan keuangan PT ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk menunjukkan bahwa debt ratio mengalami kenaikan dengan selisaih sebesar 0,19 dari tahun 2019 ke tahun 2020. Sedangkan debt to equity ratio adalah pembanding rasio keuangan antara jumlah utang dengan ekuitas yang dimiliki. Dalam laporan keuangan PT ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk menunjukkan bahwa debt to equity ratio mengalami penurunan.
4. Debt Service Coverage Ratio (DSCR)
Debt Service Coverage Ratio (DSCR) merupakan perbandingan jumlah hutang dengan penghasilan yang diterima. Dalam beberapa kasus, semakin besar rasio DSCR dan berada diluar batas batas maksimal ketentuan, maka akan memperbesar kemungkinan pengajuan pembiayaan calon debitur tidak mendapatkan persetujuan. Karena perusahaan pembiayaan menganggap sudah terlalu banyak kewajiban atau hutang yang calon debitur harus bayarkan, sehingga jika mengajukan pembiayaan baru akan memiliki kecenderungan gagal bayar yang lebih besar.
DSCR bermanfaat untuk mengetahui apakah calon debitur dapat membayar cicilan per bulan dilihat dari histori keuanganya; dengan melihat jumlah kewajiban atau hutang yang dimiliki saat mengajukan pengajuan dibandingkan dengan penghasilan setiap bulannya. Jika hasil DSCR masuk ke dalam jarak aman dari standar yang dimiliki Perusahaan Pembiayaan maka kemungkinan besar pengajuan akan disetujui.