Mohon tunggu...
Siti Fatimah
Siti Fatimah Mohon Tunggu... Guru - SDN Grogol Selatan 01

Seorang guru SD di sebuah sekolah negeri di DKI Jakarta. Saat ini sedang memulai belajar menulis. Saya mempunyai seorang anak yang sangat senang ketika dibacakan cerita. Akan sangat bangga apabila bisa membacakan cerita dalam buku karangan sendiri kepada ananda tercinta. Semoga mimpi itu bisa terwujud.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengajar dengan Empati

21 September 2022   14:07 Diperbarui: 21 September 2022   14:12 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Assalamualaikum anak-anak," sapaku kepada siswa-siswaku pagi ini.

"Waalaikumsalam Bu Guru," jawab siswaku kompak.

"Apa kabar Kalian hari ini?" tanyaku lagi.

"Alhamdulillah sehat Bu Guru," jawab siswaku.

"Alhamdulillah, hari ini semua sudah bisa hadir ya, yang kemarin sakit sudah bisa masuk. Noval sudah sehat Nak?" tanyaku pada seorang siswa yang kemarin dua hari tidak masuk.

"Sudah bu," jawab Noval malu-malu.

"Gimana Rini, sudah sehat?" Tanyaku pada siswa lain yang kemarin juga tidak masuk.

"Belum bu," jawab Rini lemah.

"Oh Rini belum sembuh tapi sudah berusaha masuk untuk ikut PTS ya, semoga bisa mengerjakan dengan baik ya," jawabku mendoakan.

Aku pun segera membuka amplop soal yang masih tertutup. "Anak-anak hari ini jadwalnya apa?" Tanyaku sambil mengerluarkan soal dari dalam amplop.

."PKN tema 2 Bu," jawab salah satu siswa.

"Sudah belajar kan?" Tanyaku memastikan kesiapan mereka.

"Sudah bu," jawab mereka pasti.

Sesaat kemudian soal sudah kubagi dan mereka mulai mengerjakan dengan tenang. Suasana hening dan senyap, terlihat mereka begitu serius mengerjakan soal tersebut. Satu jam berlalu, soal kedua pun kubagi. Materi kedua yaitu Bahasa Indonesia. Aku mengawasi mereka, sambil mengoreksi soal kemarin. Sesekali kuperhatikan raut muka mereka saat mengerjakan soal. Beberapa terlihat tersenyum merasa soalnya mudah. Beberapa lagi terlihat garuk-garuk kepala, entah karena belum keramas atau karena soalnya dirasa susah. Kuperhatikan Noval dan Rini lebih dalam, mengobservasi kondisi badannya. Noval terlihat sudah benar-benar sehat, sepanjang mengerjakan soal dia terlihat bercanda kecil dengan teman di depannya. Namun, Rini terlihat cemberut, entah karena merasa soalnya susah atau masih merasa pusing dan tak enak badan.

Setelah dua jam berlalu, bel tanda istirahat pun berbunyi. Semua siswa bergegas keluar untuk menikmati waktu istirahatnya. Rini, telihat keluar paling belakangan. Jalannya gontai. "Kenapa Bu Guru cuek banget sih sama saya?" protes dia kepadaku yang masih asik dengan koreksian. Aku pun sontak kaget dengan pertanyaan itu. "Eh, Rini kenapa?" Tanyaku kepadanya. " Saya kan masih sakit, tapi Ibu cuek banget sama saya," gerutunya sambil cemberut.

Dek! Seketika aku kaget. Aku merasa hal yang kulakukan sudah wajar. Tetapi ternyata dari sekian siswa di sekolah, ada beberapa yang mengharap perhatian lebih dari kita.

Sering kita sampaikan kepada anak-anak didik kita bahwa guru adalah orang tua di sekolah. Namun, hal ini tertuju kepada tuntutan kita agar mereka mau melaksanakan perintah kita. Ternyata, selain tuntutan itu kita perlu juga bertindak sebagai orang tua yang memberi perhatian kepada anak-anak kita.

Kejadian ini membuatku tersadar bahwa menjadi guru bukan hanya mengajar, tetapi mendidik dengan hati dan empati kita. Terkadang kita temui siswa yang tidak mengerjakan PR, tanpa bertanya alasan, kita langsung menuduhnya sebagai anak yang malas. Akan lebih bijak bila kita cari tahu terlebih dahulu penyebab kejadian ini. Dengan memberi perhatian yang tulus, semoga akan mampu mengubah karakter siswa kita menjadi pribadi yang lebih baik.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun