"Sudah belajar kan?" Tanyaku memastikan kesiapan mereka.
"Sudah bu," jawab mereka pasti.
Sesaat kemudian soal sudah kubagi dan mereka mulai mengerjakan dengan tenang. Suasana hening dan senyap, terlihat mereka begitu serius mengerjakan soal tersebut. Satu jam berlalu, soal kedua pun kubagi. Materi kedua yaitu Bahasa Indonesia. Aku mengawasi mereka, sambil mengoreksi soal kemarin. Sesekali kuperhatikan raut muka mereka saat mengerjakan soal. Beberapa terlihat tersenyum merasa soalnya mudah. Beberapa lagi terlihat garuk-garuk kepala, entah karena belum keramas atau karena soalnya dirasa susah. Kuperhatikan Noval dan Rini lebih dalam, mengobservasi kondisi badannya. Noval terlihat sudah benar-benar sehat, sepanjang mengerjakan soal dia terlihat bercanda kecil dengan teman di depannya. Namun, Rini terlihat cemberut, entah karena merasa soalnya susah atau masih merasa pusing dan tak enak badan.
Setelah dua jam berlalu, bel tanda istirahat pun berbunyi. Semua siswa bergegas keluar untuk menikmati waktu istirahatnya. Rini, telihat keluar paling belakangan. Jalannya gontai. "Kenapa Bu Guru cuek banget sih sama saya?" protes dia kepadaku yang masih asik dengan koreksian. Aku pun sontak kaget dengan pertanyaan itu. "Eh, Rini kenapa?" Tanyaku kepadanya. " Saya kan masih sakit, tapi Ibu cuek banget sama saya," gerutunya sambil cemberut.
Dek! Seketika aku kaget. Aku merasa hal yang kulakukan sudah wajar. Tetapi ternyata dari sekian siswa di sekolah, ada beberapa yang mengharap perhatian lebih dari kita.
Sering kita sampaikan kepada anak-anak didik kita bahwa guru adalah orang tua di sekolah. Namun, hal ini tertuju kepada tuntutan kita agar mereka mau melaksanakan perintah kita. Ternyata, selain tuntutan itu kita perlu juga bertindak sebagai orang tua yang memberi perhatian kepada anak-anak kita.
Kejadian ini membuatku tersadar bahwa menjadi guru bukan hanya mengajar, tetapi mendidik dengan hati dan empati kita. Terkadang kita temui siswa yang tidak mengerjakan PR, tanpa bertanya alasan, kita langsung menuduhnya sebagai anak yang malas. Akan lebih bijak bila kita cari tahu terlebih dahulu penyebab kejadian ini. Dengan memberi perhatian yang tulus, semoga akan mampu mengubah karakter siswa kita menjadi pribadi yang lebih baik. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H