Kelima, memperluas wawasan tentang peran informasi dan komunikasi dalam mengatur sistem.
Keenam, mendorong kolaborasi dan kerja tim dalam memecahkan masalah kompleks melalui pemahaman yang lebih baik tentang interaksi antar bagian dalam sistem.
Ketujuh, mempromosikan pengembangan diri yang berkelanjutan melalui refleksi dan pembelajaran terus menerus. Keseluruhan, tujuan belajar sibernetik berfokus pada pengembangan kemampuan siswa dalam mengorganisasi informasi dan mengolahnya secara efektif dan efisien, dengan keyakinan bahwa belajar adalah proses pengolahan informasi yang memerlukan interaksi antara individu, lingkungan, dan teknologi informasi yang sesuai.
Keunggulan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik
Penerapan teori belajar sibernetik menawarkan sejumlah keunggulan, seperti integrasi teori dan praktik, fleksibilitas dalam pendekatan pembelajaran, penggunaan sistem informasi yang efektif, pengembangan kemampuan siswa dalam memproses informasi, adaptasi terhadap jenis-jenis memori yang berbeda, pemanfaatan umpan balik dan tindakan korektif, pengembangan kemampuan beradaptasi, penggunaan teknologi informasi yang efektif, pengolahan informasi yang lebih baik, dan analisis tugas untuk menyelesaikan masalah yang kompleks.
Kelemahan teori belajar sibernetik mencakup fokus yang kurang pada proses belajar individu, terlalu menekankan sistem informasi daripada internalisasi pembelajaran, orientasi lebih ke psikologi dan informasi daripada aspek praktis, keterbatasan dalam pemahaman tentang pengolahan informasi otak, serta kendala dalam menerapkan teori ini karena keterbatasan pengetahuan tentang fungsi otak. Selain itu, teori ini juga tidak secara langsung memperhatikan bagaimana proses belajar internal individu berlangsung, bagaimana siswa menggunakan jenis memori yang berbeda, atau bagaimana mereka beradaptasi dengan perubahan dalam pembelajaran dan teknologi informasi modern.
Prinsip-Prinsip menurut Aliran Sibernetik
Pandangan aliran sibernetik terhadap pembelajaran menekankan manajemen informasi, dengan fokus pada sistem informasi yang dikelola dalam konteks belajar.
Teori ini membagi proses berpikir menjadi dua tipe: algoritmik, yang mengikuti langkah-langkah struktur, dan heuristik, yang menggunakan aturan praktis atau pedoman.
Penerapan teori sibernetik melibatkan langkah-langkah seperti menetapkan tujuan instruksional, merancang materi pelajaran, dan mempertimbangkan interaksi antara komponen dalam sistem pembelajaran. Kritik terhadap teori ini mencakup kurangnya pembahasan langsung tentang proses pembelajaran. Tokoh seperti Landa terus mengembangkan teori ini, yang mengakui perbedaan individual dalam belajar dan menghargai variasi dalam memahami dan mengolah informasi.
prinsip-prinsip belajar menurut aliran sibernetik secara lebih rinci sebagai berikut:
Belajar adalah pengolahan informasi.proses belajar melibatkan pengolahan informasi. Ini berarti ketika seseorang belajar, mereka menerima informasi baru, memprosesnya dalam pikiran mereka, menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah ada, dan kemudian menghasilkan pemahaman baru atau pengetahuan yang lebih dalam. Pengolahan informasi ini bisa terjadi melalui berbagai cara, seperti membaca, mendengarkan, mengamati, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Selain itu, proses belajar juga melibatkan penggunaan keterampilan kognitif seperti pemecahan masalah, analisis, dan sintesis untuk memahami dan mengolah informasi dengan lebih baik. Dengan demikian, belajar bisa dipandang sebagai suatu proses aktif di mana individu secara aktif terlibat dalam mengelola informasi untuk mencapai pemahaman yang lebih baik.
Sistem informasi yang diproses sangat penting dalam belajar.dalam hal ini sistem informasi yang diproses dengan baik adalah kunci untuk belajar dengan efektif. Ini menunjukkan bahwa cara informasi disampaikan, dipahami, dan diolah memiliki dampak besar pada kemampuan seseorang untuk memahami dan menginternalisasikan materi pelajaran.
Proses berpikir dibagi menjadi dua yaitu pertama, algoritmik merupakan jenis proses berpikir yang mengikuti serangkaian langkah-langkah struktur yang pasti untuk menyelesaikan suatu masalah atau untuk mencapai tujuan tertentu. dan yang kedua, heuristik merupakan proses perbikir yang menggunakan aturan-aturan praktis atau pedoman yang tidak pasti untuk menemukan solusi atau membuat keputusan.
Penerapan teori sibernetik dalam pembelajaran membutuhkan langkah-langkah seperti menetapkan tujuan instruksional, memilih materi pelajaran, dan tahapan lainnya. Ini melibatkan pendekatan sistematis dalam merancang dan mengelola pembelajaran, termasuk menetapkan tujuan yang jelas, memilih materi yang sesuai, mengidentifikasi strategi pengajaran yang efektif, mengevaluasi hasil pembelajaran, dan melakukan penyesuaian. Penerapan teori ini juga membutuhkan pemahaman mendalam tentang bagaimana interaksi antara komponen-komponen dalam sistem pembelajaran dapat mempengaruhi hasil pembelajaran secara keseluruhan.
Kritik terhadap teori sibernetik terfokus pada kurangnya pembahasan langsung mengenai proses pembelajaran, yang berarti ada kekurangan dalam menjelaskan bagaimana belajar terjadi dalam teori tersebut.
Pembelajaran Menurut L Nev Landa
Landa mengadopsi dua jenis pendekatan berpikir dalam teori sibernetik: algoritmik dan heuristik. Algoritmik diterangkan sebagai suatu proses sistematis, berurutan, konvergen, dan linear yang bertujuan mencapai tujuan tertentu. Sebagai ilustrasi, dalam pendekatan algoritmik, seperti ketika mengendarai mobil, langkah-langkahnya dijalankan secara berurutan. Di sisi lain, pendekatan heuristik melibatkan cara berpikir yang divergen, dengan mencapai beberapa tujuan secara bersamaan.