Mohon tunggu...
siti mariam
siti mariam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca dan menulis merupakan hobu saya sejak kecil..dulu kita membaca bisa melalui surat kabar salah satunya Kompas,namun sejak adanya internet saya bisa membaca melalui media yg terdapat digoogle

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Batas Kesabaran

9 Juli 2024   19:00 Diperbarui: 9 Juli 2024   19:28 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Aku masih sibuk menyusun daganganku dimeja,kue- kue basah sebagian ada yang kubuat ada juga titipan orang. Setiap pagi beginilah aktivitasku berjualan mencari nafkah ,padahal kata ustaz laki - laki wajib mencari nafkah bukan perempuan.Perempuan tugasnya mengurus rumah tangga andai bekerja hanya sebagai mencari tambahan bukan tulang punggung. Nah ,aku dari anak masih kecil hingga anak  sudah SMA aku terus yang bekerja,punya suami kerjanya kalau nggak Luntang- Lantung ya molor. Kalau malu udah dari dulu dah digunjingin tetangga terkadang ,adik-adikku kesal dengan kesabaran ku menghadapi bang Toing ,kalau mau menangis mungkin sudah berember-ember.

        "Mpok ,nasi uduk dua bungkus ya"suara lembut disampingku ,aku menoleh seorang wanita berambut pirang dengan mikeup tipis memberi senyuman,kutaksir paling-paling umurnya sekitar 40 tahunanlah namun masih kelihatan segar .tidak seperti aku Kumal bergulat terus dengan adonan tepung mana aku sempat berdandan yang terpikir aku harus bekerja keras untuk sekolah si Farhan dan Farya ."tumben beli dua bungkus buat siapa yang satunya ?" Tanyaku kepo .setahuku si Neneng ini hidup sendirian di kosnya Pak Sobri.Kata orang si Neneng bekerja di club malam sebagai penyanyi,berangkat malam pulang pagi ,nah tuh sibuk lagi ibu-ibu bergunjing aku mencoba tutup telinga tapi terkadang terbawa juga ." Yang satu buat suamiku Mpok" jawabnya sumringah,

"Oh ,dik Neneng sudah menikah lagi " selamat ya...." 

"Terima kasih Mpok"

"Eh, ngomong-ngomong suaminya orang mana '

"Orang seberang..." 

" Seberang mane...lautan"

"He he orang Padang"

"Weih rancak bana tuh ..."

" Mpok Leha bisa ngomong Padang ya "  keheranan" 

"Nggak sih ,ikut -ikut Uda Daril yang jual nasi Padang ..kan suka gitu dia ngomongnya"

Aku masih penasaran " maaf ya dik Neneng , kalau sudah punya suami masih boleh kerja malam" tanya ku penasaran

,"iya,nggaklah Mpok ....saya disuruh dirumah aja ngurus anak katanya..nanti saya jemput anak saya dikampung "

"Duh ,baik banget suami dik Neneng ..semoga samawa ya.."

"Terima kasih Mpok..nih uang nya " 

"Alhamdulillah,laris manis masih pagi sudah laku ..."

     Langgananku mulai berdatangan ada yang minta nasi uduk,nasi goreng ada juga kue- kue ...repot gimana lagi minta bantuan Farhan dan Farya mereka pergi sekolah. Bang Toing belum juga muncul- muncul membawakan daun pisang pesananku tadi , huu kesal,mangkel nggak tau istri sibuk..aku sudah bangun jam satu harus memasak ini semua. Paling-paling masih molor ...

     Baim adik bungsuku datang membawakan daun pisang  ," Nah,kok Elu im..mana bang Toing" 

" Mau ngopi dulu katanya,dia kesal tuh Mpok belum bikinin kopinya " 

"Oh iya tadi Mpok lupa ...habis buru- buru takut kesiangan ntar langganan pada kabur"

"Sini Mpok biar Baim bantu dah.."

,"Memang Im  nggak kuliah ?" Tanyaku 

" Nggak Mpok lagi libur ...lagi Mpok sabar banget sih,suruh bang Toing tuh bantu masa dia enak-enakan di rumah Mpok sibuk paling nggak dia bantu dong"kata Baim Sewot

"Udah nasib Mpok Im...pegel ati kalau diributin dia pergi Mpok takut jadi janda ..," 

Baim geleng-geleng kepala dan aku mengelus dada. 

        Baim mencariku didapur , " Mpok Im mau ngomong..." 

" Apa tuh im " 

" Im tadi lihat bang Toing di mall Mpok bergandengan tangan dengan cewek banyak kantong belanjaannya"

"Lu jangan fitnah,Mpok tau bang Toing tuh pemalas tapi nggak juga lu begitu"

" Bener Mpok ..."

" Udah pergi sana ! Kataku marah

Aku sedih juga Baim anaknya baik kok bisa bisanya memfitnah Abang iparnya sendiri..aku pokoknya belum percaya jika tidak melihat sendiri. Aku mencoba melupakan omongan Baim...hari ini aku harus membayar uang sekolah anakku, kubuka lemari dan kurogoh-rogoh dompet yang sengaja aku sembunyikan. Tidak juga ketemu..ya Tuhan kemana raibnya dompetku.Aku mulai panik kutarik semua baju tak juga bertemu.Jangan- jangan uang ku diambil bang Toing...bang Toing!" Siapa lagi tadi Baim cerita cewek yang digandeng bang Toing banyak belanjaannya.

      Nafasku tersengal- sengal ku susul tempat tongkrongannya di pangkalan ojek. Bang Toing masih ngobrol dengan teman- temannya ..dan yang bikin mendidih perempuan itu ada disampingnya. Tanpa kusadari kutarik rambut perempuan itu..." Dasar pelakor lu nggak tau si Toing punya bini hah !" 

Kurampas semua kantong belanjaannya...duh ,sakitnya hati aku sendiri belum pernah dibelikan baju sebagus ini..aku meraung memukul bang Toing . "Plakkk! " Tangan kekarnya menampar pipiku , aku terkejut orang yang selama ini aku bela mati- matian saat ayahku dan ibuku marah karena tidak bertanggung jawab dan perjuanganku selama ini mencari nafkah sendirian . 

"Abang tau itu tabunganku sedikit - sedikit yang aku kumpulkan buat sekolah anak kita ....." Aku menangis ,aku tak peduli tetanggaku melihat,atau digunjingkan ...kepala ku sakit .

Baim dan ayah menghampiriku...,"Leha ,ayo,kita pulang malu dilihat orang banyak,nanti kita selesaikan dirumah" bisik ayah

Aku pulang dipapah lenganku oleh Baim,dan ayah terdiam ...sampai dirumah ku lihat Farhan dan Farya menangis ...kemana lagi aku mencari uang ,sementara uang itu sangat dibutuhkan besok pagi. Aku tak habis pikir kemana pikiran bang Toing bisa setega itu.

      Malam hari bang Toing pulang takut - takut ,dia menghampiri aku yang masih sedih memikirkan kejadian itu."" Leha maafkankesalahan Abang ya..Abang khilaf " katanya terbata- bata.

"Aku terdiam ..ini bukan kejadian pertama dulu bang Toingpun melakukan kesalahan yang sama dan aku tetap bersabar,kali ini aku sudah bulat ..." Kita cerai bang' 

" Leha ,maafkan Abang ya .." 

"Selama ini Leha bersabar bang...Abang tidak bertanggung jawab dalam rumah tangga kita...kali ini Leha tidak kuat lagi maafkan Leha bang kita tidak bisa bersama "

Ayah menepuk bahu Leha, " kamu harus kuat"

" Iya ,ayah ..Leha sudah siap sendiri,toh tanpa bang Toing Leha bisa berjuang membesarkan anak-anak"

"Masalah uang sekolah anak,biar ayah yang bayar.."

Farhan dan Farya memelukku dengan perasaan kasihan.

    Ayah akhirnya membuatkan aku toko kecil didepan rumah,kata ayah supaya aku tidak perlu bergadang lagi membuat kue- kue. 

Hari ini tidurku bisa lebih nyenyak,tak perlu bangun jam satu lagi dan tak perlu lagi menahan perasaan melihat mantan suami yang tak tahu diri dan kuyakin pilihanku menjanda bukanlah yang terburuk..aku bisa menapakkan kakiku sendiri dengan bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun