Trend media semacam ini seolah sudah sangat melekat dalam kehidupan kaum muda atau generasi milenial, bukan hanya untuk komunikasi atau mengonsumsi informasi tapi juga untuk melakukan transaksi. Tentu ada beberapa faktor yang menyebabkan trend media dikalangan kaum muda menyebar dengan cepat. Faktor yang pertama adalah peer pressure dari komunitas atau lingkaran pertemanan. Seorang anak milenial atau kaum muda biasanya memiliki circle tertentu dalam pergaulannya.Â
Nah ketika berada pada circle tersebut ia akan merasa tertekan untuk ikut trend media jika teman-teman di dalam komunitasnya juga mengikuti trend media tersebut. Yang kedua adalah pengaruh dari influencer di media sosial. Kebanyakan kaum muda atau anak milenial memiliki seorang influencer yang ia ikuti di media sosial, tergantung pada kegemaran dan ketertarikannya masing-masing. Influencer yang memproduksi konten dan memiliki jumlah pengikut yang banyak tersebut juga biasanya sering bekerja sama dengan berbagai label untuk mempromosikan sebuah media atau produk mereka (endorsement). Ketika seorang anak milenial melihat influencer idolanya menggunakan suatu media, ia pun akan terdorong untuk ikut menggunakan media tersebut.
Ratusan juta anak-anak atau kaum pemuda di Indonesia merupakan pengguna internet. Dari 143 juta jiwa anak muda, 54 persen itu sudah menggunakan internet. 90,61 persen anak muda masih memanfaatkan internet hanya untuk media sosial dan jejaring sosial. Hal tersebut sudah cukup menunjukan bahwa trend media di kalangan kaum muda atau generasi memang sudah tersebar luas. Selain media sosial, sebanyak 52,28 persen anak muda menggunakan internet untuk hiburan. Untuk mendapatkan informasi atau berita sebanyak 78,89 persen, mengerjakan tugas sekolah sebanyak 31,12 persen, menerima atau mengirim surat elektronik sebanyak 27,47 persen, pembelian atau penjualan barang dan jasa sebanyak 13,18 persen, serta fasilitas finansial 6,89 persen.Â
Trend media dikalangan kaum muda atau generasi milenial ini tentu saja mempengaruhi aspek sosial juga pergerakan kaum muda itu sendiri. Beberapa dampak negatif media sosial terhadap remaja seperti diuraikan oleh The Health Site, antara lain ;
Pertama, dihantui oleh Kegelisahan. Sebagian besar remaja mengalami tekanan untuk menulis sesuatu yang sempurna, mengunggah gambar terbaik dan berharap mendapatkan banyak pujian atas sesuatu yang ia posting di sosi
al media. Dengan trend media yang sudah menjadi lifestyle dikalangan kaum muda ini, kaum muda seolah dituntut untuk sempurna pada media sosialnya. Selain itu, pada kenyataanya tak sedikit kaum muda yang mendapatkan komentar negatif tentang dirinya di media social yang justru hal tersebut membuat mereka mengalami kecemasan dan kegelisahan dalam hidupnya.Â
Kedua, Kurangnya waktu tidur . Menurut suatu penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Youth, penggunaan media sosial dapat memengaruhi pola tidur penggunanya khususnya kaum muda. Remaja memiliki dorongan untuk bangun di tengah malam guna mengetahui hal-hal apa saja yang diposting oleh teman-temannya. Perilaku inilah yang membuat remaja rela meluangkan waktu tidurnya sehingga ia kurang tidur. pada akhirnya hal tersebut dapat mempengaruhi perubahan suasana hati. Terlebih remaja memiliki emosi yang masih labil. Selain itu, ada masalah kesehatan lain yang mengintai seperti depresi dan obesitas yang juga dipengaruhi oleh kebiassan tersebut.
Ketiga, adanya Perundungan cyber. Mayoritas remaja pernah menjadi korban cyberbullying atau perundungan cyber. Pelaku perundungan biasanya memanfaatkan teknologi, dalam hal ini media sosial, untuk melecehkan, menghina, dan menyampaikan hal -hal negatif lainnya kepada korban. Remaja yang menjadi korban cyberbullying cenderung mengalami depresi, kecemasan, dan bahkan memiliki pikiran untuk bunuh diri. Dalam konteks ini sosial media tentu saja sangat berpengaruh baru pergerakan kaum muda, pada prilaku kaum muda dan pada proses perkembangan jati diri seseorang khususnya kaum muda.
Keempat, timbulnya penyakit Iri hati. Di media sosial banyak orang yang menampilkan sisi terbaik dari dirinya. Sangat sedikit bahkan jarang yang mau menunjukkan kesusahan atau hal lain yang membuatnya direndahkan. Ketika seseorang menampilkan dirinya dengan sangat baik di sosial media, hal itu secara tidak langsung memberikan kesan seolah hidupnya lebih menarik dibanding orang lain. Tak jarang juga hal itu malah mengundang rasa iri hati dari pengguna media sosial lain. Sejumlah orang dewasa bisa mengalaminya, tapi hal tersebut akan lebih rentan terjadi pada remaja.Â
Oleh karenanya, penting bagi kaum muda memahami diri sendiri serta bersyukur dengan apa yang telah dimiliki serta menjauhkan rasa iri hati terhadap kehidupan orang lain di media sosial. Tegaskan pada diri sendiri bahwa tidak semua yang nampak di media sosial adalah nyata . Berhenti membandingkan diri dengan orang lain, sebab hal itu dapat membuat rendah diri dan jika berkelanjutan dikhawatirkan hal tersebut akan membunuh karakter pada diri sendiri karena tidak fokus pada dirinya sendiri dan malah mencoba menjadi seperti orang lain.Â
Terakhir,munculnya kebiasaan baru yakni Kurang komunikasi dan sosialisasi. Meskipun media sosial adalah tempat untuk berinteraksi dengan orang lain, tapi tentu rasanya berbeda dengan berkomunikasi langsung. Sayangnya para remaja begitu sibuk melihat ponsel mereka sepanjang waktu.Â