"Nobody's Perfect"
Pernahkah kamu melihat temanmu dikatakan bodoh karena penyandang berkebutuhan khusus yang tak berbakat?Â
Atau bahkan mengatakan bahwa mereka tak memiliki prestasi dan menyusahkan semua orang??Â
Padahal nyatanya mereka berbakat dalam dunia musik atau bidang lainnya yang tak pernah kita duga sebelumnya. Seperti kisah anak perempuan asal Pulau Banyu, Kalimantan Utara yang bernama Cindy Widhoretno.Â
Cindy merupakan anak pengidap autisme. Anak yang mengidap autis bisa terlihat sebelun ia berusia tiga tahun. Bahkan apabila ada anak yang mengidap autis infantile, gejalanya bisa terlihat ketika ia bayi.Â
Sebelumnya apa sih autis itu? Autis merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang sangat kompleks serta dalam kehidupan yang panjang, yang meliputi pada aspek interaksi sosial, komunikasi dan bahasa dan perilau serta gangguan emosi dan persepsi sensori bahkan aspek motoriknya.
Anak pengidap autis memiliki otak lebih besar dibanding anak normal pada umumnya. Mereka juga lebih suka dan merasa nyaman dengan dunia mereka sendiri. Kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang membuat mereka betah dengan diri mereka sendiri.Â
"Anak autis menyusahkan dan tak berbakat"
Aku rasa ungkapan itu tak benar adanya, sebab Cindy mampu membuktikan dan menepis ungkapan tak berarti itu. Cindy Widhoretno, anak pemecah rekor MURI sebab menjadi anak autis yang memiliki 7 bakat sekaligus. Hebat sekali bukan?Â
Prestasi itu mampu ia raih sebab orangtua Cindy yang terus mengasah bakat dan talenta yang dimiliki buah hatinya. Cemooh dan gunjingan orang-orang sekitar tentang anaknya yang mengidap autis, tak menjadikan ibu Cindy menyerah dan patah semangat mendukung anaknya.Â
Pada usia 9 tahun Cindy menunjukkan talentanya di bidang seni. Ia bermain drum band ketika masih menuntut ilmu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bina Anggita dan SD Negero Jambidan, Bantul Yogyakarta. Lambat laun bakat dan talenta Cindy mulai keluar satu persatu di antaranya, memetik gitar, keyboard, menyanyi, melukis, menari dan memasak.
Siapa bilang anak autis tak bisa memasak?Â
Nyatanya Cindy sangat suka sekali memasak dan betah di dapur untuk memasak hingga 3 jam. Membiasakan anak selalu mandiri merupakan kunci ibu Cindy untuk menjadikan Cindy sosok anak autis yang tak pernah menyusahkan orang lain. Mulai dari membersihkan kamar sendiri, menyapu, memasak dan mengepel rumah.Â
Semakin yakin bukan?? Bahwa memiliki anak autis bukan akhir dari segalanya.Â
Tindakan orangtua Cindy bisa menjadi contoh untuk para orangtua yang memiliki buat hati pengidap autis untuk tetap semangat dan tak putus asa. Sebab anak autis pasti bisa mandiri dan memiki talenta tak terduga.Â
Dan tak seharusnya kita mencemooh anak-anak berkebutuhan khusus, sebab terlihat tak normal seperti anak pada umumnya. Tak ada orang yang sempurna didunia ini. Kita semua pasti tau kesempurnaan hanya milik Tuhan. Pasti setiap individu memiliki kekurangan masing-masing. Hanya saja, kekurangan orang norml tak bisa terlihat seperti anak berkebutuhan khusus lainnya.Â
Sampai kapan kita akan selalu fokus pada kekurangan orang lain?? Sampai kapan juga kita selalu menyamaratakan standart seluruh manusia? Sedangkan manusia diciptakan berbeda-beda. Seakan-akan memaksakan ikan yang bisa berenang untuk memanjat pohon seperti monyet. Atau bahkan memaksa kuda untuk menyelam seperti paus? Gak mungkin bisa.Â
Yang anak berkebutuhan khusus butuhkan bukanlah dihakimi tentang kekurangan mereka, tapi apresiasi dari kita semua. Sebab semua orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Semoga Bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H