Mohon tunggu...
Siti LailatulMaghfiroh
Siti LailatulMaghfiroh Mohon Tunggu... Guru - Halo hai!

Sedang belajar mencintai menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Luka dalam Sebutan Bapak

29 Oktober 2020   15:42 Diperbarui: 29 Oktober 2020   16:49 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest from The People's Portofolio

Hingga kini hubungan bapak dengan anak-anaknya masih saja renggang tak ada habisnya. Meskipun anak-anak bapak setiap lebaran silaturrahmi ke rumah bapak. 

Tapi tetap saja suasana hening, dingin, seperti tak kenal satu sama lain selalu menyelimuti. Tak ada yang berani memulai pembicaraan, tak ada yang berani untuk saling tatap atau bertegur sapa, semua hanya mampu terdiam. 

Kejadian tersebut seakan menjadi trauma bagi semua anak-anaknya. Dan bapak tak pernah terpikirkan akan hal itu. Sungguh miris dan menyedihkan keluarga ini. Yang paling terlihat putus harapan, yaitu si anak bungsu bapak. Sejak lulus SMA ia memutuskan keluar dari pesantren dan ikut bersama kakak perempuan sulungnya. 

Perjuangan membangkitkan semangat hidup membutuhkan waktu yang cukup lama. Berbagai macam pekerjaan pun ia jajahi. Hingga akhirnya kini mendapatkan pekerjaan tetap menjadi cleaning servis. 

Raut wajahnya yang selalu terlihat murung, menggambarkan betapa hancurnya kehidupannya. Seakan menjadi anak yatim piatu, ketika bapaknya tak pernah peduli dengannya lagi sejak tahun 2015. 

Berbeda dengan anak kedua bapak lebih memutuskan untuk menjadi peternak burung kenari dan tinggal di yayasan panti asuhan milik pakdhe nya. 

Sedangkan anak perempuan sulung bapak tetap bertekad kuat untuk semangat melanjutkan hidup demi anak-anak nya dan kedua adik laki-lakinya. Harus terlihat kuat, harus terlihat sabar, harus terlihat bahagia meskipun batinnya sudah tak mampu. 

Perjuangan hidup untuk terus bangkit, benar-benar ada dalam diri mereka semua. Hati yang kuat, sabar dalam menghadapi semua cobaan. Menjadikan mereka, anak-anak bapak terbiasa jika menghadapi sebuah masalah sebesar apapun. 

Bersyukurlah kita yang masih memiliki orangtua lengkap. Bersyukurlah kita yang masih diberi perhatian, kasih sayang dan masih dianggap keberadaannya oleh orangtua kita. 

Mari merenung bersama, sudahkah kita bersikap baik pada kedua orangtua kita?? Sudahkah kita tak melukai hati dan perasaan mereka?? Tak bisa dibayangkan jika kita berada diposisi anak-anak bapak yang tak pernah dianggap keberadaannya. 

Yok kita jaga sama-sama kedua orangtua kita mumpung kita masih bisa melihat raut wajah mereka di dunia ini. Bisa jadi sikap bapak yang terlalu dingin dan keras pada anak-anaknya, dampak dari perlakuan orangtua bapak dulu. Yang pada akhirnya menurun pada anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun