Mohon tunggu...
Siti LailatulMaghfiroh
Siti LailatulMaghfiroh Mohon Tunggu... Guru - Halo hai!

Sedang belajar mencintai menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Imajinasiku: Bentuk Rasa Cintaku

26 Oktober 2020   12:41 Diperbarui: 26 Oktober 2020   13:04 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yah, ibu besok ulang tahun lo. Enaknya dikasih apa?"

Tanyaku pada ayah berkali-kali. Setiap H-1 10 April menjadi hari yang membingungkan bagiku. Sebab, bertepatan pada tanggal 10 April ibuku bertambah usia. Siapa sih yang nggak bingung mau ngasih kejutan istimewa buat sang bidadari surga?? 

Sudah pasti kita semua sebagai anak akan bingung dan heboh sendiri. Mulai tua, muda hingga anak usia dini sekalipun. Meskipun anak usia dini hanya ikut-ikutan saja. Tapi tidak menutup kemungkinan anak usia dini memiliki inisiatif tersendiri untuk memberikan kado istimewa pada ibunya. 

"Yang penting jadi anak yang nurut dan selalu bantu ibu"

Jawab ayahku, tersirat menggambarkan harapan ayahku bahwa tak perlu memberikan hadiah dalam bentuk barang. Cukup aku menjadi anak yang berbakti pada beliau-beliau sudah membuat mereka bahagia. 

Mendengar jawaban ayah, aku hanya terdiam. Namun, bocah enam tahun ini merasa tidak puas jika hanya memberikan hadiah dalam bentuk perilaku saja.  Ia ingin menunjukkan bukti rasa sayang dan cintanya pada sang ibu. 

Tangannya selalu gatal jika tak memberikan sesuatu pada seseorang yang spesial dalam hidupnya. Mungkin itu perilaku turunan dari sang ibu dan ayah yang tergolong suka memberi. 

Hal yang paling aku sukai ketika memberikan kado, adalah senyuman orang yang menerima kado. Senyuman itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagiku. Mungkin terlalu sulit bagi anak seusiaku memaknai arti kebahagiaan. Yang aku tau, orang tersenyum pasti bahagia. 

Hari sudah berganti, dan hari ini sudah tanggal 10 April. Aku masih tak menemukan jawaban dari kebingunganku. Pagi itu, aku menonton film kesukaanku Barbie as the Princess and the Pauper (2004). Tak sengaja aku melihat kue tart berwarna putih yang tersusun lima tingkatan. Terdapat juga bunga-bunga mengelilingi kue tart itu. 

Tiba-tiba saja terpikir olehku untuk membuat kue tart. Aku pun bergegas pergi ke dapur dengan membawa kertas lipat, gunting, solasi dan alat-alat sekolah lainnya. Kira-kira apa yang akan aku buat?? 

Malam harinya, dengan berani aku berikan bentuk rasa cintaku pada sang ibu. Ibu dan ayah sontak kaget ketika melihat susunan alat-alat dapur dari yang terbesar hingga paling kecil membentuk layaknya sebuah kue tart. 

Kue tart tersebut terdiri dari lima susun dengan berbagai macam warna alat dapur. Yang paling bawah baki kotak berwarna biru tua, kedua cetakan kue roti gulung berwarna silver, ketiga kotak makan tanggung berwarna merah, keempat kotak makan kecil berwarna kuning dan yang terakhir kotak bumbu dapur berwarna hijau tua.

Tak lupa aku tempeli dengan potongan kertas lipat kecil-kecil yang membentuk bunga-bunga berwarna pink layaknya kue tart di film barbie yang aku tonton. Dan crayon  merah yang aku jadikan lilin karna tak menemukan lilin sedari tadi. Ibu pun tersenyum dan memelukku. Sambil mengucapkan terimakasih. Sungguh bahagia ketika melihat senyuman ibu. 

Imajinasiku mengatakan bahwa itu kue tart sungguhan dan harus ditiup lilinnya. Aku pun meminta ibu untuk meniup crayon lilin yang ada pada kue tart. Ayah pun tersenyum geli sambil ikut meniup crayon lilin bersama ibu. 

Dari kisah masa kecilku, bisa dikatakan bahwa imajinasi dan kreativitas anak memiliki hubungan yang erat. Dengan adanya imajinasi akan mampu membentuk kreativitas anak. 

Janice Beaty (2005) mengungkapkan bahwa imajinasi adalah kemampuan untuk atau melakukan fantasi yang mereka buat. 

Menurut Kamus Bahasa Indonesia imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dan diangan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan dan sebagainya) kejadian, berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Sederhannya imajinasi adalah ketika seseorang menggambarkan sesuatu yang belum ada atau sudah ada tapi dalam versi lain. 

Imajinasi banyak dilakukan pada anak dibawah tujuh tahun. Smilansky dalam Beaty (1994) juga mengungkapkan bahwa, para pakar spesialis anak saat ini telah mengetahui bahwa imajinasi merupakan salah satu hal yang efektif untuk mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, bahasa terutama kreativitas anak.  

Nahh, jika kemampuan imajinasi anak berkembang secara maksimal. Kemungkinan kempuan kreativitas atas juga berkembang secara maksimal. Dengan adanya imajinasi anak akan mampu mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa adanya batasan. 

Anak bebas berpikir sesuai pengalamannya dan khayalan yang ia miliki. Dan imajinasi akan membantu kemampuan anak berpikir fluency, fleksibility dan originality. 

Selain itu, dampak positif ketika anak memiliki imajinasi untuk mengembangkan kreativitasnya adalah anak mampu terampil bersosialisasi  dan berkomunikasi. Membuat anak percaya diri, mandiri dan mampu bersaing. Memperkaya pengetahuan dan bisa juga untuk menemukan bakat anak.  

Dari cerita masa kecilku, berkat dukungan orangtua ku. Pada akhirnya aku menemukan bakatku di dunia kerajinan tangan. Bakat dan sekaligus minatku dalam dunia tersebut. Dampak masa kecil yang menguntungkan bagiku hingga saat ini, karena bakat dan minat tersebut aku mampu menghasilkan karya-karya yang bernilai jual tinggi. Sungguh dukungan orangtua sangat berpengaruh pada fase ini. 

Nahhh, setelah kita mengetahui apa baiknya jika anak memiliki imajinasi untuk mengembangkan kreativitasnya. Tinggal kita para orang tua mengapresiasi apa yang telah anak buat. Bisa dengan memberikan pujian atau memberikan media untuk anak lebih mengembangkan kreativitasnya. 

Tak memarahinya jika hasil kreativitas anak cukup mengacaukan kondisi rumah. Toh, orangtua juga pernah kecil kan?? 

Bisa jadi, perilaku anak saat ini merupakan  jiplak.an dari perilaku orangtua dimasa kecilnya. Sebelum ngomel kesana kemari, coba kita sebagi orangtua mengingat-ingat perilaku kita dimasa kecil dulu. Apakah seperti anak kita sekarang kah?? 

Sungguh kasihan jika imajinasi dan kreativitas anak terhenti karna kita yang kurang menghargai. Sedangkan orangtua terkadang memaksakan anak untuk menghargainya. Padahal dirinya sendiri belum bisa menghargai orang lain. 

Jika hal itu terus-terusan terjadi, anak akan menjadi sosok yang kurang percaya diri, suka menutup diri, manja, kurangnya pengetahuan. Sulit bersaing dengan kawan-kawannya bahkan bisa jadi anak akan kesusahan menemukan bakat yang ada pada dirinya.

Koreksian untuk kita semua. Yokk lebih menghargai hasil karya anak, tak perlu merasa malu jika hasil karya anak lebih buruk dari temannya. Belum tentu juga anak yang hasil karyanya bagus mendapatkan dukungan yang benar dari orangtuanya. Memang sih, rumput tetangga lebih indah dari rumput kita. Tapi aku yakin, jika kita lebih menghargai dan mensyukuri rumput kita. Pasti akan lebih indah daripada rumput tetangga. 

Semonga Bermanfaat!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun