2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Rahmat Hidayat dan Candra Wijaya dalam penelitian (Bahri, 2022) dengan merujuk pada pandangan Ali Ma'shum dan Zainal Munawwir, istilah "manajemen" berasal dari bahasa Latin, yaitu "manus" yang berarti tangan, dan "agere" yang berarti melakukan. Gabungan dari kedua kata ini menjadi "managere," yang bermakna menangani, dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai "management" (to manage or manage). Saat ini, manajemen dapat didefinisikan dalam berbagai perspektif. Dalam bahasa Arab, manajemen disebut dengan "idaarah," yang berasal dari kata "adaraa," yang berarti mengelola. Selain itu, dalam Al-Qur'an, manajemen memiliki dua makna, yaitu "At-Tadbir" (pengaturan), sebagaimana tertulis dalam surat As-Sajdah ayat 5, dan "Ar-Rabbu" (penguasa), yang berarti raja yang mengatur, seperti dalam surat Al-Fatihah ayat 2 dan Asy-Syu'ara ayat 23-24.
Manajemen sering dianggap sebagai tata kelola di mana organisasi berupaya merencanakan, mengatur, dan mengendalikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Annisyaroh, 2022). Manajemen merupakan proses kolaboratif yang melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengaturan untuk mencapai tujuan bersama melalui pemanfaatan manusia dan sumber daya lainnya. Manajemen yang efektif dan efisien mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara tepat, cepat, dan aman (Nabila, 2022). Definisi sederhana dari manajemen adalah mengalokasikan semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan tertentu. Pihak yang terlibat dalam manajemen adalah individu yang melaksanakan tugas manajerial. Manajer adalah otoritas atau pekerja yang bertanggung jawab melaksanakan manajemen untuk memastikan tercapainya tujuan organisasi (Panggabean et al., 2022).
2.2 Kepuasan Kerja
2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sebuah konsep yang memiliki berbagai dimensi, yang menunjukkan bahwa kepuasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor berbeda. kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan kondisi emosional yang dapat bersifat positif atau negatif berdasarkan bagaimana karyawan menilai pekerjaan mereka. Ketidakpuasan dalam bekerja muncul ketika harapan-harapan karyawan tidak terpenuhi. Secara resmi, kepuasan kerja diartikan sebagai tingkat kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya dalam suatu perusahaan (Krisnaldy et al., 2019).
Kepuasan kerja dapat diartikan juga sebagai sikap, perilaku, dan pandangan seorang karyawan terhadap pekerjaannya, di mana kepuasan ini bersifat individual, sehingga setiap karyawan bisa memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda. Kepuasan kerja mempengaruhi kualitas pekerjaan yang dilakukan. Ketika seorang karyawan merasa puas, hal tersebut akan mendorongnya untuk mencapai prestasi yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat menghasilkan imbalan ekonomi yang lebih tinggi. Jika imbalan tersebut dianggap layak dan adil, maka kepuasan karyawan akan meningkat, karena mereka merasa imbalan yang diterima sebanding dengan prestasi yang dicapai (Bhastary, 2020).
2.2.2 Indikator Kepuasan Kerja
Indikator kepuasan kerja adalah faktor-faktor yang digunakan untuk menilai seberapa puas karyawan terhadap pekerjaannya, yang mencerminkan kesejahteraan dan motivasi mereka. Indikator ini membantu organisasi dalam mengukur dan meningkatkan aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan karyawan secara keseluruhan. Menurut Meutia dan Narpati dalam penelitian (Fauzi et al., 2022) berikut merupakan indikator kepuasan kerja:
- Peningkatan Kinerja
- Tingkat kepuasan kerja yang tinggi mendorong semangat, yang berujung pada peningkatan kinerja karyawan.
- Perilaku Organisasi
- Karyawan yang puas cenderung membantu rekan kerja di luar deskripsi tugas mereka, berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
- Kepuasan Hidup
- Kepuasan di tempat kerja memberikan efek positif pada kehidupan pribadi, membuat karyawan merasa lebih nyaman setelah bekerja.
- Kesejahteraan Fisik dan Mental
- Karyawan yang yakin bahwa mereka bekerja dengan baik akan lebih termotivasi dan antusias dalam menjalani tugas.
- Dukungan dan KompensasiÂ
- Rekan kerja dan atasan yang mendukung, ditambah kompensasi yang layak, meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
2.2.3 Faktor Kepuasan Kerja
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan beserta penjelasannya menurut Narpati dalam penelitian (Fauzi et al., 2022):
- Tingkat Kesulitan PekerjaanÂ
- Pekerjaan yang terlalu sulit dapat menyebabkan stres dan ketidakpuasan, sementara pekerjaan yang terlalu mudah bisa menimbulkan kebosanan dan kurangnya tantangan bagi karyawan.
- Penghargaan dan Pengakuan
- Pengakuan terhadap kontribusi dan pencapaian karyawan sangat penting. Karyawan yang merasa dihargai cenderung lebih puas dan termotivasi dalam bekerja.
- Kondisi Tempat Kerja
- Lingkungan kerja yang nyaman, aman, dan mendukung produktivitas sangat berpengaruh terhadap kepuasan karyawan, termasuk fasilitas dan suasana fisik kantor.
- Hubungan InterpersonalÂ
- Hubungan yang baik dengan atasan dan rekan kerja menciptakan suasana kerja yang harmonis, sehingga karyawan merasa didukung dan lebih betah di tempat kerja.
- Variasi dan Tantangan Pekerjaan
- Pekerjaan yang menawarkan variasi dan tantangan dapat meningkatkan minat dan semangat kerja, sehingga karyawan merasa lebih puas dengan peran mereka.
2.3 Lingkungan Kerja
2.3.1 Pengertian Lingkungan Kerja
Pengertian lingkungan kerja menurut Soetjipto dalam penelitian (Sihaloho & Siregar, 2020) mencakup berbagai elemen yang dapat memengaruhi organisasi atau perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan berdampak pada kinerja serta kepuasan karyawan. Lingkungan kerja yang positif sangat penting untuk meningkatkan kinerja karyawan. Lingkungan kerja dikategorikan baik ketika karyawan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perusahaan, baik secara langsung maupun melalui dukungan terhadap kemajuan perusahaan.
Menurut Subaris dan Haryono dalam penelitian (Jopanda, 2021) Lingkungan kerja dan aktivitas merupakan aspek yang tak terpisahkan dari jenis serta lokasi pekerjaan yang dijalankan oleh seorang karyawan. Menurut Nitisemito dalam penelitian (Jopanda, 2021), lingkungan kerja mencakup pengaturan ruang, pencahayaan alami, serta tingkat kebisingan yang dapat mempengaruhi konsentrasi karyawan saat bekerja.
Sementara itu, Sedarmayanti dalam penelitian (Jopanda, 2021) berpendapat bahwa lingkungan kerja yang baik adalah kondisi di mana individu dapat bekerja secara optimal, dalam suasana yang sehat, aman, dan nyaman. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, lingkungan kerja dapat disimpulkan sebagai keadaan di sekitar karyawan saat mereka melaksanakan tugasnya, di mana hal ini berpengaruh pada performa kerja dalam mendukung operasional perusahaan. Lingkungan kerja memiliki peran penting dalam membantu pekerja menyelesaikan tanggung jawabnya.
2.3.2 Indikator Lingkungan Kerja
Menurut Siagian dalam penelitian (Sihaloho & Siregar, 2020) lingkungan kerja terbagi kedalam dua dimensi indikator yaitu:
1. Lingkungan Kerja FisikÂ
Lingkungan kerja fisik mencakup segala kondisi fisik di sekitar area kerja yang bisa mempengaruhi karyawan. Lingkungan ini terdiri dari beberapa aspek, antara lain:Â
- Bangunan tempat kerja
- Bangunan kantor selain harus menarik, juga harus dirancang dengan mempertimbangkan keselamatan kerja, sehingga menciptakan rasa nyaman dan aman bagi karyawan selama bekerja.Â
- Peralatan kerja yang memadai
- Ketersediaan peralatan yang memadai sangat penting bagi karyawan karena mendukung mereka dalam menyelesaikan tugas di perusahaan.
- Fasilitas Perusahaan perlu menyediakan fasilitas yang mendukung pekerjaan, seperti tempat istirahat dan sarana ibadah, untuk memanusiakan karyawan.Â
- Sarana transportasi
- Ketersediaan transportasi yang memadai, baik untuk karyawan atau transportasi umum yang nyaman dan mudah diakses, akan membantu karyawan tiba di tempat kerja tepat waktu.Â
2. Lingkungan Kerja Non FisikÂ
Lingkungan kerja non fisik melibatkan hubungan kerja yang harmonis antara karyawan dan atasannya. Beberapa indikatornya adalah:
- Hubungan dengan rekan kerja
- Hubungan yang baik dan harmonis dengan sesama rekan kerja, tanpa adanya perselisihan, dapat mempengaruhi loyalitas karyawan terhadap organisasi.Â
- Hubungan atasan dengan karyawan
- Hubungan antara atasan dan bawahan harus saling menghargai, karena hal ini akan menciptakan rasa saling hormat di antara individu dalam perusahaan.Â
- Kerjasama antar karyawan
- Kerjasama yang baik di antara karyawan sangat penting untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan yang mereka lakukan.
2.3.3 Faktor Lingkungan Kerja
Menurut Diana Khairani Sofyan dalam penelitian (Astuti et al., 2022) indikator pada lingkungan kerja ialah dari faktor-faktor lingkungan kerja secara garis besarnya, lingkungan kerja dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
- Fasilitas kerjaÂ
- Lingkungan kerja yang tidak memadai dapat berdampak negatif pada kinerja, seperti kurangnya alat yang diperlukan, ruang kerja yang terlalu panas, ventilasi yang buruk, serta ketidakjelasan dalam prosedur kerja.Â
- Upah dan tunjanganÂ
- Upah yang tidak sesuai dengan harapan pekerja dapat menyebabkan mereka mencari lingkungan kerja yang mampu memenuhi ekspektasi mereka terkait kesejahteraan kerja.Â
- Hubungan kerjaÂ
- Kelompok kerja yang memiliki tingkat kohesi dan loyalitas tinggi akan mendorong peningkatan produktivitas, karena setiap anggota akan saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama atau hasil yang diinginkan.
2.4 Produktivitas Guru
2.4.1 Pengertian Produktivitas Guru
Dalam penelitian (Komariyah et al., 2020) Menjelasakan Secara umum, produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata atau fisik (barang dan jasa) dengan input yang digunakan, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan dana. Pada intinya, produktivitas melibatkan sikap mental yang positif dan patriotik, dengan keyakinan bahwa masa depan akan lebih baik dari saat ini, serta bahwa kehidupan hari ini sudah lebih baik dibandingkan kemarin.
Menurut Tohardi dalam (Komariyah et al., 2020), produktivitas kerja merupakan sikap mental yang selalu berupaya melakukan perbaikan terhadap apa yang sudah ada, dengan keyakinan bahwa pekerjaan hari ini dapat dilakukan lebih baik daripada kemarin, dan esok lebih baik daripada hari ini. Dari definisi tersebut, produktivitas kerja tidak hanya diukur dari jumlah yang dihasilkan, tetapi lebih pada sikap karyawan dalam meningkatkan kinerja untuk bekerja sebaik mungkin.
2.4.2 Indikator Produktivitas Guru
Untuk mengukur produktivitas kerja diperlukan suatu indikator. Secara umum dikemukakan oleh Sutrisno dalam penelitian(Komariyah et al., 2020). Berikut adalah indikator produktivitas kerja guru:
- Kemampuan, Produktivitas kerja diukur dari sejauh mana guru memiliki keterampilan dan kompetensi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pendidik.
- Peningkatan Hasil Kerja, Peningkatan produktivitas terkait dengan kemampuan guru untuk meningkatkan hasil kinerja, baik dalam proses pengajaran maupun pencapaian siswa.
- Semangat Kerja, Sikap positif dan motivasi yang tinggi dalam menjalankan tugas-tugas sehari-hari turut mempengaruhi produktivitas seorang guru.
- Pengembangan Diri, Guru yang terus berusaha mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya dapat meningkatkan produktivitas kerja melalui peningkatan kualitas pembelajaran.
- Mutu, Kualitas hasil kerja guru, termasuk dalam hal penyampaian materi dan peningkatan prestasi siswa, merupakan indikator penting dari produktivitas kerja.
- Efisiensi, Efisiensi merujuk pada kemampuan guru dalam memanfaatkan sumber daya secara optimal untuk mencapai hasil yang maksimal dengan waktu dan usaha yang efektif.
Berdasarkan poin-poin tersebut, produktivitas kerja guru mencerminkan keberhasilan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi guru melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan pencapaian prestasi siswa.
2.4.3 Faktor Produktivitas Guru
Menurut Soeprihanto dalam penelitian(Komariyah et al., 2020) berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas guru:
- Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan, Produktivitas kerja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pelatihan keterampilan yang diterima oleh tenaga kerja.
- Gizi, Nutrisi, dan Kesehatan, Kondisi kesehatan yang baik serta asupan gizi dan nutrisi yang cukup mendukung karyawan dalam bekerja secara optimal.
- Bakat atau Bawaan, Faktor alamiah seperti bakat atau kemampuan bawaan juga turut mempengaruhi produktivitas individu.
- Motivasi Berprestasi, Motivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi dapat mendorong pekerja untuk lebih produktif dalam pekerjaannya.
- Kemauan dan Kesempatan Kerja, Kemauan yang kuat serta tersedianya kesempatan kerja yang mendukung akan berkontribusi pada peningkatan produktivitas.
- Manajemen dan Kebijakan Pemerintah, Dukungan dari manajemen yang baik dan kebijakan pemerintah yang tepat dapat memberikan lingkungan yang kondusif bagi produktivitas.
- Komitmen Organisasi, Produktivitas dipengaruhi oleh komitmen manajemen dan organisasi dalam mendukung karyawan untuk mencapai tujuan bersama.
- Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan, Melibatkan pekerja dalam proses pengambilan keputusan meningkatkan rasa tanggung jawab dan produktivitas.
- Hubungan Harmonis antara Majikan dan Pekerja, Hubungan yang baik dan harmonis antara majikan dan pekerja akan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif.
- Balas Jasa yang Adil, Upah yang sesuai dan adil dapat meningkatkan semangat dan komitmen tenaga kerja terhadap organisasi.
- Sikap, Etika, dan Semangat Kerja, Sikap positif, etika kerja yang baik, dan semangat dalam bekerja merupakan faktor penting dalam produktivitas.
- Lingkungan dan Iklim Kerja, Suasana dan kondisi lingkungan kerja yang mendukung akan memengaruhi kenyamanan dan produktivitas karyawan.
- Kesempatan Berprestasi dan Jaminan Sosial, Kesempatan untuk berprestasi serta adanya jaminan sosial turut meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas tenaga kerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H