"Owh, nggak ada, Mah. Eh, anu, Mah ... yang tadi itu siapa, ya?" Dira memberanikan diri bertanya daripada pusing sendiri karena penasaran.
Nurul tersenyum." Dia itu Den Alza, anaknya Adi Mahendra.
"Adi Mahendra?" Dira merasa nama itu tak asing.
"Dia itu sahabat khaal dan ayah kamu dari dulu. Mereka sangat akrab, tapi sekarang dia hanya tinggal sendiri. Kedua sahabatnya sudah berpulang terlebih dulu." Nurul bercerita panjang lebar. Dira hanya mengangguk, pantas saja dia merasa nama itu sangat familiar.
"Keluarga mereka sudah banyak membantu pesantren kita ini. Setiap tahun mereka selalu menyumbang untuk perbaikan bangunan-bangunan pondok kita yang rusak," lanjut Nurul sembari menggandeng tangan Dira.
"Istirahat, gih! Nanti malam kita belajar ngaji bareng santriwati lainnya."
Dira mengangguk, kemudian pergi menuju kamarnya. Nurul masih bergeming, menatap keponakannya yang hilang di balik pintu. Sebentar lagi Dira akan menjalani hidup baru. Biarlah dirahasiakan dulu rencana yang telah disusun sejak lama. Pernikahan Dira dan Alza tak lama lagi akan diberitakan. Wanita berumur lima puluh tahun itu menghela napas panjang.
"Aku akan mewujudkan mimpi kalian, Mbak. Aku janji."
***
Bersambung ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H