Mohon tunggu...
Siti KumalaTumanggor
Siti KumalaTumanggor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berharap pada manusia sama dengan patah hati secara sengaja

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kekasih (Tak) Halal

10 Februari 2022   18:37 Diperbarui: 10 Februari 2022   18:48 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dira mengangguk, matanya berair. Namun dengan cepat disekanya. "Aku kuat kok, Mah. Aku nggak cengeng lagi."

"Anak pintar," ujar Nurul sembari mengusap kepala Dira. Meski sebenarnya dia tahu, Dira tak sekuat itu. Hati gadis itu rapuh, dia butuh penopang hidup.

"Owh, iya. Ammah jadi lupa, kan. Di depan ada tamu, mereka mau menyumbang untuk perbaikan ruangan kelas dan asrama perempuan. Dira mau, kan bantuin ammah buatin teh?" Nurul berbicara dengan wajah memelas karena biasanya Dira selalu menolak, takut kali ini juga. Padahal tukang masak mereka sedang pergi ke pasar, sedangkan tamu lumayan banyak. Jadi, agak repot kalo sendirian yang buat dan antar.

Dira mengangguk. "Ayuk, Mah." Nurul sempat kaget, tetapi langsung ditutupi dengan senyum. Mereka pun berjalan beriringan menuju dapur.

Tak membutuhkan waktu lama mereka sudah selesai mengantar minuman. Dira hendak kembali ke kamar, untuk istirahat. Dia berjalan menunduk hingga tak tahu dari arah depan ada seseorang berjalan dengan terburu-buru.

"Aw!" jerit Dila yang terempas di lantai.

"Maaf ... maaf. Saya harus pergi."

Dira mengangkat kepala. Seorang pria tinggi berdiri tepat di hadapannya. Dengan cepat Dira bangkit ingin memperingatkan orang itu. Namun, keadaan saling bertatapan malah membuat gadis itu membeku. Hidung mancung dan brewok membuat hati Dira bergetar. Netra Dira menelisik setiap inci wajah pria itu dan terhenti di alis tebalnya.

"Saya harus pergi, Mbak. Jika ada yang sakit, pergilah ke rumah sakit. Ini mungkin cukup." Pria itu mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan, kemudian menyodorkannya ke Dira. Gadis itu menggeleng, menolak. Namun, pria itu masih bersikeras memberikan uang itu. Karena Dira tak kunjung menerima, akhirnya pria itu meletakkan uang di lantai lalu pergi.

"Heh! Saya nggak butuh uang anda!" teriak Dira mencoba mengejar. Pria itu pamitan pada Nurul, lalu berjalan cepat menuju mobil. Sepertinya dia memang sedang terburu-buru. Dira akan mengembalikan uang itu jika mereka bertemu lagi. Entahlah itu kapan.

"Kenapa, Nduk?" Nurul menghampiri Dira yang masih berdiri di dekat pintu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun