Mohon tunggu...
Siti KumalaTumanggor
Siti KumalaTumanggor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berharap pada manusia sama dengan patah hati secara sengaja

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hal-hal yang Harus Disiapkan untuk Mendirikan Penerbit Indie

7 Februari 2022   20:13 Diperbarui: 7 Februari 2022   20:20 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jumpa kembali dengan saya. Apa kabarnya, nih? Semoga kita selalu sehat dan bahagia. 

Oke, kali ini saya akan berbagi sedikit informasi berdasarkan pengalaman saya pribadi yakni hal-hal yang harus dipersiapkan untuk mendirikan penerbit. 

Kita pasti tak asing lagi dengan kata penerbit, 'kan? 

Menurut KBBI penerbit itu adalah sebagai berikut

Penerbit itu adalah orang, perusahaan atau sebagainya yang menerbitkan (buku, majalah, dan lainnya).

Nah, setelah kita tahu apa itu penerbit, selanjutnya akan kita bahas, apa, sih, yang harus disiapkan jika ingin mendirikan penerbit? Khususnya penerbit indie. 

Mari kita cek ricek. Ini saya ambil berdasarkan pengalaman, ya.

 1. *Ilmu dan Kesiapan*

Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu tentang penerbitan. Walau tidak 100% kita paham dunia penerbitan, setidaknya 40% kita harus tahu bagaimana kehidupan di penerbitan.

Kita harus punya dasar, punya pegangan, punya fondasi, agar kita bisa dan mampu membangun sebuah penerbitan.

Tipisnya, kita harus paham dunia kepenulisan atau paham ukuran cover cetak, atau paham bagaimana bentuk tata letak buku. Karena seorang pimpinan itu harus cerdas, mandiri, tegas. Kita tidak boleh bergantung pada orang lain termasuk pada teman atau karyawan. 

Setelah kita punya ilmu, kita juga harus siap. Siap yang dimaksud di sini, yakni siap untuk mengemban tanggung jawab sebagai penerbit. Kita tidak bisa menjadi penerbit jika kita tidak siap. Kita nggak boleh bikin penerbit buat gaya-gayaan, biar kelihatan keren. Oh jangan sampai. Itu merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Selain siap, kita juga harus bersedia menghadapi dan mengatasi segala hal yang akan terjadi. Termasuk kerugian. Karena usaha itu tak melulu untung, ada masa rugi, jatuh, dan lainnya. Itu resiko, hal yang lumrah, dan kita harus siap sedia.

 2. *Identitas*

Jika kita telah punya ilmu, siap dan sedia, kita bisa membuat identitas penerbit. Dimulai dari membuat nama dan logo. Setiap penerbit itu punya nama yang memiliki makna. Ada yang membuat penerbit dari nama sendiri, dari nama orang tua, dari nama benda kesayangan, dan lainnya. Intinya ada alasan, kenapa menggunakan nama itu.

Seperti HWC Publisher. HWC diambil dari Honest Writer Community, artinya komunitas penulis jujur, yakni komunitas yang sangat saya cintai. Cuma nambah publisher, saya rasa oke. Begitupun dengan logo. Harus ada filosofi, kenapa menggunakan bentuk itu, kenapa menggunakan warna itu dan sebagainya.

Setelah membuat nama dan logo, kita juga harus mempublikasikan diri. Namanya juga penerbit, nggak mungkin kita sembunyikan ya, kan? 

Jangan lupa pula membuat tujuan, visi, misi, semboyan, dan lainnya.

Mempublikasikan diri bisa kita mulai dari membuat akun-akun sosial media. Mengenalkan diri pada khalayak umum, inilah kami HWC Publisher, misalnya.

Kita juga bisa menyiapkan paket-paket penerbitan yang unik, yang bisa menarik perhatian umum. Seperti paket-paket penerbitan HWC misalnya, itu berdasarkan nama-nama kamar komunitas. Yakni, kelinci, panda, dan rusa. 

Adapula paket gratis yang namanya bermakna, paket sahabat, dan paket suka duka. Semua itu dirancang berdasarkan identitas komunitas yang diangkut ke penerbit karena memang penerbit kami ada karena komunitas. Jadi, segala-galanya selalu berhubungan dengan komunitas tersebut.

 3. *Modal*

Hal yang perlu kita persiapkan selanjutnya adalah modal. Modal di sini untuk melengkapi identitas tadi. Penerbit akan diakui secara sah jika memiliki akta notaris, setidaknya memiliki CV (Commanditaire Venootschap). Untuk harganya itu biasanya berbeda tiap daerah, bervariasi.

Biasanya untuk membuat CV, diperlukan dua identitas (KTP 2 orang) dan NPWP. Artinya, untuk membuat penerbit sebenarnya harus orang dewasa bukan?

Namun, di awal-awal tidak semua orang memiliki uang yang cukup sehingga memilih mendirikan penerbit tanpa akta notaris.

Apakah itu boleh? Boleh-boleh saja.

Ada banyak penerbit yang menerima kerja sama, memfasilitasi ISBN dengan syarat dan ketentuan berlaku. Semua kembali pada kesepakatan bersama, tetapi jika kita belum punya akta notaris tetap saja, kita tidak bisa membawa nama kita sendiri. Istilahnya, kita hanya menumpang. 

Seiring berjalan waktu dan usaha, kita bisa menabung untuk mempersiapkan CV.

 4. *Tim*

Setelah kita muncul ke permukaan bumi eh, maksudnya mempublikasikan penerbit, kita perlu mencari partner. Kenapa sih harus mencari tim? Loh, penerbit itu kan perusahaan? Walaupun kecil, masa harus bekerja sendiri?

Di awal-awal tidak masalah tim kita hanya beberapa orang. Yang penting bisa kerja. Namun, jika penerbit kita mulai berpenghasilan, kita bisa menambah tim yang lebih solid.

Kenapa mencari tim ketika sudah publikasi diri? Ya itu tadi, kita perlu identitas agar orang lain tertarik. Jika kita mencari tim, tapi belum ada identitas akan banyak pertanyaan dan keraguan yang muncul bagi calon.

Mereka pasti tanya, penerbit mana, sih? Di mana? Siapa pimpinannya? Gimana ini itu anu?

Nah, setelah keempat hal tersebut lengkap, kita bisa mencari naskah untuk diterbitkan. Penerbit kita sudah bisa dijalankan. Tinggal mencari percetakan yang bisa kita ajak kerja sama dan hasilnya memuaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun