Mohon tunggu...
Siti KumalaTumanggor
Siti KumalaTumanggor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berharap pada manusia sama dengan patah hati secara sengaja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyesalan Winky

7 Oktober 2021   18:42 Diperbarui: 7 Oktober 2021   19:03 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiba-tiba Winky tersentak, pikirannya melayang pada Emak. Dengan cepat dia bergegas menghentikan angkot agar segera sampai rumah. Dia berniat akan meminta maaf pada Emak, mungkin karena perlakuan buruknya selama inilah yang menyebabkan semua kesialan itu.

Setibanya di rumah, Winky bingung. Sangat ramai, ada apa sebenarnya? Tanpa memedulikan orang-orang yang memandangnya, dia menerobos untuk melihat keadaan di dalam.

Lututnya bergetar dengan wajah pucat pasi. Apa yang terlihat di hadapannya sungguh di luar dugaan. Namun, Winky menggelengkan kepala kuat, tidak mempercayai kenyataan. Tidak mungkin!

"Win, yang sabar, ya. Semua ini takdir, kamu harus kuat menjalani," ucap seorang bapak yang duduk tak jauh darinya.

Tubuh Winky luruh di lantai. Matanya mulai memanas. Dia membuka perlahan penutup wajah itu, hingga tampak jelas orang yang selama ini tersenyum hangat padanya kini terbujur kaku.

"E-ma-mak ... Mak!" Air mata Winky mulai mengalir, diguncangnya jasad Emak dengan kuat.

"Ikhlaskan, Win! Jangan buat Emakmu tidak tenang! Kamu pasti bisa!" tegur Ucup, tetangganya.

"Mak, maafin Winky. Selama ini udah durhaka sama emak. Maaf ...."

Sejak saat itu, Winky seperti kehilangan arah dan akal. Setiap hari dia selalu berteriak memanggil Emak, kemudian diakhiri dengan tangisan. Entahlah, mungkin penyesalan yang membuatnya seperti itu.

"Mak, maafin Winky. Aku menyesal," lirihnya. Tak lama kemudian suara tawa menggelegar bersamaan dengan air mata yang mengalir deras.

Hargai selama dia masih ada, kita tidak tahu kapan sang kuasa memanggil. Beri dia kebahagian, rawat dia sepenuh hati seperti dia yang dulu merawat dan membahagiakanmu. Tidak ada yang bisa menggantikan posisinya, tetapi beliau bisa menggantikan posisi siapa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun