Terlanjur tiba di Stasiun Nambo, saya jadi ingat kartun Spongebob pada episode 'Lost in Rock Bottom'. Pada episode tersebut, Spongebob juga nyasar ke tempat antah-brantah setelah salah naik bis. Spongebob berada di Rock Bottom dan kebingungan seorang diri. Bahkan, Spongebob tidak bisa berkomunikasi dengan warga lokal karena bahasanya sulit dipahami.
Cerita ini persis seperti yang saya alami. Tiba di Stasiun Nambo dengan bingung bercampur panik. Takut gak bisa pulang. Sebab, kondisi stasiun teramat sepi dan gak banyak orang yang turun/naik kereta. Membuat suasananya sepiii sekali. Ditambah gak ada akses transportasi umum selain naik kereta.Â
Corak geografis Stasiun Nambo yang berada di wilayah perbukitan kawasan Bogor Timur, berhasil membuat saya merasakan sensasi Lost in Rock Bottom seperti Spongebob. Definisi dunia lain yang jauh berbeda dari tempat lainnya di Bogor kota. Jalan satu-satunya untuk pulang/kembali adalah jalur kereta. Setidaknya itulah yang pasti. Tapi, saya harus nunggu berapa lama sampai kereta berangkat lagi?
Beruntung, ada petugas KAI yang informatif memberikan saya pencerahan. Melihat saya yang mondar-mandir di pintu stasiun, petugas itu menghampiri dan bertanya apakah ada yang bisa dia bantu. Tentu saja saya yang hampir nangis akhirnya curhat kalau tadi salah naik kereta dari Stasiun Manggarai. Kesalahan itulah yang membuat saya berakhir di sini.
Petugas itu menenangkan, kalau kereta menuju Jakarta akan tiba dalam waktu 50 - 110 menit. Yah, lumayan sambil cari sarapan dulu. Namun, petugas itu juga menyarankan jika saya terburu waktu menuju Bogor, lebih baik nanti turun di Stasiun Cibinong saja. Dari sana saya bisa naik ojek ke kota Bogor.Â
Saya mengucapkan terima kasih, setidaknya saya tau harus menunggu berapa lama lagi. Meskipun kereta paling cepat tiba dalam 1 jam lagi, saya sudah izin cuti setengah hari mendadak karena salah naik kereta. Gak apa-apa deh. Masih ada harapan untuk pulang, hehehe.
Sembari menunggu kereta tiba, saya keluar stasiun mencari warung makanan. Ternyata, nihil! Hanya ada warung kelontong dan tukang ojek pangkalan saat itu. Akhirnya saya kembali ke stasiun sambil gigit jari. Betulan nyasar ini rupanya. Bahkan untuk memenuhi panggilan perut yang sudah keroncongan saja masih harus menunggu sampai kereta tiba.
Menenggelamkan diri dalam musik yang mengalun di telinga. Tanpa sadar, 1 jam telah berlalu. Kereta menuju peradaban sudah di depan mata. Tiba-tiba saja orang berbondong-bondong memasuki kereta. Entah mereka datang dari mana.
Situasi stasiun yang sepi dan mencekam berubah kontras begitu kereta tiba. Saya pun bangkit dan segera mencari kursi kosong untuk menyenderkan badan yang lelah.
Tak lama kemudian, kereta berangkat. Betul, nunggunya 1 jam lalu kereta berangkat 15 menit kemudian. Tapi, akhirnya saya lega.