oleh: @sitikus.nl
Kemarin, tepatnya tanggal 10 September diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Dilansir dari laman Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia menunjukkan jumlah kasus bunuh diri resmi pada tahun 2020 sebanyak 670 kasus. Tingkat underreporting (peristiwa yang tidak dilaporkan) sebanyak 303% mengingat rata-rata dunia untuk pelaporan bunuh diri berkisar antara 0-50% .
Faktor yang menyebabkan tidak dilaporkannya kasus kematian sebagai bunuh diri di antaranya:
- Faktor sosial, masyarakat kerap melekatkan stigma pada anggota keluarga yang melakukan bunuh diri.
- Faktor internal, keluarga berperan dalam melakukan perlindungan privasi terhadap anggota keluarga yang bunuh diri.
- Faktor administratif, belum ada sistem registrasi kematian dalam negeri yang merekam bahkan mencegah tindakan bunuh diri.
Melansir artikel dari Dataindonesia.id menyebutkan tingkat harapan hidup masyarakat Indonesia mencapai 73,5 tahun pada 2021. Tren peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sosial dan internal keluarga. Data dari Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia juga mencatat penyebab seseorang melakukan bunuh diri dapat dipengaruhi oleh terbatasnya akses ke perawatan psikologis.
Baca juga: Seimbangkan Work, Life, Ibadah: Emang Bisa?
Tentunya kamu tidak bisa menebak isi kepala seseorang, meskipun ia orang yang kamu sayangi. Beberapa orang juga tidak menyampaikan 'suicidal thoughts' secara blak-blakan. Hal ini dipengaruhi karena stigma yang melekat pada orang dengan kondisi kejiwaan tertentu yang kerap dikaitkan dengan kurangnya keimanan.
Cukup sulit mendeteksi apakah orang yang kamu cintai sedang berpikir untuk mati, karena gejala tersebut tidak selalu terlihat. Orang yang biasanya ceria bukan berarti tidak menyimpan kesedihan. Begitu pula dengan pikiran untuk mengakhiri hidup. Adanya masalah kecil atau besar tidak membuat orang lantas ingin pergi dari dunia ini.
Tuntutan dan tekanan bertubi-tubi yang hanya dapat dirasakan secara personal dapat meningkatkan risiko mengakhiri hidup. Meskipun terdengar subyektif, namun munculnya 'suicidal thoughts' dapat diidentifikasi dengan mengamati 'common warning signs'. Dilansir dari laman Psychology Today berikut gejala umum yang dapat diamati:
- Terus-menerus mengatakan terjebak dalam situasi yang membuatnya tidak berdaya.
- Berupaya mendapatkan obat-obatan terlarang atau berusaha melukai diri sendiri (self-harm).
- Terjadi perubahan perilaku yang ekstrem, misalnya mengidap gangguan tidur.
- Pernah mengalami kejadian buruk di masa lalu, seperti kehilangan orang yang dicintai atau peristiwa traumatis lainnya.
Baca juga: Berprasangka Baik pada-Nya, Semua akan Baik-baik Saja
Lalu, apa yang bisa kamu lakukan jika orang terdekatmu memiliki keinginan bunuh diri?
Mengutip dari laman verywellmind.com disebutkan langkah-langkah praktis yang dapat kamu lakukan untuk menyelamatkan orang yang kamu sayangi dari perilaku 'suicidal', di antaranya:
- Tanyakan perasaannya dan apa yang sedang dipikirkannya
- Tunjukkan sikap peduli yang tulus
- Dengarkan dengan seksama setiap perkataannya
- Ajaklah ia mencari pertolongan ke fasilitas terkait
Selaras dengan yang dikatakan Robin Glenn, MA, terapis yang berfokus pada kesehatan mental remaja dan keluarga, "Dengan tidak berbicara tentang bunuh diri atau kekhawatiran, mereka yang menderita mungkin tidak tahu bahwa mereka memiliki ruang yang aman untuk mencari bantuan. Sehingga mereka cenderung tidak dapat menjangkau pertolongan pada saat yang tepat."
Baca juga: KDRT: Cintanya Hilang Nyawa pun Melayang
Perlu diketahui, pikiran untuk mengakhiri hidup tidak datang dalam semalam. Stres berkepanjangan, masalah yang tak kunjung selesai, serta hubungan yang buruk dengan orang terdekat dapat meningkatkan potensi 'suicidal'. Apabila kondisi tersebut terjadi pada orang terdekatmu, jangan ragu menghubungi hotline cegah bunuh diri Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454).
***
Terima kasih sudah membaca sampai akhir.
Teruskan pesan ini ke orang-orang yang kamu sayangi :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H